BAB 6 - DIBALIK PERCINTAAN

Começar do início
                                    

"Kau ingin aku buatkan teh panas?" tawar Varischa.

"Ya, boleh, silahkan."

Pada akhirnya Varischa harus menunda keinginan untuk berbaring di atas kasur yang empuk tadi. Pangeran Jeofrel mengikuti Varischa untuk pergi ke dapur rumah, melihat Varischa yang akan membuat teh hangat untuk dirinya. Suasana tentu saja sedikit canggung, bagaimana tidak?! Mereka baru saja bertemu setelah sekian tahun lamanya. Apalagi sebelum perpisahan, Pangeran Jeofrel sempat menyatakan cinta pada Varischa. Dan Varischa masih mengingat hal tersebut.

Ia jadi bertanya-tanya, apakah Pangeran Jeofrel masih mencintainya atau sudah lupa akan ungkapan cintanya beberapa tahun yang lalu?

Omong-omong, kenapa para pelayan tidak terlihat? Itu mungkin karena mereka semua sudah tidur. Jadi Pangeran Jeofrel bisa masuk ke dalam rumah yang ditempati Varischa dengan mudah.

Varischa mulai membuat teh, dimulai dari memanaskan air di dalam cerek tembaga terlebih dahulu, kemudian mengambil daun teh kering yang telah dihaluskan dan memasukkannya ke dalam poci keramik. Varischa mengambil gelas keramik untuk dituangkan gula yang terbuat dari air tebu yang telah dikristalkan. Kemudian ia menunggu air yang sedang dipanaskan untuk dituangkan ke dalam poci keramik.

Setelah air mendidih, Varischa mengangkat teh poci tembaga dari atas tungku, lalu menuangkan air tersebut ke dalam poci keramik yang berisi daun teh kering halus. Aromanya seketika menguap, membuat hidung siapa mengembang ketika menciumnya. Kemudian, setelah teh larut dan warna air berubah menjadi kecoklatan, Varischa menyaring air teh ke dalam gelas keramik yang berisikan gula. Dan terakhir, tak lupa Varischa mengaduk teh tersebut menggunakan sendok sebelum akhirnya teh diserahkan pada Pangeran Jeofrel.

"Ini tehnya, Pangeran," kata Varischa.

"Terima kasih," jawab Pangeran Jeofrel sambil tersenyum hingga matanya menyipit.

Pangeran Jeofrel menyeruput nya sedikit, berhati-hati karena teh tersebut masih sangat panas, terbukti dari asapnya yang mengepul ke udara. Lidah Pangeran Jeofrel mencecap rasa teh tersebut, seketika rasa manis dan hangat menyapa lidahnya. Ia tersenyum, teh adalah minuman favoritnya. Dan rasa teh buatan Varischa benar-benar lezat.

"Teh buatan mu benar-benar nikmat," puji Pangeran Jeofrel.

Varischa terkekeh kecil. Sedikit lucu mendengar ucapan dari Pangeran yang sebenarnya dingin ini. "Itu hanya teh. Semua orang pasti bisa membuatnya."

"Tidak, punyamu adalah yang terenak. Rasa manisnya pas, tidak ada rasa pahit sama sekali. Aku sudah merasakan semua teh buatan dari para pelayan, tapi rasanya biasa saja," kata Pangeran Jeofrel tulus. Ia meletakkan gelas keramik tersebut ke atas meja dapur.

Lontaran kata tersebut membuat pipi Varischa memanas. Bukankah Pangeran Jeofrel itu memiliki sifat dingin? Lalu kenapa dia bisa membuat pipi Varischa memanas? Apa dia punya kekuatan yang bisa memanaskan seseorang? Entahlah. Mungkin ini efek malu karena dipuji oleh orang yang ia cintai. Kalau anak zaman sekarang menyebutnya "malu-malu dipuji sama mas crush". Jiaakhhh!!!

"Tapi... kurasa ada yang lebih manis dari pada teh ini."

Varischa bingung. Dahi wanita itu mengernyit samar. "Apa? Susu? Coklat?"

"Bukan."

"Lalu?"

"Bibirmu."

Cup!

Satu kecupan hangat mendarat di bibir Varischa.

Tubuh Varischa seketika membeku. Pipinya yang sudah memanas, seketika semakin memanas dan memerah bak tomat. Sementara si pelaku hanya tersenyum melihat tingkah Varischa yang terkejut dan malu-malu ketika dikecup bagian bibirnya. Itu hanya dikecup, belum dicium.

(Seri 2) D'FORSE | FINDING THE MISSING Onde histórias criam vida. Descubra agora