haruto kemudian bergegas melangkah, dia punya beberapa rencana, dia akan menuju parkiran untuk mengambil mobil dan menyelamatkan jeongwoo? Atau menelepon polisi dahulu? Haruto di landa kebingungan.

Namun,

Belum sempat semua rencana itu berjalan, langkah kakinya tiba-tiba memberat, kepalanya pusing, kedua tangan putih itu secara spontan meremat perutnya saat merasakan panas menjalar disana. Panas yang sangat sangat panas.

"Akh! Panas.."


Haruto menguatkan kakinya untuk terus melangkah, kembali berlari dengan rintihan-rintihan kesakitan dari bibirnya,

Dia harus selamat, bukan ini impiannya, impiannya ingin menjadi orang tua dan istri yang baik, dia tak mau hidupnya sia sia dengan mati di tempat terkutuk seperti ini, tapi-


"s-sakit..."

Bruk.









Haruto tersungkur, sakit di perutnya sekarang sepeti di tusuk-tusuk dengan belati tajam dan panas.

Haruto menyeret-nyeret tubuhnya saat melihat area parkir sudah di depannya, dia menggenggam rumput hijau itu dengan erat untuk menarik dirinya bergerak.

Kakinya, kakinya seperti mati rasa, perutnya juga terasa aneh hingga,



" gwuk! Huek!!."



Haruto muntah, pemuda itu memuntahkan cairan hitam yang kental dari dalam mulutnya.

Haruto masih muntah hingga rumput yang awalnya hijau sehat itu kini berubah warna menjadi hitam gelap.

Tangannya tak sanggup lagi menggenggam rerumputan disana, pandangan pemuda manis itu memudar, kepalanya seperti di hantam sesuatu yang besar,

Kesadaran itu akan hilang, namun sebelum benar-benar hilang ada sedikit penampakan di depannya,

Kaki mulus seorang gadis, gadis yang haruto yakini dia mengenal gadis itu.

Telinga haruto mendengung,

Lalu,

Haruto tak sadarkan diri, melupakan semua rencanyanya untuk menyelamatkan diri.

Minji menghela nafas lelah, dirinya berjongkok guna melihat wajah tak sadarkan diri haruto, lalu gadis bergumam,

"Kasian." Lalu si cantik terkekeh.






































"Ikat dia dengan benar, tetua akan senang karna kita menyembahkan dua sekaligus." Wanita tua itu tersenyum hangat.

Dirinya beralih menoleh pada sang putri yang tengah menghafalkan sesuatu dari sebuah buku,

Buku yang pernah haruto lihat, di kuil ini.

"Minji, hafal dengan benar, jangan sampai ada kesalahan." Titahnya. Minji mengangguk dengan tegas lalu si gadis kembali menghafal.

Wanita tua itu lagi-lagi tersenyum saat melihat warga-warga nya satu persatu mulai berkumpul. Mereka serempak hanya mengenakan kain putih untuk menutupi tubuh, tua dan muda, besar dan kecil, laki-laki dan perempuan.

Semuanya.

"Ritualnya kita mulai 10 menit lagi."















































Have Fun  - JeongharuWhere stories live. Discover now