BAB 11🌺PERANG🌺

Beginne am Anfang
                                    

Gadis itu adalah Alana, walaupun menangis dia tetap membalas tatapan Rifan. Jantungnya berdegup tidak karuan, tatapan Rifan membuatnya takut.

"Peduli apa kalian sama mereka?" Tanya Rifan setelah memandang Alana.

"Bukan urusan Lo!" Ujar Shan mengepalkan tangannya.

"Pacar Lo?" Lanjut Rifan, Shan terdiam. "Bukan kan! Ya udah Lo nggak usah takut kayak gitu dong, hhaha. Mau mereka mati sekalipun, kalian nggak berperan penting bukan? Yah, kecuali disini ada salah satu pacar Lo!"

Shan menatap ke arah Alana yang tengah menangis bersama Nada dan Viora. Pikirannya terganggu terlebih melihat tetesan air mata Alana.

"Lo lepasin mereka sekarang juga!" Titah Shan dengan nada serius.

"Oke!"

"Loh bos, nggak bisa gitu dong. Kasih aing kalo nggak mau, nggak usah dilepas napa. Aing jomblo atuhh.." sahut pria dibelakang Rifan.

"Bacot Lo! DIEM!" Decak Rifan. "Huftt! Oke, gue lepasin mereka tapi dengan syarat. Lo berlutut dan mengakui kalo shigar dezie udah kalah. Dan Alisterion jadi penguasa atas shigar dezie. Gimana? Setuju nggak." Sambungnya.

Mengetahui permintaan yang cukup berat, anggota shigar dezie saling tatap. Sedangkan Shan tertawa sejenak yang membuat Rifan bingung.

"Hhaha... Gue beneran nggak tau, kalo Lo emang nggak punya nyali. Bangga lo, menang tanpa perjuangan! Huh, cuih!" Shan meludah lalu berkacak pinggang, detik berikutnya dia memberi kode dibelakang punggung untuk siap-siap mengarah melepaskan sandera.

"SHIT! SERANGGG!!!" Seru Rifan.

Kedua kubu memulai aksi pertempuran yang sengit. Jika dilihat ulang, anggota Alisterion dua kali lipat lebih banyak dari shigar dezie. Namun, entah mengapa Shan begitu percaya kalau mereka akan menang.

Sebenarnya bukan lagi menang yang dia inginkan. Tapi keselamatan Alana yang membuatnya tidak mundur untuk tetap bertarung. Karena lawan yang tidak sebanding, membuat Shan berhasil terkena bogeman di beberapa tubuh dan wajahnya.

Tampak Rifan begitu ambisi ingin mengalahkannya. Namun sekuat tenaga dia melawan dan memberi tanda biru baik di wajah maupun tempat lain.

Bukan lagi satu lawan satu jika seperti ini, tapi mau bagaimana lagi. Wanita itu harus diselamatkan, lingkungannya sekarang bukan tempat yang cocok.

Pria yang notabene-nya tidak suka pada Alana ini tidak peduli. Dengan gagah dan berani dia juga berhasil merobohkan musuh. Sampai dia melihat Alana yang sudah diamankan teman-temannya. Pria itu tersenyum tipis.

Lanjut dengan beringas menghajar mereka yang mendekat dan ingin mengetes kekuatannya. Tanpa rasa takut, namun dia selalu mencuri pandang ke arah Alana yang diikuti oleh anggota Alisterion.

Dengan sigap Kenzie dan dua orang pria lain melumpuhkannya untuk melindungi gadis-gadis itu. Sedangkan Shan yang tidak fokus berhasil terkena tinjuan dari Rifan. Lagi-lagi dia bangkit, semangatnya seolah bertambah mengalir dengan deras.

Beruntung pertarungan yang tidak seimbang ini tidak berlangsung lama. Karena dari kejauhan telah terdengar suara sirine mobil polisi. Baik shigar dezie maupun Alisterion memecahkan diri untuk pergi.

Semuanya panik, menunggangi kuda masing-masing. Rifan hanya bisa melihat anak buahnya lari kalang kabut. Dirasa situasi mulai tidak terkendali dia juga pergi. Hanya tatapan kesal yang dia berikan pada Shan.

Sedangkan Shan, dengan luka lebam diwajahnya menghampiri Alana. Yang sudah dijaga oleh Kenzie dan dua anggota lainnya didekat motor mereka parkir

"Ngapain masih disini? Cabut!"

"Ehhh! Bentar bos, sebenernya itu bukan polisi." Ujar Kenzie.

"Maksud, Lo!"

Shan mengkerutkan keningnya, lalu menaikkan sebelah alisnya. Pertanda dia bertanya karena tidak mengerti. Lalu ada seseorang yang datang.

"Kalian nggak apa-apa guysss! Sorry, lama datengnya." Seru Garrend. "Al, kok Lo bisa disini juga?" Lanjutnya.

Sekarang Shan mulai mengerti dan memahami. Dia merasa lega telah menyelamatkan Alana, meski dia dan teman-temannya terluka.

"Udah! Nanti aja ngobrolnya, sekarang kita balik ke markas dulu." Ujar Shan.

"Gue mau balik! Hiks..." Ucap Nada menutupi wajahnya yang penuh air mata. Viora memeluk dan mengelus punggungnya, walau dia sendiri juga menangis.

Alana hanya mematung, air matanya memang tidak lagi mengalir. Tapi rasa takut dari tatapannya memang masih ada. Shan menangkap itu.

"Gimana nih? Mereka pasti takut banget abis kejadian ini." Ucap Bima.

"Bisa jadi trauma, apalagi mereka udah disandera waktu kita belum sampe. Nggak tau kan apa yang dilakuin mereka!" Lanjut Kenzie.

"Hah! Lo disandera mereka Al?!" Tanya Garrend. " Haishhh, bangsat emang!" Dia membuang nafas kasar.

❃.✮:▹🧸◃:✮.❃

Nexxxt...

Note:
1). Vote setelah baca /part!
2). Penuhin kolom komen di setiap paragraf!
3). Kritik dan saran yang membangun sangat dianjurkan!
4). Pisss.·'¯'(>▂<)'¯'·.

Sad, liat mereka yang nggak ninggalin jejak:)

DON'T FORGET TO FOLLOW!
@armhitaaaa_
@armhitaaaaa_
@bpk_sean01
@aln_stfnny02


©Copyright

Semesta Bahagia [ℝ𝔼ℙ𝕆𝕊𝕋]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt