extra chapter.

18 4 2
                                    

Extra Chapter : A Story In London ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Extra Chapter : A Story In London
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━


ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

─‌─‌─‌─‌ 7 years later. ─‌─‌─‌─‌

"Tolong persiapkan ini juga, sir. Aku tak mau yang ini tertinggal. Ingat, jangan sampai lukisan ini rusak!"

"Lukisan ini juga my lady? Baik akan saya persiapkan sekarang." Pelayan ini menunduk hormat, lalu segera membawa lukisan dengan penuh hati-hati.

Lukisan besar ini adalah lukisan kesayangan Lady Vandleur, jika lukisan ini sampai rusak, entah kemarahan apa yang akan sang lady luapkan.

Semenjak tak berhubungan lagi dengan sang kekasih dari kalangan tentara, Lady Vandleur begitu menyimpan lukisan itu dengan sepenuh hati, menjaganya dengan hati-hati dan memastikannya tetap aman.

Tujuh, tujuh tahun tak membuatnya bergerak untuk melupakan lelaki baik itu. Semua pemberian Elden, selalu melekat ditubuhnya. Bahkan, lelaki itu tak pernah tergantikan dalam hatinya. Ibunya berkali-kali mengenalkannya pada banyak lelaki bangsawan, namun sepertinya tak ada satupun yang menarik perhatiannya.

Sama sekali tak ada.

"Dik, kau sudah yakin sekarang? Kau benar-benar ingin pergi ke London?" tanya Nicholas dengan nada lembut, lelaki itu memperhatikan sang adik yang sedang merapikan barangnya dengan serius.

"Tentu saja, aku sudah mempersiapkannya dari lama. Lagipula, ini kesempatanku untuk melebarkan sayapku lebih lebar di dunia seni. Tawaran Lady Däina tak akan kusia-siakan, Nicho." Adel tersenyum manis.

Lionel menggenggam tangan adiknya dengan lembut, "Apakah benar itu alasan pastimu? Bukan karena kau hendak menyusul Elden?"

Sejenak Adel menghentikan kegiatannya, bertanya pada dirinya sendiri. Apakah ini adalah keputusan yang benar ia ambil? Apakah ia masih mengharapkan lelaki prajurit itu? Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat untuknya. Tapi entah mengapa, lelaki itu sama sekali belum tergeser posisinya.

"Entahlah Lion, aku tak yakin mengenai hal itu. Tujuanku ke London hanyalalah untuk urusan seni, hanya itu. Kurasa." Adel mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Hal itu tentu masih meragukan untuk Lionel dan juga Nicholas, mereka berdua pun masih melihat keraguan di dalam diri Adel.

"Kau bisa berhenti kapan saja Adel, tujuh tahun bukanlah hal yang mudah kau lewati. Lelaki tak hanya dia saja, kau tentu perlu melanjutkan hidupmu. Kau berhak untuk bahagia."

"Ya, kau benar Nicholas. Terima kasih." Adel hanya tersenyum ke arah Nicholas. Kakaknya dengan mudah mengatakan hal itu, tapi percayalah hal itu benar-benar sulit untuk Adel lakukan.

"Jika dia memang hanya untukmu, dia pasti akan kembali padamu Adel. Kau tak tahu apa yang akan terjadi di London nanti, kau perlu memastikannya sendiri untuk melihat apa yang akan terjadi. Aku akan mengunjungimu nanti, dik." Lionel mengelus rambut Adel lembut.

MR. ELDRIGE | HWANG HYUNJIN ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora