01

99.5K 9.9K 71
                                    

Namanya Diandra Isabel, wanita yang memiliki impian menjadi seorang ibu. Sayangnya impian kecil itu belum juga terwujud meski usianya sudah menginjak 35 tahun.

Jodoh tak kunjung datang padanya, pernah berniat mengadopsi anak namun terhalang pekerjaannya yang terlalu menumpuk. Wanita pekerja kantoran sepertinya tak memiliki waktu untuk sekedar membahagiakan diri, apalagi jika nanti ia mengadopsi anak.

Hingga kejadian tak di sangka terjadi, Diandra tewas dalam kecelakaan lalu lintas.

Tetapi kini ia tengah berdiri di depan cermin dengan wajah asing, siapa dia? Pertanyaan-pertanyaan muncul di benaknya secara bertubi-tubi.

Apakah ia di beri kesempatan ke dua?

Aysel Haizea, usia 21 tahun dan 3 bulan yang lalu Aysel baru saja melahirkan seorang anak tanpa suami di sampingnya. Hanya itu yang bisa ia ingat dari ingatan Aysel tidak lebih, saat mencoba mengingat kepalanya akan terasa sangat sakit.

Bayi laki-laki yang di beri nama Zadkiel itu kekurangan nutrisi yang seharusnya di terima sesaat setelah lahir, ASI. Namun, Aysel yang tanpa alasan tidak mau menyusui bayi nya dan memilih susu formula padahal tak ada masalah apapun pada ASI nya.

Aysel, itu namanya sekarang.

Kakinya ia langkahkan pada ranjang tipis kecil di mana bayi laki-laki itu berada, tengah tertidur dengan pulas. Melihat popok yang terasa penuh Aysel cepat menggantinya, alangkah terkejutnya saat melihat banyak ruam keunguan di sekujur tubuh bayi itu.

"Oh ya ampun!!"

Ia yakin, pasti Aysel yang melakukan ini semua.

Sedih sekali melihat bayi ini sudah menerima kekerasan fisik sejak dini, Aysel tau pasti ada alasan di balik ini semua.

"Haloo anak ganteng... mulai hari ini aku adalah Mama mu." Aysel dengan hati-hati memangku bayi Kiel dan menimangnya saat di rasa bayi itu terusik.

Malam tiba, setelah selesai menyusui Aysel kini berusaha mengingat potongan-potongan ingatan yang bagaikan puzzle.

"Hah~ aku sama sekali tidak bisa mengingat apapun."

Tok.. tok..!

"Siapa yang bertamu malam-malam begini?"

Aysel bergegas keluar dari kamar dan membuka pintu rumah, "Aysel, apakah kau sudah makan?"

Pertanyaan yang tiba-tiba datang dari sosok ibu-ibu yang kini berdiri di depan Aysel tentu membuatnya terkejut. Nama Indira tiba-tiba melintas saat melihat wanita ini, "oh? Ah... belum bu. Ini mau keluar cari makan."

Padahal bohong.

"Ini ambil, kebetulan ibu masak banyak."

Dengan ragu Aysel menerima rantang dari bu Indira, "terima kasih bu maaf saya jadi merepotkan."

"Tidak apa-apa. Gimana Kiel?"

"Sudah tidur bu,"

bu Indira tersenyum "syukurlah kalo kamu sudah mau menerima kenyataan, nak. Kiel itu bagaimana pun juga anak mu, jangan terlalu sering menyakitinya, ibu tau hidup kamu sulit tapi coba untuk sedikit berdamai dengan masalah mu."

Aysel tertegun sejenak, dadanya sesak tanpa sebab.

"Terima kasih bu."

Saat pintu tertutup air matanya meluncur tanpa di perintah, ingatan samar terlintas. Aysel, sejak awal tidak memiliki suami di sampingnya. Dan Bu Indira adalah orang baik yang mau membantunya, bahkan rumah kontrakan yang di tinggalinya adalah belas kasihan bu Indira padanya.

"Karena aku adalah Aysel jadi mulai saat ini aku akan mengambil semua tanggung jawab mu!"

***

Beberapa bulan sudah Aysel lewati menjadi seorang ibu muda, merasa bahagia karena impian kecilnya terwujud pun dengan terbebasnya dari pekerjaan menggunung sebagai pegawai kantoran.

Melihat keuangan nya yang semakin menipis ia harus pintar-pintar memutar otak bagaimana menghasilkan uang untuk jangka panjang.

Maka dari itu, dengan keterampilan yang dimilikinya Aysel membuat roti dan kue yang ia titipkan di warung-warung kecil. Meskipun masih terbilang sedikit tetapi cukup untuk membeli keperluan Kiel dan makan dirinya.

"Bwuu.. uuu..!"

Tangan kecil terkepal itu terangkat naik turun dengan semangat, bibir kecil mengerucut dengan wajah kesal luar biasa. Aysel terkikik, "anak Mama ini kenapa hm?"

"Abwuu bu uu!"

Baby Kiel di letakkan di lantai beralas kasur dan di kelilingi bantal. Aysel yang sedang membuat adonan kue tak pernah sekalipun mengalihkan perhatiannya dari bayi lucu itu.

Karena usia baby Kiel yang beranjak 6 bulan bayi itu selalu mengoceh tanpa henti meskipun terdengar tak jelas. Baby Kiel pun sudah bisa tengkurap dengan sempurna-

"Tunggu bentar ya sayang~!"

Setelah selesai dengan pekerjaannya Aysel pun mulai menyusui baby Kiel. Mata besar bersinar baby Kiel membuat Aysel selalu terpana, begitu jernih dan cantik.

Pluk!

Tangan mungilnya menyapa pipi Aysel, mereka saling bertatap. Karena elusan lembut yang Aysel berikan mata itu lambat laun mulai tertutup dan tertidur.

Selama 3 bulan ini ia habiskan bersama baby Kiel membuat Aysel tak ingin berpisah dengan bayi mungil ini. "Apapun yang terjadi nanti, aku akan tetap menyayangimu!"

Cup!

Tbc.

The Way to Protect the Lovable SonWhere stories live. Discover now