EP. 1 (1/2)

146 12 0
                                    

Sepi. Apa yang bisa diharapkan dari malam yang gelap tanpa bulan dan bintang? Hanya ada angin malam yang bertiup kencang yang menemani nya berdiri di jembatan kota. Suara air sungai dibawahnya pun tidak terdengar seakan-akan bungkam tidak ingin mengganggu nya. Dingin dan menyedihkan. Ia seharusnya membenci malam, tapi sekarang ia membutuhkan malam untuk menyembuhkan luka hati nya.

Neo sudah bersahabat dengan angin malam semenjak ia kehilangan kedua orang tuanya karena tragedi pesawat yang ditumpangi orang tuanya mengalami kecelakaan yang hampir menewaskan seluruh penumpang termasuk orang tua Neo.

Sekarang Neo hanya tinggal sendiri. Seluruh aset orang tuanya sudah berbalik atas nama Neo dan kakaknya yang sudah menikah. Itupun mereka pisah rumah. Jika ada waktu senggang kakaknya akan datang berkunjung kemudian pulang lagi. Kehidupan yang membosankan.

Merasa sudah bosan memandang sungai dan langit malam, Neo pun pergi dengan motor kesayangan nya untuk pulang. Besok ia harus ke kantor terlebih dahulu sebelum menghadiri kelas di siang hari. Kuliah dan bekerja sudah menjadi rutinitas Neo sekarang. Ingin berandai-andai tapi hanya akan membuatnya terlihat bodoh mengharapkan sesuatu yang mustahil.

Diperjalanan Neo lebih memilih melewati jalanan yang sepi agar bisa leluasa untuk mengebut dan lebih cepat sampai dirumah. Ia baru melewati jalan ini beberapa kali saat siang hari, lumayan sepi dan hanya sedikit kendaraan yang lewat padahal jalannya bisa terbilang jalan raya.

Pandangan Neo menangkap siluet seseorang yang berdiri dibawah lampu jalan didepan halte bus yang sepi. Orang itu menggunakan hoodie putih dengan topi hitam menunduk sambil bersandar di tiang lampu. Neo berkedip beberapa kali memastikan bahwa yang dia lihat itu manusia bukan makhluk halus. Hingga ia melewati orang itu dan melihat ke spionnya, orang itu masih ada. Apa yang dilakukan laki-laki kecil itu dipinggir jalan sepi sendirian?



════ ⋆ ★ ⋆ ════ ✴ ════ ⋆ ★ ⋆ ════



Ia menghela nafas, lelah dengan urusan pekerjaan nya yang tidak pernah selesai. Menjadi pengusaha muda yang melanjutkan bisnis ayahnya bukan hal yang mudah. Ia masih harus beradaptasi dengan sistem kerja perusahaan ini. Apalagi sebelumnya ia belum pernah menginjakkan kakinya di perusahaan sama sekali.

Masih ada waktu 3 jam untuk istirahat sebelum ia mengikuti kelas setelah makan siang. Neo baru saja selesai rapat dengan beberapa relasi perusahaan membahas tentang beberapa proyek dan cabang-cabang perusahaan yang perlahan-lahan mulai berkembang lagi. Cukup menguras pikiran akal sehat dan tenaga untuk menyelesaikan nya. Ingin Neo menyerah tapi nanti dia miskin.

" Muka mu sudah jelek, jangan memasang raut wajah seprti itu. Kau semakin jelek! " Sindir pemuda berbadan tinggi kekar yang baru saja memasuki ruangan Neo. Itu sahabat sekaligus rekan bisnis Neo, Ohm Pawat namanya. Perusahaan Neo dan milik Ohm sudah lama bekerjasama. Itu terjalin sebelum Neo yang memimpin perusahaan nya sekarang.

Sedangkan Ohm sudah sejak lama memimpin dikarenakan kesehatan ayahnya yang menurun. Ohm selalu anak tunggal pun mengambil tanggung jawab nya padahal dulu Ohm terbilang sangat muda dan masih remaja labil penuh tingkah absurd. Tapi Neo salut, Ohm bisa menjadi CEO yang disegani dengan beberapa strategi bisnis yang akurat dan selalu tepat sasaran.

" Ada perlu? " Tanya Neo yang menatap pada Ohm.

" Tidak ada! " Jawab Ohm. " Aku hanya ingin berkunjung ke perusahaan teman bar-bar ku. Bagaimana? Aman? " Lanjutnya menanyakan keadaan Neo.

Neo terkekeh. Ohm tidak pernah berubah, selalu bertanya tentang bisnis nya aman atau tidak. Padahal Neo tau orang ini hanya sedang ingin menyombongkan diri karena berhasil mengakuisi beberapa perusahaan kecil untuk dijadikan anak perusahaan nya. Benar-benar pengusaha licik.

Citylight memory [ Neolouis ]Where stories live. Discover now