Chapter 4

21 2 0
                                    

Orang yang melalaikan salat nerakanya tentu sudah jelas, tapi orang yang berdosa selagi salatnya masih terikat dengan dia insyaallah peluang surga masih terbentang luas untuknya.

SYA
____________________

KATANYA, bunga akan sulit tumbuh jika ditanam di tempat yang salah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

KATANYA, bunga akan sulit tumbuh jika ditanam di tempat yang salah. Pernyataan itu mungkin cocok untuk menyinggungku. Bekerja di lingkungan yang mungkin menurutku keliru.

Ya sebenarnya aku tak bisa mengklaim itu sepenuhnya salah, sebab dibalik buruknya keadaan, siapa tahu ada beribu benih kebaikan yang tumbuh esok.

Beberapa hari bekerja, malah bukan pekerjaan yang membuat pikiranku semakin runyam tapi malah Rahsya yang dua puluh empat jam berputar-putar di kepalaku. Bisa-bisanya dia memanggilku dengan panggilan Iasya? Jika kuperkirakan, selama meeting berlangsung dia sudah memanggilku dengan nama itu sekitar tiga kali.

Memang sedikit kurang kerjaan, menghitung-hitung kesalahan orang. Apalagi aku malah tak mendengar presentasi Rahsya. Mungkin efek dari tingkat kepahamanku di luar kepala mengenai materinya yang sudah aku baca semalam.

"Setelah baca MoU-nya kamu segera buat formulir evaluasi kerja untuk karyawan bulan ini. Datanya sudah saya minta sama HR, kamu bisa cek e-mail divisi ini. Ingat, kamu tetap memonitor mereka. Utamakan profesionalitas dan nilai secara objektif," ucap Rahsya berdiri di depan mejaku sambil mengambil secangkir kopi yang akan ia bawa ke ruangannya.

"Baik, Pak." Aku masih membolak-balik acak kertas yang ada di depanku.

Sekilas aku teringat dengan perkataan Kak Zayyad kemarin. Ia baru mengabari di group chat bahwa rapat perdana seluruh anggota seksi humas akan diadakan sore nanti di RainCoffee.

"Iasya. Eh, maksudku Ayyasya. Nanti sebelum asar kamu ikut saya meeting sama klien. Sekarang persiapan, jam dua saya tunggu di bawah sama Pak Sahid." Baiklah, dia sudah empat kali salah memanggil namaku. Apa harus kubilang wajar hanya karena otak manusia tidak memiliki fusiform face area di bagian belakang telinganya? Oke, kali ini kuberi toleransi.

"Berarti nanti berangkat sama Pak Sahid kan, Pak?" tanyaku memastikan.

"Iya, enggak mungkin mau kalau kamu berangkat cuma sama saya," tukasnya dan meninggalkan tempat kerja lebih dulu dengan menenteng tasnya.

Rasanya ingin menolak menghadiri meeting kali ini, tapi mau bagaimana lagi, ini adalah kewajiban. Dengan berat hati mungkin nanti aku akan izin ke Najma agar disampaikan ke Kak Zayyad kalau aku belum bisa hadir sore nanti.

Laptop kuatur dengan mode sleep agar nanti tak memakan waktu terlalu lama terutama dalam membuka file yang sudah kurevisi berkali-kali. Sekarang tinggal menata backpacker-ku yang mungkin bobotnya bertambah seperempat kilo daripada pagi tadi.

SYAWhere stories live. Discover now