1. Heavy Heart - Rio

1.4K 112 24
                                    


"Kupikir aku suka melihat punggungmu

Jadi aku bisa melihatmu tanpa mengharapkanmu melihatku."

[Heavy Heart - Rio]

.

Rintik hujan berlomba - lomba menjatuhkan diri. Awan hitam yang sedari tadi bertengger kini tak lagi kuasa menanggung bebannya. Semuanya luruh terjun bebas menapaki jalan yang kini hanya dilalui beberapa mobil dan bus.

Kepulan uap mengudara, hangatnya menyapa wajah yang sengaja ingin mencari kehangatan dari uap itu. Gelas latte itu kini ditangkup dengan kedua tangan guna menyalurkan rasa hangat ke tubuh. Bukan tanpa alasan wanita itu datang ke cafe ini. Tapi kenapa tiba - tiba hujan?

Sang dara duduk dibangku kayu tinggi tanpa sandaran. Netranya tertuju pada rintik hujan yang jatuh.  Manik indah itu terasa perih, beberapa kali mengerjapkan mata, men-suggestikan bahwa semuanya telah berlalu.

"Bodoh! Sedang apa kau disini dalam keadaan basah kuyup?" Bentak seseorang yang seketika mengalihkan atensinya. Namun begitu ia tetap abai dan memilih untuk melihat keadaan di luar sana.

"Kau bisa lihat diluar hujan kan? Lagian sejak kapan kau datang." Sahutnya malas sambil melirik orang yang kini mendudukkan diri tepat disamping kirinya. Lihatlah ekspresi galak pria itu, padahal biasa saja.

"Sejak matamu berkaca - kaca hanya dengan menatap kaca yang berembun. Oh ayolah kau seperti pemeran wanita melankolis di drama Televisi." Cakap sang pria panjang lebar. Ia hanya tak suka melihat sepupunya itu kerap terlihat sedih. Entah sejak kapan gadisnya yang tampak ceria itu menjadi pribadi yang begitu sendu.

Café bernuansa klasik dengan dominasi warna coklat itu bahkan mendukung suasana hati sang wanita. Jendela setinggi 2 meter yang menghadap langsung ke jalanan. Belum lagi bunga lavender dengan aroma menenangkan yang turut hadir dalam pot kecil disudut meja. Entah mengapa hujan membuatnya seperti ini. Kalau bisa dibilang membenci hujan, tidak sih. Namun setiap rasa sakit bangkit dengan memandang hujan. Rasanya ingin sekali berjalan di tengah hujan tanpa ada seorangpun yang menghalangi.

"Hey, sepertinya kau tidak dengar ya apa yang sedari tadi aku katakan?" Potong pria itu yang menghentikan narasi sang wanita tentang hujan. Lantas sebuah decakan kesal menjadi satu respon yang terdengar dari sang dara. Ia memutar bola matanya malas, mood sedihnya yang tadi melanda hirap pergi tak menentu.

"Iya kak, aku akan pulang. Jungwon sudah datang. Baiklah." Sahut sang wanita menjawab seseorang yang menelponnya. Ia sengaja langsung mengangkat telpon masuk karena tak ingin mendengar ocehan Jungwon.

Dan tanpa ia sadari Jungwon sudah mencibir tak suka. Lelaki itu cukup tercengang dan tak percaya bahwa ia mengabaikan pria itu. Alhasil latte hangatnya tadi malah dinikmati oleh Jungwon. Ingatkan ia kalau dirinya belum menikmati minuman itu sama sekali.

'Kenapa kau masih duduk?'

Begitulah kira - kira ekspresi yang kini tergambar di wajah wanita itu. Jangan lupakan caranya yang sungguh mengesalkan. Jungwon pun bingung entah sejak kapan sepupunya itu sudah berdiri di ujung pintu keluar café. Tiba - tiba saja sudah
di sana seperti ninja. Sama sekali tak bisa membiarkannya menikmati minuman barang sejenak saja.

'Dasar, padahal aku baru duduk.' Umpat Jungwon dalam hatinya.

' Umpat Jungwon dalam hatinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
AGAIN [Revisi]Where stories live. Discover now