5: Bersembunyi dari pecahan.

9.6K 819 31
                                    

Pagi itu kelasku sedang free class. Guru-guru mengadakan rapat entah membicarakan apa. Aku tak peduli.

Kedua telinga ku sumpalkan dengan headset. Melantunkan sebuah lagu yang lagi ngehits dan menjadi salah satu lagu favorite luar Negri ku. Love me like you do dari Ellie Goulding.

Sebuah lagu dari soundtrack film Fifty Shades of Grey.

Aku berjingkrak ke sana kemari. Meloncat tanpa henti, menganggu Widi, Dela dan Dini yang sedang asik bergosip.

Sesekali mereka berteriak kesal dan membalas mencubiti pipiku hingga memerah.

Aku tertawa keras.

Mungkin bagi orang yang tak tau apapun tentang hatiku.

Tak tau apapun yang sedang aku rasakan.

Tak tau apapun semua usahaku yang menyembunyikan dari semua orang agar mereka tak tau kalau aku dalam masa berkabung.

Berkabung karena hatiku yang telah mati.

Mereka akan mengira aku sudah menjadi gila. Memiliki otak yang miring seratus persen.

Mentok di bagian pojok akhir kerangka kepalaku, otakku mengecil sampai seujung kuku.

Aku tersenyum miris.

Apa aku kelihatan seperti itu? Sepertinya... Iya.

"Lan, gue mau nanya. Serius."

Aku berhenti meloncat-loncat. Disampingku, Ary, menatapku dalam dan serius.

"Mau nanya apa, Ry?"

"Tapi lo lagi gak gila kan?"

Aku tertawa menepuk-nepuk bahunya keras. "Kelihatannya gimana?"

Ary meringis kecil. "Gak jadi deh. Lo lagi gila."

Aku tertawa lagi.

Inilah salah satu usahaku supaya tidak kelihatan nelangsa sehabis putus dengan Bintang.

"Oke, gue serius. Ada apa?"

"Udah gak gila kan?"

Aku tersenyum menyakinkan.

"Oke. Kita duduk dulu di bangkunya Jay."

Aku mengikuti kemana arah Ary duduk. Dia duduk di bangku Jay sementara aku di bangku Agung.

Aku gugup setengah mati.

Di belakang ku...

Ada,

Bintang.

"Jadi, gini. Gue mau nanya," katanya menatapku sambil sesekali menengok ke arah belakangku. "Menurut lo mending di cintai atau mencintai?"

Aku berfikir sejenak. Memikirkan jawaban yang pantas untuk pertanyaannya itu.

"Hmm, kayaknya gue pernah ngerasain deh," aku tersenyum penuh arti padanya, aku meluruskan pandanganku pada tembok bercat cream. "Waktu gue pacaran sama Iam. Gue juga berusaha buat mencintai orang yang mencintai gue. Dengan kata lain gue pernah dicintai tetapi gue gak mencintai."

Aku meletakan kedua tangan dibawah dada. Kenangan beberapa bulan lalu kembali berputar dalam benakku.

Ketika aku masih berpacaran dengan Iam.

"Gue fikir lebih baik kita dicintai."

Ary menatapku dengan raut wajah bertanya.

"Karena lebih baik dicintai daripada mencintai. Sakit loh gak dianggap. But... Hmm... I think kayaknya lebih baik keduanya. Duh, gue labil."

All of the stars [Bulan's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang