JIANDRA 6 : Obat

406 70 3
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

"Ri, muka lo kenapa kusut banget? Kayak orang nggak mandi, tau!"

Shreya, Ghina dan Jinan terkejut melihat penampilan Riona yang baru memasuki kelasnya. Wajahnya kusut dengan lingkaran hitam disekitar matanya, dengan sebuah goresan di tulang pipinya.

Gadis itu seperti kehilangan semangatnya, melangkah gontai menuju bangku.

"Buset, Ri. Lo serem banget!" Hansa menarik dirinya mendekat kearah Riona, disusul oleh Dipta, Jauzan dan Alden.

"Lo kenapa, Ri?" tanya Ghina.

Riona menatap semua temannya, tersenyum simpul untuk menandakan bahwa dia baik-baik saja. Alden, yang khawatir setengah mati pada gadis itu, menempelkan punggung tangannya kearah kening gadis itu.

Suhu tubuhnya normal, tapi tak membuat tingkat kekhawatiran Alden berkurang.

"Gue nggak sakit, Al." Riona tersenyum pada lelaki itu.

"Riona, kalau lo punya masalah tolong cerita sama kita kita. Kita selalu ada buat lo, Ri." Jinan menatapnya khawatir, meraih tangan Riona yang berada diatas meja.

Riona mengulum senyumnya, sudut matanya hampir saja kembali meneteskan air mata. Dia terharu dan senang, memiliki teman yang selalu ada untuknya.

Ada Shreya, gadis manis yang sifatnya 11 12 dengannya. Ada Ghina, gadis hedon yang cerewet dan banyak tingkah. Ada Jinan, gadis dengan hati yang lembut dan tak banyak bicara.

Jangan lupakan Dipta, Hansa, Jauzan dan Alden.

Riona sempat berpikir, bagaimana jika semua tau kalau dirinya sudah membuat Calvin pergi untuk selamanya?

Apa akan masih ada seorang teman yang bersedia mengatakan jika dia selalu ada untuknya?

"Riona!" Sentuhan dari Dipta, membuat Riona tersadar akan lamunannya.

"Ri, jangan bengong gini dong! Kita makin khawatir!" Jinan sudah ingin menangis melihat Riona yang terlihat linglung.

"Ayo ke UKS, kita istirahat," ajak Alden.

"Nggak, Al. Gue nggak sakit."

"Lo nggak sakit tapi keadaan lo nggak baik-baik aja, gue khawatir sama lo, Riona."

Riona menatap manik mata Alden, lelaki itu benar-benar khawatir. Melihat Riona tak bergerak sedikitpun, Alden memutuskan untuk menggendong gadis itu. Berkat bantuan ototnya, menggendong Riona bukan masalah besar baginya.

Mengabaikan tatapan para siswa di koridor, Alden berjalan dengan langkah yang besar dan terburu-buru. Jiandra yang saat itu sedang bersama ketiga sahabatnya, juga menatap bingung kearah mereka.

Tak biasanya Riona pergi UKS, apalagi disaat sepagi ini.

Alden menurunkan gadis itu di brankar UKS, menatapnya dengan penuh kasih sayang.
"Kita disini dulu, gue temenin lo."

"Al, udah gue bilang gue nggak sakit. Lo lebay, ah."

"Nggak sakit tapi kenapa ada luka di muka lo, hm?" Alden menangkup pipi Riona, mengelus goresan luka yang terbentuk disana.

Jujur saja, Riona rasanya ingin menangis dipelukan Alden saat ini. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya didekap hangat oleh orang yang ia kasihi.

"Ya Allah, Riona! Ini tangan lo kenapa?"

Riona terdiam saat Alden meraih tangannya yang ia perban. Ada darah yang merembes keluar, yang tentu saja menyita perhatian lelaki itu.

Alden semakin panik, dengan gusar ia mencari kotak P3K untuk segera mengobati luka Riona.

PANGLIMA JIANDRA • park jihoonOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz