Begain

197 18 0
                                    

27 Mero tahun 1 kalender Kekaisaran Ondine.

"Lucius sayang." Seorang Wanita paruh baya itu menghampiri sang Putra yang berusia 16 tahun itu. Dia sudah mencari Putranya kemana mana ternyata Putranya berada di tepi Danau Istana Sina, Istana milik Adiknya.

"Saat ini sudah Malam, mengapa dirimu berada disini tanpa pengawalan sedikitpun?" tanya sang Ibu kepada Putranya Lucius Ina Du Pont.

"Ibu, Bukankah kita sudah melakukan pemberontakan?" Lucius bertanya sambil mengalihkan pandangannya kepada sang Ibu yang tertegun dengan pertanyaan tersebut.

"Lucius...."

"Bu, tapi kita berpisah dari Salvayin secara tidak baik baik dan sekarang kita membuat Kekaisaran sendiri? Bu, kita melakukan pemberontakan besar bahkan Alampun murka!" Terlahir sebagai calon penerus Keluarganya membuat Lucius yang saat ini masih 16 tahun dapat berpikir dengan kritis. Dia mengutarakan segalanya, termasuk rasa tidak suka terhadap perang yang terjadi antara Kerajaan Ondine dengan Kerajaan Salvayin yang membuat Alam murka.

"Du Pont sudah merencanakan pemisahan diri sejak Ayahmu baru lahir Lucius, tepatnya saat segala kebusukan Kaisar Beros tercium oleh abdi dalam. Kaisar Beros tidak lagi menghargai pendapat dari Keluarga Du Pont, Kakekmu yang mengetahui itu semua tentu saja murka dan membentuk sebuah Faksi untuk melawan dan membuat Kekaisaran sendiri. Mereka semua mencoba untuk mengubah sikap Kaisar Beros tapi hasilnya sama sekali tidak ada," jelas sang Ibu, "Lucius, Ondine sudah sejak lama didambakan semua Faksi keluarga Du Pont. Du Pont hanya akan tinggal ditempat yang mau menghargai satu sama lain, tetapi semenjak Kaisar Baros yang duduk di singgasana itu, Kekaisaran menjadi kacau dan itu bukan lagi tempat Du Pont. Ondine adalah milik kita sekarang, rumah kita yang harus kita jaga isinya Lucius," lanjut Permaisuri Yolena.

"Bagaimana tentang perang setalah Kekaisaran ini terbentuk? Alam Murka dan apa saya harus menutup mata atas kejadian itu? Kita semua terjebak dan mereka juga terjebak Bu." Permaisuri Yolena tidak pernah menyangka jika yang Putranya khawatirkan bukan hanya Keluarganya, tapi semua orang di Kekaisaran Salvayin dan Ondine.

Permaisuri Yolena membawa Putranya kedalam pelukan hangat, menyalurkan ketenangan pada calon penerus Ondine. "Pada kenyataannya kita tidak bisa memperbaiki apa yang sudah rusak Lucius, Kristal keseimbangan Alam yang berada di Istana Utama Kaisar sudah hancur dan berpencar sejak 70 tahun yang lalu. Percayalah pada Ibu, sudah saatnya seseorang yang berada dalam ramalan itu muncul dan menyatukan kepingan Kristal itu."

Benar, masih ada ramalan itu.

"Pada waktunya dia akan pecah dan pecahannya akan pergi menjauh mencari sebuah tempat yang penuh kesucian dan kedamaian, kedua jiwa yang terikat satu sama lain dan memiliki hati serta jiwa yang suci akan datang dan mengembalikan keadaan."

*
*
*

27 Mars tahun 807 kalender Kekaisaran Salvayin.

"Amedeo...." Suara Perempuan yang satu tahun lebih tua darinya terdengar di telinganya. Dia jelas tahu mengapa sang Kakak memutuskan untuk datang menemuinya.

Kakak Perempuannya menyentuh pundak Adiknya, Amedeo Amro Frinton yang merupakan calon Putra Mahkota. Sentuhan itu berubah menjadi usapan yang selalu Amedeo inginkan dari kedua orang tuanya.

"Saya tahu kalau niat anda itu baik, tapi Ayah dan Bunda tidak mau memahami itu. Kakak mohon Amedeo tolong hentikan ini semua jangan membuat meraka kembali murka," ungkap sang Kakak, Kerolis Rein Frinton.

"Lalu membiarkan setiap harinya ada yang tewas karena amarah Alam yang memberikan jiwa kepada seluruh elemen yang ada? Saya adalah Kaisar masa depan Salvayin, Putri Kerolis. Saya tidak bisa melihat setiap harinya Rakyat saya yang tidak berdosa tewas, entah dibunuh Raksasa batu atau bahkan dihanyutkan oleh Air itu sendiri!" Belum pernah seumur hidup Putri Kerolis melihat Adiknya semarah ini. Dia benar benar dibuat kagum dengan kegigihan Adiknya itu.

"Pangeran Amedeo, saya tahu niat anda baik. Namun anda juga harus memikirkan nyawa anda bukan hanya nyawa Rakyat anda, saya juga ingin terbebas dari semua ini tapi ada beberapa yang sudah rusak tidak bisa diperbaiki lagi Pangeran," balas Putri Kerolis tidak kalah tegas dari adiknya.

"Apa gunanya menjadi Kaisar tanpa Rakyat, Putri Kerolis! Kaisar ada untuk melindungi Rakyatnya, jika tidak ada Rakyat maka apa yang harus Kaisar jaga? Mengapa tidak ada yang mengerti kemauan saya, saya hanya ingin kedamaian dan lupakan pemberontakan Grand Duke dan Grand Duchess Du Pont karena mereka tidak sepenuhnya salah!" Pangeran Amedeo bangun dari duduknya dan segera pergi meninggalkan Putri Kerolis yang masih bergeming lantaran perkataan Adiknya itu. Adiknya benar, tapi tidak semuanya bisa dia lakukan.

*
*
*

10 Mei, Thailand.

Pria mungil dengan langkah yang juga sama mungilnya dengan tubuh itupun mengejar sang Tunangan yang jauh berada di depannya sambil mengejek sang Kekasih. Padahal mereka baru saja pulang berkerja dan sedang capek capeknya, tapi saat bersama Tunangannya meraka akan kembali merasa baik baik saja. Kekuatan cinta mengalahkan segalanya.

"Papii tunggu aku!"

"Ayo kejar aku Gun! Nanti aku belikan Pad Thai!"

"Tidak mau ah," rajuk Gun yang seketika membuat Tawa Off membuncah. Tunangannya merajuk ternyata.

Off melangkahkan kakinya, menyudahi permainan konyol mereka dan ikut berjongkok bersama Tunangannya. "Heh kerdil, kau merajuk ya." Entahlah rasanya pemuda berumur 28 tahun itu akan mati jika tidak menggoda Tunangannya.

Gun yang mendengar lontaran candaan dari Tunangannyapun segera memukul mukul lengannya. Demi apapun baru kemarin mereka menghabiskan malam yang panas dan kini sudah bertengkar lagi. Namanya juga pasangan belum lama Tuangannya. Ya, Off dan Gun baru bertunangan 3 bulan yang lalu dengan cara yang sangat tidak romantis. Pada saat itu sebenarnya salah satu Condo yang berada satu lantai dengan mereka terbakar dan api memyebar dengan cepat, entah bagaimana dengan bodohnya Off melamar Gun disaat saat mereka baru berhasil dari keluar dari Kondo, katanya Off takut tidak diberi kesempatan untuk melamar Kekasihnya itu makanya dia melamar Gun di saat itu juga.

"Aww shh Gun, hentikan itu sakit loh."

"Biar saja, siapa suruh meledekku!"

"Aww jangan marah naa, bagaimana jika besok kita berjalan jalan? Kemanapun yang kau mau aku akan menurutinya," tawar Off yang membuat Gun memiringkan kepalanya ke kiri, pertanda jika sang Tunangan sedang berpikir.

Ohh Tuhan. Dimata Off Gun begitu menggemaskan dan begitu sempurna. Sepertinya saat Tuhan menciptakan Gun, Dewi Aphrodite ikut turun tangan.

"Benar benar kemanapun yang aku mau?" tanya Gun yang tiba tiba membuat Off menyesal mengatakan itu. Off hanya bisa mengangguk, mengiyakan keingan Tunangannya itu.

"Oke, dimaafkan!"

Deux MondesWo Geschichten leben. Entdecke jetzt