Haruto mengelus lembut Surai jeongwoo, dirinya ikut menyamankan pelukan di bahu lebar prianya.

"aku sama kamu mas, jangan ngerasa sendiri.. aku sakit kamu cuekin." Kata si manis semakin mengeratkan pelukan.

Jeongwoo melepas pelukan hangat di pagi hari itu, kemudian menatap teduh pada netra bulat suami manisnya.

"Saya cuman bingung Haruto, saya ngerasa bersalah sama kamu, maafin saya haruto."

Haruto menggeleng keras dengan alis menukik kebawah, "bukan salah mas! Gak ada yang salah mas ini udah takdirnya." Kata haruto membantah.

Jeongwoo tersenyum tipis kemudian, satu tangan nya terangkat guna mengelus pipi haruto yang agak memerah,

Kemudian mendekatkan wajah mereka dan mengecupi setiap sisi wajah si manis, yang membuat haruto memejamkan matanya menahan geli di wajah dan di hati.

Namun haruto kembali merenggut saat jeongwoo melewatkan bibirnya, pria itu tidak mencium bibirnya.

"Kiss all of this!." Protesnya, menunjuk bibir kemudian.

Jeongwoo terkekeh dan memilih mengusak lembut surai suami manisnya.

"Takut kebablasan, aku mau ke rumah sakit nanti telat kalo kita ciuman, soalnya bibirmu bikin nagih." Kata jeongwoo genit dengan ibu jarinya mengusap pelan bibir bawah haruto.

Haruto malu,

bugh!

Karna malu dirinya memberi pukulan cinta di dada kekar suaminya.

Jeongwoo lagi-lagi terkekeh, sudah lama dia tidak menjahili suami manisnya, dia rindu itu.



























































Siang ini haruto rencananya ingin berkunjung kerumah Yoshi. Ya, Yoshi sudah kembali ke rumahnya saat tugasnya di Thailand sudah selesai. Baru sampai dua hari yang lalu.

Yoshi itu dokter kandungan, haruto ingin menanyakan beberapa hal.

Kini dua pemuda manis itu tengah duduk berhadapan di sofa ruang tamu milik Yoshi.

"Jangan khawatir haru, kamu masih bisa mengandung kok. Walau gak seratus persen tapi kemungkinannya masih ada." Yoshi berusaha menenangkan haruto yang sedari tadi overthinking tentang dirinya yang tidak bisa hamil lagi.

"Aku cuman takut kak, takut gak bisa kasi mas jeo anak."

"Hush! Mulut mu itu yang berlebihan, udah di coba emang?."

Pertanyaan Yoshi tiba-tiba membuat wajah haruto memerah malu.

Yoshi mendelik,

"Kamu gak ada ngelakuin itu lagi sama jeongwoo?."

Haruto mengangguk malu dan sedih bersamaan, ya semenjak kejadian itu dia tak pernah lagi berhubungan intim dengan jeongwoo sampai sekarang. Pria itu selalu menghindarinya.

Yoshi manggut-manggut mengerti, pasti ada alasan jeongwoo belum mau menyentuh lebih pada Haruto.

"Nanti pasti kok, kamu yang sabar ya jeongwoo mungkin takut kamu keinget masa lalu." Yoshi mengusap lembut punggung tangan putih haruto.














































Tok!

Tok!

Tok!

Junghwan bersumpah akan menjitak kepala jeongwoo karna pria itu tidak membuka pintu ruangannya, padahal sedari tadi dia sudah mengetuk.

"Park Jeongwoo anjing." Geram si marga so.

Ceklek

Pintu terbuka, menampilkan jeongwoo dengan rambut acak-acakan, junghwan mengamati jeongwoo dari atas sampai bawah hingga tak sengaja menangkap dengan matanya bahwa resleting celana pemuda tan itu belum terkancing.

Junghwan geleng-geleng kepala di buatnya,

"Lo punya istri tapi malah coli? Really jenius Lo park Jeongwoo." Takjub si junghwan.

Jeongwoo mendecak sebal lalu pergi dari pintu dan di ekori junghwan dari belakang.

"Mau ngambil apa lagi Lo?." Jeongwoo sudah tau jika junghwan berkunjung ke ruangannya maka anak itu pasti ingin meminjam buku.

"Pembuluh darah, pinjam ye." Junghwan langsung saja mengambil buku tebal bersampul merah itu dari rak buku Milik jeongwoo.

Jeongwoo hanya berdehem lalu duduk di kursinya, bersandar lelah pada kursi.

Junghwan lagi-lagi geleng kepala,

"Kenapa si lo sama kak haru? Berantem ya? Sampe nyolo gitu kasian gue." Miris si junghwan, bukan sekali dua kali junghwan melihat jeongwoo nyolo beberapa bulan terakhir ini.

"Gak ah mana ada berantem."

"Lah terus kenapa njim? Lo kalo ketauan kak haruto nya langsung Lo lagi coli gimana? Apa gak malu tytyd lo?." Junghwan menujuk kearah celana jeongwoo.

Jeongwoo mendecak,

"Pulang gih Lo makin nambah beban pikiran disini." Jeongwoo membuat gestur mengusir.

Junghwan mengangguk, dirinya juga tak tahan berhadapan dengan orang segoblok jeongwoo. Namun sebelum benar-benar pergi junghwan bermandat,

"Gua tau lo takut nyakitin kak haru, tapi gue yakin kak haru juga pasti sakit kalo tau Lo begini. Dia pasti mikir dirinya gak ada guna buat Lo." Kata anak itu.

Jeongwoo hanya diam, memilih mendengarkan.

"Kebayang gak sama Lo kalo kak haru juga nyolo?."

Jeongwoo mendelik,

"Ya jangan lah anjim!." Terus gunanya batang jeongwoo apa kalo haruto nyolo?

"Nah makannya itu goblok! Pdkt an lagi gih. Dah ye baibai monyet." Lalu anak itu beranjak dari sana tak lupa menutup pintu ruangan jeongwoo dengan sangat keras.

Brak!

"Anak anjing."

Jeongwoo menghela nafas, sudah beberapa Minggu ini dia sangat-sangat merindukan haruto. Termasuk tubuh ramping pemuda manis itu, namun kembali ke awal, mana tega dia membuat haruto menangis kesakitan saat dimasuki setelah berbulan-bulan lubang pemuda manis itu tidak di jamah apapun.

"Argh!! Anjing gila gue."

Selamat berpikir keras park Jeongwoo.




































- Have Fun -

Have Fun  - Jeongharuحيث تعيش القصص. اكتشف الآن