"Ulurkan tanganmu."

"Untuk?" Rengkah meletakkan sendoknya dan menganjurkan tangannya seperti permintaan Lengkara. Pria itu merogoh sesuatu dari saku celana. Sebuah kotak perhiasan hitam yang ketika dibuka tampaklah cincin bertakhtakan permata merah muda. Begitu mewah dan indah. Lengkara langsung menyematkan itu di jari manis Rengkah.

"Permata Derana? Jadi, pembeli misterius itu kau." Seingat Rengkah, semua orang berusaha mendapatkan Permata Derana. Namun, penawaran telepon dari seorang yang enggan disebut namanya membuat orang-orang menyerah. "Kenapa memberikannya padaku? Apa kau tahu, permata ini melambangkan cinta sejati. Ini harusnya menjadi milik orang yang kau cinta."

"Karena itu aku memberikannya padamu." Setelah mengatakan itu, Lengkara memutar tumitnya pergi meninggalkan Rengkah yang ternganga.

Apakah barusan secara tidak langsung dia mengatakan aku adalah orang yang dia cinta? Entahlah!

***

Duduk berselonjor di bean bag biru tua balkon lantai tiga, Rengkah menonton drama china selagi memakan anggur ruby roman. Buah seukuran bola pingpong dengan rasa manis dan berair itu secara khusus Lengkara datangkan dari Jepang. Belakangan penanggung jawab dapur kediaman Prasada dibuat sibuk mengatur beragam buah berharga fantastis yang Lengkara persiapkan sebagai camilan untuk sang istri yang suka makan.

"Ending-nya begini saja?" Berkacak pinggang, Rengkah memandang kesal layar tablet yang tengah memutar bagian akhir dari drama. "Keterlaluan! Si pria bangkit dari kematian, tapi kekasihnya justru bunuh diri melompat ke danau. Tidak bisakah ini dibuat bahagia? Astaga, mereka bahkan belum menikah. Menyebalkan!"

Menghela napas panjang, Rengkah meletakkan tablet di meja kayu pendek samping kanannya dan mengambil gawai sebagai gantinya. Mencegah terdistraksi dari sosial media yang membuatnya tidak bisa menikmati drama dengan maksimal, Rengkah sengaja mematikan data. Begitu dibuka, ia dibuat terperangah dengan segudang notifikasi yang datang bertubi-tubi memenuhi layar gawai.

"Apa yang terjadi?"

Video Rengkah men-stich berbagai makanan mahal dan aneh di tiktok memang lumayan mendapatkan perhatian netizen. Setiap videonya bisa mendapatkan sekitar seribu suka dan 50 komentar. Namun, isi notifikasi kali ini berbeda. Ratusan netizen men-tag Rengkah pada postingan akun anonim yang menampilkan video Bida memprovokasinya di mal beberapa waktu lalu.

@pengagummu: Cewek yang dikata-katain itu @RengkahMireeya bukan, sih?

@Mukabadk21: asli keren si cewek kepang. wkkwkw ... berkelas ngehadapin orang sinting.

@Jumty09: aku biasa liat konten makan kak @RengkahMireeya. dia baik banget. diinjek bajunya ampe dikata-katain ama cewek galak itu aja dia masih senyum. saluttt uh ...

@makanterus: weeeh itu kak @RengkahMireeya, konten kreator kesenangan aku.

@Kudaliar: itu yang teriak-teriak sampe ngatain orang sampah, sebaik apa sih dia? Wkwkw ... keliatan kayak berada, tapi attitude gak ada. Minus parah!

Rengkah terdiam sejenak. Sedetik kemudian ia tersenyum lebar. Tidak sangka ada orang lain yang merekam kejadian itu dan mengunggahnya di sosial media.

"Semesta kali ini menunjukkan bagaimana hukum tabur tuai bekerja." Satu hal yang selalu Rengkah pahami, bahwa setiap perbuatan buruk akan mendapatkan balasan yang buruk pula. Sebuah pemahaman yang kerap manusia lupakan hingga dengan semaunya berlaku di luar batasan, tanpa menghormati ataupun menghargai perasaan orang lain.

"Apa yang membuat tersenyum selebar itu?"

Suara berat Lengkara membuyarkan lamunan Rengkah. Melirik pria itu sinis, Rengkah balik melemparkan pertanyaan, "Kenapa kau masih di sini? Kau tidak ke kantor?"

"Aku—"

Rengkah melambaikan tangan menyela Lengkara. "Ya, ya, aku sudah tahu. Jawabannya pasti karena kau pemiliknya, jadi kau bebas mau pergi kapan saja." Menempatkan gawai ke meja, Rengkah bangkit dari tempat duduknya dan bergerak menuju pagar tepi balkon. "Harusnya aku tidak memberikan pertanyaan bodoh itu," gumamnya, pelan.

"Aku punya urusan penting di sini."

"Jadi, urusan penting apa itu?" Bersandar pada pagar, Rengkah melihat-lihat sekitar kediaman. Kolam renang, pepohonan, jalan setapak tampak mengagumkan ketika dilihat dari ketinggian. Begitu matanya terarah pada gerbang, ia mendapati sekitar tujuh mobil memasuki kediaman. "Tamumu?" Rengkah menoleh Lengkara.

"Em."

"Tidak biasanya kau melakukan pertemuan di luar kantor dan di kediaman Kakek pula."

Penasaran dengan tamu Lengkara, Rengkah mengamati saksama mobil itu hingga penggunanya keluar. Namun, ia dibuat bingung saat mengetahui orang tersebut adalah Bida dan teman-temannya dengan didampingi pria serta wanita paru baya berpakaian glamor.

"Kenapa mereka?" Salah satu alis Rengkah terangkat. Tiba-tiba ia memikirkan keramaian yang tercipta di sosial media karena video perundungan Bida terhadap dirinya. "Jangan bilang pertemuan penting ada hubungannya dengan aku?"

Lengkara memandang Rengkah. Ia tidak bisa menahan diri untuk mengusap puncak kepala sang istri yang tampak menggemaskan kala memasang ekspresi serius. "Aku akan melindungimu. Tidak ada seorang pun diperkenankan merendahkan apalagi menyakitimu, bahkan aku sendiri pun tidak."

Sewaktu Lengkara berbalik dan bermaksud ke lantai bawah menemui tamunya, Rengkah mencekal tangannya. "Ikut!"

Tersenyum tipis, Lengkara mengangguk dan kemudian merangkul mesra Rengkah.

"Ngomong-ngomong apa yang akan kau lakukan pada mereka?"

"Menurutmu?"

"Mana aku tahu. Kau pikir aku cenayang?"

"Em."

"Em? Kau benar-benar menganggapku cenayang." Rengkah berdesis selagi melayangkan cubitan pada perut Lengkara. "Rasakan itu!"

Alih-alih kesal, pria berhidung bangir itu justru terkekeh pelan.

Rengkah LengkaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang