❤️0

17.7K 1K 43
                                    

Evita: kodok bunting...

Yuda: apaan, ketek tuyul?

Evita: isss. lo tuh pantat beruk!

Yuda: yeee, daki badak. mau apaan lo? buru!

Yuda: lo mau nyuruh gue beli makan, kan?

Evita: ehehehehhehe...

Yuda: malah nyengir. mirip gigi paus, jelek lo.

Evita: yuda ganteng, gue pengen martabak kayak biasanya yaaa!

Evita: (wink)

Yuda: gue berasa kayak suami punya istri lg hamil trs ngidam malem2.

Evita: buruan ih, conge trenggiling! mikirnya kejauhan lu. masih juga kelas 9.

Yuda: udah nyuruh, gatau diri.

Selanjutnya, dari kamar Evita terdengar suara motor yang baru saja meninggalkan garasi rumah. Sudut bibir Evita naik ke atas lalu berjalan menuju balkon kamarnya yang bersebelahan pas dengan balkon kamar Yuda.

Kamar mereka yang bersebelahan, membuat mereka menjadi sering bertemu di balkon. Kamar mereka hanya dibatasi oleh dinding dan pembatas balkon. Apalagi, pembatas balkon yang hanya setinggi pinggang Evita itu membuat Yuda atau terkadang Evita meloncati pembatas itu untuk ke balkon sebelah.

Yuda dan Evita sudah bersahabat dari SD. Dan menjadi dekat karena bertetangga. Tapi, seperti kebanyakan orang yang bersahabat dengan lawan jenis, Yuda mempunyai perasaan itu.

Sedangkan Evita?

Tidak. Gadis itu tidak memedulikan perasaan aneh yang berhubungan dengan cinta.

"Heh, ngelamun mulu. Kerasukan siluman babi aja, mendadak badan lo tambah lebar nanti."

Sebuah suara menginterupsi lamunan Evita dan membuat gadis itu menoleh ke kiri. Dilihatnya Yuda dengan rambut acak-acakannya dan menenteng plastik putih, yang dipastikan itu berisi martabak pesanan Evita.

"Ah, Yudaaa! Lo emang ya, the best dari segala yang the best! Yuk, makan bareng!" seru Evita sambil merampas plastik putih itu lalu membukanya. Yuda memutar matanya lalu loncat ke balkon Evita untuk duduk di sebelah gadis itu.

"Kalo udah jadi the best, jadiin pacar dong!" ucap Yuda lalu mengambil sepotong martabak.

"Yeee, itu sih mau lo."

"Emang."

Dan Evita menganggap perasaan Yuda hanyalah lelucon atau perasaan sesaat, setidaknya itulah yang Yuda pikir.

Evita menelan martabaknya pelan-pelan. Merasa bersalah. Ia hanya ingin persahabatan ini terus berjalan, tanpa perasaan yang lebih. Gadis itu tau, tapi berpura-pura tak tau apa-apa.

---
a.n: akhirnya, setelah ditahan-tahan, teenfic shortstory ini dipost juga:') iya, ini teenfic request kedua... orangnya beneran ada semua, tapi cerita cintanya gak kayak yang gue tulis kok HAHA. happy reading guys!

Love AlmightyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang