[35] kembali bertemu

Mulai dari awal
                                    

Dengan aura dinginnya Arkan duduk dibangku yang ada didepan semua mahasiswa, memandang seluruh penjuru ruangan mencari seseorang tapi tak menemukan keberadaan orang itu. Lalu beralih pada absen untuk melihat nama setiap mahasiswanya, tak salah ruangan. Dirinya benar-benar berada di ruangan milik Amara. Lantas mengapa gadis itu tidak ada disana? Apa masih berada dikantin, dirinya mengeraskan rahang saat mengingat kejadian dimana Amara dekat dengan lelaki lain.

Saat dirinya tengah meng absen tanpa sengaja tatapannya jatuh pada seseorang yang tengah tertidur dibelakang sana dan terhalang dengan tubuh seorang lainnya. Sekarang dirinya merasa sedikit marah apalagi di jamnya ada yang tertidur, pantas saja dirinya tak melihat. Sudah ditutupi oleh tubuh gempal seorang mahasiswi lalu ditambah wajahnya yang tertutup dengan sebuah buku. Sepertinya sedikit hukuman pas untuk mahasiswi yang tidak disiplin seperti ini.

Arkan bangkit meninggalkan tanda tanya bagi sejumlah mereka yang ada didalam ruangan itu.

Saat sadar Neli menepuk dahinya, betapa pelupanya dirinya sampai tak membangunkan Amara. Sekarang dirinya tak tahu apa yang akan dilakukan oleh sang dosen pada teman sekelasnya itu. Dirinya masih belum menebak bagaimana pribadi dari dosen baru itu apakah orangnya garang atau malah sebaliknya.

Tanpa pikir panjang dan perasaan Arkan memukul meja hingga membuat mereka yang dekat dengan meja Amara terlonjak sangking kagetnya, bagaimana dengan keadaan Amara yang menjadi korban dari itu?

Dengan keringat sebesar biji jagung yang bersarang di dahinya Amara menatap siapa pelaku yang membuat tidurnya terganggu, bukan berniat memarahi tapi berterima kasih karena sudah menarik dirinya dari mimpi buruk yang sedang dirinya mimpikan.

Saat matanya bertatapan dengan manik mata hitam itu langsung menyebabkan efek yang tak akan Amara perkirakan. Hatinya berdegup tak karuan, ada perasaan senang, sedih kecewa, marah semua bercampur menjadi satu dalam satu bulir bening yang turun dari kelopak matanya. Orang yang baru saja masuk kedalan mimpinya dan membuat dirinya menangis dan takut akan kehilangan.

"Mas Dud~" Lirih Amara bukannya menubruk dada bidang itu Amara justru berlari keluar dari sana dengan air mata yang membanjiri matanya.

Sebenarnya Arkan ingin mengejar Amara tapi dia tak bisa, mengingat tugasnya sekarang. Dia harus menyelesaikannya terlebih dahulu dan juga memberikan waktu bagi Amara untuk berpikir dan menerima.

Didalam kamar mandi tangis Amara pecah, penantian dirinya kini sudah terbalaskan. Tapi hatinya sedih, kenapa baru sekarang? Kenapa baru sekarang Arkan menemuinya, kemana dulu disaat dirinya bener-bener mengharapkan lelaki itu.

Sebenarnya Amara sangat ingin memeluk tubuh itu mencurahkan semua perasaan yang selama ini dia pendam sendiri. Menceritakan bagaimana kehidupan dirinya tanpa kehadiran sosok itu, dia ingin menangis mengeluarkan setiap pedih yang juga selama ini dia tahan.

Amara menghidupkan keran air, menampung air sampai penuh dan langsung membasuh wajahnya yang memerah ditambah mata yang agak bengkak. Mematut dirinya didepan cermin, dia terdiam cukup lama memandang dirinya didepan cermin.

Menghela nafas berulang kali kemudian memutuskan untuk keluar dari dalam toilet. Betapa terkejutnya dia saat melihat tubuh jakung yang berada di depannya saat ini, mengapa orang itu dapat berada didepan dirinya.

"M-mas Dud, ngapai ke-kesini?" Tanya Amara gugup entah kenapa spontan menyebut nama Arkan dengan 'Mas Dud'

"Saya rindu sama kamu" Kata Arkan langsung merengkuh tubuh kecil Amara kedalam pelukannya.

"I-ni be-beneran?" Tanya Amara masih tak percaya pada apa yang kini tengah dia lihat dan alami.

Melepaskan pelukannya tangan Arkan berada pada bahu Amara "kamu tidak percaya pada saya? Padahal saya berusaha untuk menemukan kamu dan sekarang kamu malah tidak percaya," Arkan menggeleng-gelengkan kepala memandang Amara "saya ini a-r-k-a-n, suami kamu Amara" Lanjutnya mengacak rambut Amara membuat desiran aneh menjalar disetiap tubuh Amara.

Istri Mas Duda  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang