❤️1

10.5K 850 11
                                    

"Akhirnya... besok kita beneran jadi anak SMA, Yud. Kita bakalan sekelas gak, ya?" tanya Evita. Gadis itu lalu bersandar pada pintu kaca yang menuju balkon kamanya, menatap langit malam tanpa bintang.

Mereka membolos MOS sebenarnya, memang mereka masuk sekolah saat MOS berlangsung tapi ada saja kelakuan Yuda yang membuat mereka berdua berdiam di dalam UKS. Bukan karena sakit, tapi pura-pura sakit dan tidak mengikuti MOS.

"Gak tau," jawab Yuda sekenanya, pandangannya tidak menoleh sedikit pun dari laptopnya. Evia cemberut melihat tanggapan dari Yuda.

"Ngapain sih?" tanya Evita lalu mencoba mengintip layar laptop Yuda.

Dengan sigap, Yuda menutup laptopnya dan menatap Evita. "Kepo amat lo, Lemak Kuda Nil!" ledek Yuda yang malah menbuat Evita mencubit pinggang Yuda.

"Gue gak segendut itu!" protes Evita sambil melotot.

"Apa sih, gak usah melotot gitu. Mirip enci-enci lagi nagih utang aja." Yuda melanjutkan meledek Evita. Evita menjambak rambut Yuda dengan gemas lalu beranjak dari balkon dan masuk ke kamarnya sambil menutup pintu kaca.

"Digituin doang ngambeeek! Mau ke kafe di depan komplek nih. Ikut gak?" tanya Yuda sambil mengetuk pintu kaca beberapa kali.

"Nggak! Sana aja pergi sendiri! Cari aja pacar atau temen yang cantik, yang langsing! Sana-sana!" usir Evita dengan berteriak sedikit.

"Bener ya? Gak ada lagi nyuruh beli makanan malem-malem, gak ada lagi yang anter-jemput kemana aja, gak ada lagi duduk di balkon, gak ada lagi nonton DVD di kamar gue, gak ada lagi-" Yuda berceloteh panjang dan langsung dipotong Evita.

"Bawel. Buruan sana siapin motor!" seru Evita. Mendengarnya, membuat Yuda menunjukkan cengirannya lalu meloncati pembatas balkon dan masuk ke kamarnya untuk bersiap.

Evita hanya mengenakan kaus putih yang dibalut dengan sweter abu-abu dan celana pendek selutut. Ia mematut dirinya di depan cermin. "Keliatan gendut banget apa ya?" gumam Evita namun ia lekas keluar dari kamar dan menuju lantai bawah. Dilihatnya Mama sedang menonton teve.

"Ma, ke depan bentar ya. Bagi uang dong, Ma. Mau jajan," ucap Evita sambil memberikan cengirannya. Sang Mama mendengus pelan setelah mendengar ucapan anaknya.

"Bia minta mulu ih. Udah sana pergi aja!" ujar Mama dengan menyebut nama kecil Evita lalu menghiraukan Evita.

Evita mencibir lantas melangkahkan kakinya keluar rumah dan mendapati Yuda sudah bertengger di atas motornya. "Buruan, biar gak terlalu malem." Yuda berkomentar dan mulai mengendarai motornya setelah Evita duduk di belakangnya.

Sesampainya di kafe, Evita memilih untuk duduk di kursi sofa seraya menunggu Yuda datang membawa dua minuman. Yuda terlalu mengenal Evita. Tapi rasa nyaman yang gadis itu rasakan berbeda dengan apa yang Yuda harapkan. Setelah menunggu beberapa saat, Yuda datang membawa dua gelas dan meletakkannya di atas meja.

Yuda memesan kopi hitam panas untuknya dan cokelat manis untuk Evita. Mata Evita tampak menerawang ke jendela. "Alasan apa yang bikin lo suka ... sayang sama gue?" tanya Evita tiba-tiba.

Yuda berhenti meniup minumannya yang masih mengepulkan asap dan melirik ke Evita. "Emangnya butuh alasan ya?" tanya Yuda lalu meletakkan cangkirnya di atas meja dan menyandarkan punggungnya.

Evita mengangguk, "Butuh dong. Biar kalo misalnya orang itu, gue, pergi... lo bisa nahan gue dengan alasan itu."

Yuda kembali mengambil secangkir kopinya lalu meniupnya pelan dan menyeruput sedikit. Samar, Evita dapat melihat Yuda tersenyum manis ke arahnya di balik cangkir kopi yang menghalangi bibirnya.

Terlalu manis. Bahkan, Evita menelan ludahnya lalu menyelipkan sejumput anak rambutnya ke belakang telinga.

Setidaknya, biarkan seperti ini dulu. Dua gelas minuman yang dingin dan panas, alunan lagu yang diputar di kafe, malam tanpa bintang namun dihiasi dengan bulan purnama.

Love AlmightyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang