25. Perfect!

190 51 9
                                    

Napas Langit masih terengah-engah saat dia memasuki lobi Teak 8 Condominium

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Napas Langit masih terengah-engah saat dia memasuki lobi Teak 8 Condominium. Peluh membasahi hampir sebagian tubuhnya, bahkan handuk yang dikalungkan di leher tak mampu membendung lagi. Pria yang menggunakan headband itu bertolak pinggang sambil memperhatikan beberapa peghuni berlalu lalang. Kemudian tampak sosok yang tak asing lagi.

"Kadita!"

Wanita yang mengenakan baju hangat kebesaran berwarna abu-abu itu menoleh tanpa berniat menghampiri Langit. Badannya mendadak kaku melihat beberapa orang berlalu lalang di sekitarnya. Saat hari kerja, kondisi lobi cenderung sepi. Sehingga Kadita tidak perlu merasa khawatir bersinggungan dengan para penghuni hunian tempat dirinya tinggal.

"Dari mana?" tanya Langit yang sudah berada di dekat Kadita.

"Tadi habis ambil ini," jawab Kadita sambil mengangkat sebuah tas kain berwarna putih.

"Apa pemberinya sama dengan tas cokelat tempo hari?"

Kadita menggeleng. "Ini dari temanku, Gayatri."

"Benar juga. Gak mungkin orang luar, sih. Kita ke atas pakai ini." Langit mengacungkan kartu tanda penghuni. "Kamu curiga sama siapa?"

Kadita mengangkat bahu. "Tidak tahu. Aku berusaha melupakannya. Yang aku pikirkan ... peluncuran produk."

Langit tergelak. "Gimana kalo kita coba diskusi soal itu sekitar ... setengah jam lagi. Di sini kalo kamu gak keberatan. Atau mau di café belakang? Gak terlalu banyak orang di sana." Ketika dilihatnya Kadita mengangguk, Langit berkata, "Hubungi gue kalo kamu udah siap."

Kadita melakukan yang diminta oleh Langit. Wanita itu pun heran dengan dirinya yang begitu mudah berteman dengan Langit. Dia menduga penyebabnya karena sifat pria itu mirip dengan Gayatri yang mampu membuat orang nyaman berada di dekatnya.

Tepat setengah jam kemudian, Langit sudah berada di depan unit milik Kadita. "Gue bawa Raga. Gak apa-apa?"

Kadita mengangguk. "Hai, Raga." Wanita itu mengoyangkan telapak tangannya ke kanan dan kiri berulang kali di depan kucing milik Langit itu. Sang kucing mengeong manja sebagai tanda membalas sapaan Kadita.

Tidak dibutuhkan waktu lama untuk mereka bisa tiba di café yang terletak di belakang hunian mereka. Bangunannya terpisah dari gedung Teak 8. Saat pertama kali melihat tampilannya, Kadita langsung jatuh hati. Bangunan berbentuk kotak itu memiliki kaca besar yang menjulang hingga atap. Tempat yang cocok untuk dirinya yang takut jika berada di keramaian.

"Kamu suka?" tanya Langit saat mereka sudah berada di dalam café. "Hidden gems ini. Gue juga baru tahu." Langit kemudian memindahkan Raga dari atas meja ke pangkuannya. "Udah ada ide buat iklan peluncuran produk nanti?"

Kadita menggeleng. "Aku tidak terlalu paham akan produknya."

"Produk yang bakal diluncurkan itu bisa dibilang best seller sekaligus produk pertama yang dipasarkan Nawang Wulan. Tim produksi ingin mengubah tampilannya jadi lebih up to date," terang Langit panjang lebar. "Kemarin udah lihat pemaparan dari mereka, kan? Menurut kamu gimana?"

COPY PASTE [Terbit, 2023]Where stories live. Discover now