"Lo kenapa tau kalau orang yang gue bully itu Rezie? Lo siapanya?" tanya Zea.

Jerome menjawab pertanyaan Zea, tentang ia siapanya Rezie dan mengapa ia tau bahwa Rezie di bully.

─ ⊹ ⊱ ☆ ⊰ ⊹ ─

"Jerome kenal sama Zea?" tanya Rezie pada teman temannya, Harey mengangguk.

Saat berjalan menuju perpustakaan, Rezie tadi tak sengaja melihat Jerome yang sedang mengobrol dengan Zea.

"Dulu kan mereka pacaran" ucap Yohan, Harey langsung menyikut Yohan sambil menatapnya dengan tatapan tajam.

Rezie berubah menjadi murung, dia menangkup wajahnya di meja.

"Jerome gak akan balik lagi ke Zea, tenang aja. Dia bukan cowok yang kayak gitu."  Rezie menggeleng.

"Tapi kamu tau Zea kan.. Dia pinter manipulasi" ucapnya sambil menatap teman temannya dari bawah.

"Kamu ragu sama hati Jerome?" tanya Harey, Rezie menggeleng.

"Aku cuma takut" Yohan mengelus rambut dua warna milik Rezie.

"Jerome gak akan pergi dari kamu Zie, percaya deh"

Rezie menghembuskan nafasnya, ia lalu mengangguk.

"Tu pacar kamu zie" Rezie langsung mendongakkan kepalanya, benar, didepan sana ada Jerome yang sedang berjalan menuju mereka.

"Pindah Han" titah Harey, Yohan mengangguk, ia berpindah posisi duduk jadi di samping Harey.

Dan sisi kosong Rezie kini di isi oleh Jerome, Rezie langsung mendekat pada Jerome dan menyender padanya.

Tangan Jerome memeluk pinggang Rezie, "Kenapa?" tanya Jerome. Rezie menggeleng.

"Dah ah gue mau ketemu Marvel" pamit Harey.

"Dih, Rey!" Yohan pasrah, ia menjadi nyamuk dari pasangan didepannya yang sedang bercanda.

Jerome tau bahwa teman temannya Rezie mengetahui hubungan mereka karena Rezie bercerita padanya.

"Udah lo sana, gak takut ketauan?" usir Yohan pada Jerome. Jerome menggeleng.

"Ngapain takut?"

"Terus kenapa lo sama Rezie pacarannya diem diem?" tanya Yohan.

"Suka suka, lo juga kenapa pacarannya diem diem?" Yohan mengerutkan dahinya.

"Pacaran? sama siapa?"

"Jeremy"

.

.

.

Jerome sibuk dengan dunianya sendiri, ia malah tidak memperhatikan dosen di depannya.

Ketika mejanya di ketuk oleh teman di sampingnya, baru lamunan itu buyar. "Jangan ngelamun" bisiknya.

Jerome mengangguk dan mengucapkan kata maaf. Pria mirip bule itu melirik arlojinya.

Sisa beberapa menit lagi sampai kelas ini berakhir. Ia tidak sabar untuk pulang dan bertemu kekasihnya yang sudah menunggu di apartemen mereka.

"Baik, kelas saya sudah berakhir, sampai jumpa di pertemuan selanjutnya, terimakasih."

Para mahasiswa/i disana merapikan barang barang mereka lalu keluar dari ruang kelas itu.

Jerome melangkahkan tungkainya menuju motornya yang terparkir di parkiran.

Saat memakai helmnya, Jerome melihat Zea yang sedang menatapnya, Jerome membuang muka sambil mendecih dan langsung menaiki motornya.

Mengendarainya keluar dari area kampusnya. Motor hitam itu melaju dengan kecepatan yang bisa dibilang cepat.

Menyalip mobil, motor, bus, bahkan truk didepannya dengan nekat.

─ ⊹ ⊱ ☆ ⊰ ⊹ ─

Jerome berjalan menyusuri koridor apartemennya, berjalan menuju pintu unit apartemen miliknya.

Memasukan pin apartemennya, membuka pintu berwarna coklat gelap itu dan langsung di sambut oleh Rezie yang sedang menatap kearah luar jendela.

Jerome mendekati Rezie dengan berjalan secara diam diam, memeluk tubuh kekasihnya dari belakang, dan hal itu membuat Rezie memekik kaget.

"Kamu kapan masuk?" tanya Rezie menoleh kebelakang.

"Tadi, kamu gak denger suara pintu?" Rezie menggeleng.

"Kirain aku tadi ada penculik yang berhasil masuk" Jerome tertawa.

"Aneh aneh aja pikiran kamu"

"Kamu tadi nyuruh aku pulang kesini karena mau ngomong kan, mau ngomongin apa?" tanya Rezie, membalikkan tubuhnya menjadi menghadap Jerome.

"Ngomongnya di kamar aja, aku pengen cuddle" Rezie mengangguk.

Kedua adam itu pergi menuju kamar mereka. Jerome menyimpan tasnya diatas meja.

Menyusul Rezie yang sudah tiduran di ranjang dan masuk kedalam dekapan hangat si cantik.

"Kangen" ucapnya sambil menghirup aroma khas dari tubuh Rezie.

Rezie tersenyum, mengelus kepala Jerome sayang.

"Jadi kamu mau bilang kalau kamu kangen?" Jerome menggeleng. Rezie bingung, lalu?.

"Terus?"

"Aku mau ngomongin soal Zea" Rezie diam, elusan dikepala Jerome berhenti.

Hal itu membuat yang lebih muda mendongak menatap Rezie.

"Zea? Lazera?" tanyanya,

"mhm"

"

Dia orang yang ngebully kamu kan?" Rezie mengangguk kecil.

"Kamu kenapa bisa tau?"

"Dia bilang dia di aniaya sama papanya soalnya papanya bisa tau rahasianya, ya rahasia itu rahasia tentang dia ngebully seseorang sampe ninggalin trauma berat"

"Dia mau minta bantuan aku buat cariin dia tempat tinggal karena cuma aku yang dia punya disini, karena mamanya sibuk kerja di jepang"

"Kalau liat kata katanya tadi, aku kepikiran sama kamu. Beberapa bulan lalu, waktu kamu pulang dari jepang, kamu bilang kalau dokter yang bantu kamu terapi itu mama dari orang yang bully kamu kan?" Rezie mengangguk.

Ia pulang dari Jepang itu sudah lama sekali, sekitar 8/9 bulan lalu. Rezie bahkan tidak ingat kata katanya saat itu.

Tapi Jerome mengingatnya.

"Tadi aku asal nebak kalau orang yang di bullynya itu kamu, dan dia bilang itu bener"

"Kamu kaget ya mantan pacar kamu itu sebenernya pembully, dan korban pembullyannya itu orang yang sekarang jadi pacar kamu" ucap Rezie sambil tersenyum lirih.

Jerome mengangguk kecil, ia memeluk Rezie dan menduselkan kepalanya di dada milik si aries.

"Tadi kamu bilang, dia minta tolong kamu buat bantu dia cariin tempat timggal, kamu bantuin?" tanya Rezie, Jerome menggeleng.

"Ogah banget aku bantu dia, anggap aja ini karma buat dia karena ngebully sayangnya aku"

ㅤ𖥔 ۪ ׄ THE FEELS ⦂ NORENWhere stories live. Discover now