BAB 12🌺OTOT ATAU OTAK🌺

7 3 0
                                    

Demi menenangkan tiga gadis dengan mata yang masih memerah akibat menangis. Shan membawa mereka ke markas shigar dezie. Dia tau Alana, Nada, dan Viora masih merekam dengan jelas. Peristiwa yang seharusnya tidak terjadi.

Juga untuk menutup kecemasan berlebih dari orang rumah gadis-gadis ini. Jika mereka pulang tepat setelah kejadian, ada kemungkinan masalah ini akan menjadi besar.

"Jadi, kalian tenangin diri dulu disini. Tenang aja! Nggak ada yang bakal nyakitin kalian." Ucap Shan seraya merebahkan tubuhnya di kursi usang itu lagi.

"Al, minum dulu!" Tawar Garrend, Alana mengangguk.

Suasana hening dalam beberapa detik, mereka semua mencoba mengatur nafas dan menenangkan pikiran sendiri-sendiri. Ada beberapa anggota yang tinggal sebagai cadangan.

Sebelum dipanggil, mereka yang tinggal telah menyiapkan semua keperluan ketika sampai di markas. Baik obat, makanan dan tenaga untuk membantu yang cidera.

"Gar, gue herman nih ye, kok bisa gitu. Elo datang-datang sambil bunyiin sirine, yang bikin jantung gue cenat-cenut goblok!" Celetuk Bima sambil mengunyah cemilan ditangannya.

"Buset, bang! Nyesel Lo, gue bantuin? Hah!" Decak Garrend.

"Ehhh, bukannya gitu pak wakil, becanda mon maaf, hhehe. Gue cuma pengen tau aja, elahh!"

"Hmm, tadi gue kepikiran sama omongannya sih Hengki. Kalo geng teri bawa banyak anggota, gue takut aja Lo mati nggak ada asuransi."

"Anjir! Jauh amat pikiran Lo, pak wakil. Gue dapet mimpi semalam nih, gue belum mati karena utang gue masih bejibun." Timpal Deden.

"Dih! Ya udah bayar utang Lo ama gue, biar cepet mati!" Tambah Kenzie.

Mereka semua terkekeh, Kenzie beranjak duduk kesamping Alana. Seraya membawa sebuah barang milik salah satu teman Alana.

"Al!" Panggil Kenzie.

Alana yang mengurut keningnya sendiri seketika berhenti. Dia mendongakkan kepalanya.

"Gimana, udah ngerasa baikan?" Lanjutnya.

"Mm," Alana mengangguk.

"Oh, ya! Na, punya Lo." Kenzie memberikan kacamata milik Nada, kemudian gadis itu mengambil dan memakainya.

"Hiks.. makasih!" Lirihnya dengan suara serak.

Shan mengangkat kepalanya, memperhatikan sekeliling. Ingin sekali rasanya dia juga menenangkan Alana dan memberikan pelukan hangat. Namun dia tidak bisa melakukan itu.

"Kenapa kalian bisa jadi sandera si geng teri?" Cetus Garrend.

"Kita juga nggak tau Gar, pas kita lewat dihadang sama mereka. Kita kaget dong, kirain begal. Mereka kepungin kita, suruh keluar. Abis tu kita keluar, tiba-tiba kita diikat." Sambung Viora menjelaskan.

"Emangnya kalian mau kemana?" Imbuh Bima mendekat.

"Kerumahnya pantat botol, buat ganti baju. Terus ke cafe deket sekolah, jalan sana kan jadi cepet." Ujar Viora.

"Udah kayak gini juga, Lo masih aja ganti nama gue.. huwaaa!" Nada semakin menjadi-jadi.

"Eh! Eh! Ehh! Udah nangisnya dong, ntar cantiknya ilang. Kan sayang atuhh." Sambar Deden.

"Hiks, nggak usah sayang-sayang, gue nggak sayang sama Lo."

"Tapi gue tetep sayang."

"Sayang sama gue?"

"Sayang air mata Lo."

"Iihhh, Viii! Daki kulit jahatttt!" Adu nya pada Viora.

Semesta Bahagia [ℝ𝔼ℙ𝕆𝕊𝕋]Where stories live. Discover now