7. MALAM YANG MENCEKAM

754 118 34
                                    

Hujan turun dengan cukup lebat di sertai oleh guntur yang menyambar. Setelah seluruh lampu rumah padam, mereka memutuskan untuk menggelar kasur di lantai bawah dan tidur bersama-sama. Cahaya lilin yang tampak redup itu mulai menyinari ruang tamu dengan cahaya seadanya. 

"Ish, kenapa pake acara mati lampu segala sih. Aku benci gelap," Frost Fire menggerutu setengah kesal. Wajah nya terlihat kusut dengan mood nya yang perlahan menurun. 

Gentar menyeringai lebar, menyikut lengan kiri milik Frost Fire seraya terkekeh geli. "Benci gelap atau takut nih?" 

"Benci lah, lagi pula siapa yang takut dengan gelap beginian. Hanya pengecut yang takut gelap," jawab Frost Fire dengan yakin. 

Supra melontarkan tatapan datar selepas mendengar ucapan dari Frost Fire, samar dia menyeruput coklat panas yang baru saja di buatkan oleh Glacier untuk menghangatkan diri. "Padahal tadi Kak Frost yang teriaknya paling kenceng," gumam Supra. 

"Aku kaget Supra, orang tiba-tiba aja mati lampu begitu. Siapa juga yang nggak kaget, tadi kamu juga teriak kan." Bantah Frost Fire, dia benar-benar tak ingin mengaku. 

Supra ber-hm pelan, membuang pandangan ke arah lain. Menghentikan perdebatan yang sangat tidak berfaedah itu. Jujur, Supra lelah jika harus meladeni Frost Fire. 

Glacier membuang napas secara perlahan, mencoba menahan emosi nya agar dia tak kalap. Susah sekali mengatur saudara-saudara nya ini, bahkan sepertinya mengatur barisan bebek itu akan jauh lebih mudah.

"Sudahlah kalian, ini sudah malam. Lebih baik kita tidur, besok kita sekolah kan." Selepas mengatakan itu, Glacier merebahkan tubuh nya di ranjang.

Sori mengangguk setuju, dia juga sudah mengantuk. Mengambil posisi tepat di sebelah Glacier, memeluk nya bagaikan guling. "Betul, Sori juga udah ngantuk."

"Ya, aku tahu kalau kamu mengantuk, Sori. Tapi, bisakah kau melepaskan pelukan mu itu?" ujar Glacier, dia sedikit risih dengan kelakukan Sori.

"Sori kedinginan, Kak." Rengek Sori, dia tak ingin melepaskan Glacier.

"Betul tuh, jangan berisik." Supra meneladani perilaku Sori, mengambil posisi pada sebelah kiri Glacier.

"Eh, memang kalian bisa tidur di antara kegelapan begini?" Frost Fire berucap seolah tak percaya, bisa-bisanya mereka malah mau tidur.

"Bisa lah, kita kan bukan Kak Frost, HAHAHA." Sepertinya Gentar memiliki dendam tersendiri pada Frost Fire, dia menertawai sang Kakak dengan lepasnya.

Frost Fire menggeram marah, "diam!" ketus nya sembari melesatkan jitakan maut andalan.

"Adoy, aku ini Sopan lah, Kak. Kenapa malah aku yang kena sih? Yang ngomong itu Kak Gentar loh," gumam Sopan seraya menunjuk posisi Gentar. Padahal, sedari tadi dia hanya diam menyaksikan tanpa berucap, tapi kenapa malah dia yang di jitak? Menyebalkan.

Eh, salah sasaran toh?

"Maaf, Sopan. Wajah kalian rada mirip, di lihat dari kegelapan begini jadi sedikit susah buat bedain nya." Frost Fire mengusap tengkuk leher nya samar, meringis kikuk.

Sopan merotasikan kedua bola mata nya malas, memutuskan untuk ikut berbaring dengan yang lain. "Tidur, Kak. Dah malam," ucap nya di detik berikutnya.

DUA KEPRIBADIAN [ END ]Onde histórias criam vida. Descubra agora