2. Father, This is Me!

122 3 0
                                    

Berbicara sama Ningning itu merupakan salah satu kegiatan yang memakan waktu lama. Niatnya hanya ingin mengobrol sampai siang? Malah kebablasan hingga sore.

Renjun akhirnya memutuskan untuk langsung menjemput Jisung disekolahnya.

Mengendarai mobilnya membelah kota Seoul, semilir angin yang membuat Renjun merasa rileks. Ya, Renjun sengaja membuka penutup mobilnya agar bisa merasakan angin sore.

Renjun menghela nafasnya kasar ketika lampu merah tiba, yang membuat Renjun harus menghentikan mobilnya secara tiba-tiba.

Jari lentik Renjun mengetuk stir mobil guna mengusir rasa bosannya. Ia edarkan pandangannya untuk menatap sekitar sampai pada akhirnya ia melihat mobil yang sangat ia kenali di tempat yang tidak jauh dari Renjun.

Dengan cepat Renjun memencet tombol penutup atap mobilnya. "Jeno!" Gumam Renjun.

Ya, Renjun melihat mobil kesayangan Jeno. Ah ralat, lebih tepatnya mobil yang sering Jeno gunakan ketika ia pergi berangkat kerja. Tapi yang Renjun herankan adalah kenapa ada seorang wanita di sebelahnya? Walaupun keberadaan Renjun dan Jeno lumayan jauh, Renjun pastikan bahwa yang disamping Jeno adalah seorang wanita. Tapi siapa? Sekertaris? Setau Renjun sekertaris Jeno adalah Lucas.

Renjun ingin sekali mengejar Jeno, namun ia urungkan karena ia harus menjemput putranya, Jisung. Dengan hati yang tak rela, Renjun menjalankan mobilnya menuju area sekolah Jisung.

Setelah kurang lebih menghabiskan waktu 15 menit, Renjun akhirnya sampai didepan sekolah Jisung. Terlihat Renjun dan murid lainnya yang baru saja keluar dari gerbang sekolahnya.

Dengan senyuman mengembang, Renjun menghampiri anaknya, memeluk dan mencium pucuk kepala anaknya yang baru mengenyam pendidikan kelas 3 itu.

"Ibu! Hentikan! Jisung bukan anak kecil lagi." Protes Jisung kepada Renjun yang menciumnya didepan banyak orang.

Renjun terkekeh mendengar kalimat protesan anaknya. "Sudah besar? Bagi Ibu, Jisung selalu menjadi baby Ji-nya Ibu." Ujar Renjun menuntun Jisung masuk kedalam mobil.

Setelah memasangkan sabuk pengaman Jisung, Renjun langsung mengendarai mobilnya meninggalkan area sekolah Jisung.

"Bagaimana sekolah-mu? Apakah kau melaluinya dengan baik atau buruk?" Pertanyaan yang selalu Renjun berikan kepada anaknya setiap pulang sekolah.

"Biasa saja. Tidak ada hal me-- ah! Ada wanita yang baru saja masuk kedalam kelasku hari ini." Ujar Jisung.

"Wuah, benarkah? Apakah dia cantik?" Tanya Renjun penasaran.

Jisung sejenak berfikir. "Aniya, dia menggemaskan. Tidak secantik Ibu, namun menggemaskan." Gumam Jisung.

"Menggemaskan? Apakah ada yang menggemaskan selain anaknya Ibu?" Pancing Renjun.

"Tentu, dia seperti lumba-lumba ketika tertawa." Ujar Jisung.

"Oh benarkah? Ibu jadi tidak sabar untuk bertemu dengannya. Lain kali kita ajak dia main kerumah." Ujar Renjun.

Setelah obrolan singkat, mereka berdua diam. Renjun yang fokus menyetir, sedangkan Jisung yang fokus bermain mainannya.

"Maafkan aku." Ujar Jisung tiba-tiba.

Renjun menautkan kedua alisnya, menatap Jisung sekilas. "Minta maaf untuk apa?" Tanya Renjun.

Jisung menundukkan kepalanya. "Tadi sudah berbicara kasar sama Ibu, dan pergi tanpa pamit sama Ibu." Ujar Jisung.

Renjun tersenyum. Anaknya memang mudah mengucapkan kata maaf. Ia akan menyadari kesalahannya dan segera meminta maaf. Renjun bangga anaknya tumbuh menjadi pribadi yang seperti ini. Tangan kiri Renjun segera mengusap pucuk kepala Jisung. "Ibu sudah memaafkan Jisung." Ujar Renjun.

Jisung mendongakan kepalanya, memeluk Renjun. "Makasih Ibu." Ujar Renjun.

"Sama-sama sayang. Karena Jisung sudah mengakui kesalahannya, bagaimana kalau kita pergi ke mall? Jisung mau apa?" Tanya Renjun, ia langsung memutarkan mobilnya menuju Mall ternama di kota Seoul.

Renjun langsung memberikan mobilnya kepada salah seorang petugas mall, untuk diparkirkan dibasment mall, dan segera masuk kedalam mall bersama Jisung.

Sampai didalam mall, Renjun memutuskan untuk makan terlebih dahulu.

"Jisung mau makan apa?" Tanya Renjun.

"Donkats!" Seru Jisung. Alhasil mereka berdua menuju resto yang Jisung inginkan.

Setelah makan dengan hikmat, mereka berdua bergegas ke area permainan. Jisung terus menggenggam tangan Renjun sepanjang jalan menuju area permainan.

Lamgkah Renjun terhenti ketika melihat toko tas yang mengeluarkan tas terbaru yang sangat Renjun tunggu. "Jisung-ah, bisakah kita kesana terlebih dahulu? Ibu ingin membeli itu." Pinta Renjun seraya menunjuk tas yang ada dipajangan toko disampingnya.

Jisung menoleh lalu mengangguk. "Tentu saja." Jawab Jisung, lalu langsung mengikuti langkah Renjun yang mulai memasuki Toko.

"Jisung-ah, jangan pernah melepaskan genggamanmu ke Ibu ya!" Peringat Renjun sebelum melepaskan genggaman tangan Jisung.

Jisung mengangguk, Renjun pun mulai melepaskan genggaman tangan Jisung, dan langsung fokus mengecek tas tersebut, dibantu dengan pelayan toko.

Jisung dengan senantiasa menunggu Renjun tanpa rewel. Diedarkan pandangannya untuk melihat orang yang berlalu-lalang dimall. Sampai pada akhirnya pandangan Jisung terkunci kepada seseorang yang Jisung sangat rindukan.

"Ayah!" Teriak Jisung, lalu mulai berlari ke Pria yang ia sebut Ayahnya-nya itu. Siapa lagi kalau bukan Jeno.

Dengan larian kecil dan perasaan senang, Jisung menghampiri Jeno. Dipeluknya kaki Jeno. "Ayah!" Pekik Jisung senang.

Jeno yang tiba-tiba kedatangan anaknya itu, ia pun langsung mendecak kesal. Ditendangnya Jisung,  dan membuat anak itu tersungkur. Jisung meringis, menahan air matanya agar tidak keluar, ia sangat tau bahwa Ayah-nya sangat tidak menyukai anak yang cengeng.

"Ayah, Ayah kenapa nendang Jisung?" Tanya Jisung dengan senyuman terpaksa.

"Siapa dia?" Tanya seorang perempuan yang ada disamping Jeno. Perempuan itu tersenyum ketika melihat anak laki-laki yang tampan dihadapannya. Direndahkan tubuhnya agar bisa menjangkau anak kecil itu.

"Siapa nama-mu?" Tanya perempuan itu dengan lembut.

"Jisung, tante kenapa bisa bersama Ayah-ku?" Tanya Jisung.

Perempuan itu mengeritkan dahinya. "Ayah? Si--"

"Karina, jangan dengarkan anak itu. Kau?! Dimana ibumu?" Tanya Jeno sarkas.

Baru saja Jisung ingin menjawab. Renjun sudah lebih dahulu menghampirinya, dan menggendongnya.

"Maafkan---anak saya." Ucap Renjun dengan tatapan kaget sejenak, ketika melihat Jeno yang ada dihadapannya dengan seorang wanita.

Ternyata dugaannya tidak salah, bahwa orang yang tadi ia lihat adalah Jeno.

"Kau ini benar orang tuanya atau bukan sih?! Masa iya anak sekecil ini kau bebaskan?!" Sarkas Jeno.

"Baby, kau tidak usah marah-marah seperti itu. Maafkan kekasihku ya." Ucap Karina dengan senyuman tulusnya.

'Kekasih?' Seperti ada ribuan jarum yang menusuk Renjun ketika wanita itu menyebut suaminya kekasih.

Dengan senyum yang dipaksakan, Renjun mengangguk. "Gwenchana, aku yang salah karena melepaskan anakku." Ujar Renjun.

"Ibu, dia Ayah--" omongan Jisung terpotong karena Renjun yang membekapnya.

"Aku permisi dulu." Ucap Renjun, langsung pergi dari hadapan Jeno dan Karina.

"Ayah! Ayah! Ini aku Jisung!" Teriak Jisung yang ada didalam gendongan Renjun.

Renjun terus memejamkan matanya, menahan air matanya agar tidak keluar ditempat yang ramai ini. Apalagi mendengar teriakan anaknya yang menyebutkan dirinya kepada sang ayah.

I LOVE YOU, BUT I'M LETTING YOU GO 2 - NORENOn viuen les histories. Descobreix ara