Chapter 3

16 2 0
                                    

Di setiap kesulitannya hadir juga kemudahannya. Dan Allah itu enggak akan melanggar janjinya.

SYA

_______________________________

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

_______________________________

SEMENJAK aku mengikuti berita mengenai investasi yang sedang booming akhir-akhir ini, sepertinya hal itu tidak beda jauh dengan hal yang dilakukan oleh perusahaan tempat ku bekerja. Meskipun terdengar menguntungkan, ternyata ada saja peluang risiko yang terjadi jika investor tidak menentukan target dengan baik, entah risiko inflasi, fluktuasi harga, atau bahkan unsystematic risk, seperti risiko likuiditas dan reinvestment. Agak puyeng memang jika sudah berbicara tentang permodalan duniawi.

Apalagi investasi ukhrawi yang terkadang banyak orang yang tidak tertarik akan itu namun nyatanya malah tak pernah merugikan sang investor. Bang Hamman sempat bilang kepadaku, kalau mau investasi dan dapet untung double kill, zikir sana. Selain bisa gugurin dosa segedhe langit dan bumi, juga bisa meningkatkan kesehatan mental. Kala itu aku tertegun mendengarnya.

Jelas Bang Hammam paham tentang itu karena ia lulusan jurusan psikologi dan sekarang menjadi seorang konselor di salah satu perusahaan konseling di Tangerang. Bang Hammam juga suka menulis buku, jika ia memiliki waktu luang pasti menyempatkan untuk menulis seputar dunia psikologi.

Kalau Bang Hammam bisa kusewa sehari saja, mungkin akan kusuruh dia untuk riset sifat dan karakter Rahsya yang bisa ia gunakan untuk ide menulisnya tentang 'karakter atasan yang mood-nya fluktuatif sehingga berisiko menindas bawahannya dengan segudang laporan.'

Ya, karena laporan, very sorry, sekarang aku malah overtime, ditambah lagi dengan  menyusun agenda rapat sebelum membuat undangan kepada beberapa supervisor. Ayolah, ini sudah menjelang isya. Aku menundukkan kepalaku sejenak dan kemudian berdiri dan melangkah menuju meja Rasya.

"Pak, untuk laporan perkembangan dan strategi produksi saya masukan ke agenda, ya?" tanyaku pada Rahsya yang sedari tadi masih memeriksa dokumen dari staf administrasi.

"Ya," jawabnya singkat. Dia tidak mengerti seberapa lelahnya aku yang harus bolak-balik dari tempat kerjaku yang dekat dengan pintu masuk untuk berjalan menuju mejanya.

"Kalau sudah selesai, kirim ke e-mail pribadi saya. Biar saya periksa ulang. Terus, ini daftar nama yang akan diundang." Baru setengah jalan meninggalkan mejanya, Rahsya menyodorkan kertas itu dan terpaksa aku harus balik lagi ke tempatnya. Sebenarnya apa susahnya dia memberikan daftar nama itu sekalian saat aku menanyakan agendanya tadi. Dia pikir kakiku ini terbuat dari campuran serat karbon.

Waktu berotasi begitu cepat, setelah salat Isya tadi aku masih memasukkan daftar nama itu. Mungkin nanti aku akan pulang sedikit larut. Namun, sebelumnya aku sudah izin kepada Bang Hammam kalau aku akan pulang terlambat. Ya, aku diizinkan, meski harus take video dan foto diri beserta dokumen yang aku kerjakan untuk kukirim ke Bang Hammam sebagai bukti karena sifatnya yang overprotective.

SYAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن