9. Same

353 29 0
                                    

Ketiga orang yang ada di dalam ruangan, hanya bisa membelalak melihat dua orang yang tengah berciuman di hadapan mereka. Tidak ada yang berani membuka suara mereka. Sampai akhirnya ciuman keduanya terhenti.

Haechan langsung membalikkan tubuhnya menghadap ke Jeno, setelah ciuman mereka selesai. Tatapannya langsung di tujukan untuk menatap Jeno, yang saat ini tidak jauh dari hadapannya. "Apa aku harus making out di hadapan kamu, untuk membuktikan kalau aku ini kekasihnya?" Tanya Haechan dengan seringaian penuh kemenangan, dan juga ejekkan untuk Jeno.

Sehun, dan Jaehyun hanya bisa terdiam. Menatap takjub wanita yang ada di hadapannya ini. Dalam pikiran mereka, mereka berdua tidak menyangka kalau Haechan akan seberani ini.

"Kau sangat persis seperti ibu-mu ya, Ten Lee." Seruan yang Sehun keluarkan, sukses mengembalikan kesadaran Haechan, yang hilang selama beberapa menit yang lalu.

'Apa yang telah kau lakukan?!' Batin Haechan berteriak, atas tingkah laku yang ia lakukan tadi.

"Maksud anda?" Tanya Haechan, dengan tatapan kikuknya.

"Kau sangat berani, persis seperti ibu-mu. Aku sangat menyukai karakter seperti dirimu. Tolong jaga Jaemin ya. Kalau dia susah di atur? Bilang saya aja. Saya yang akan memberikan pelajaran untuk dia." Ujar Sehun, menatap Haechan dengan senyumannya.

Haechan sempat kikuk selama beberapa detik. Ia sangat terpesona dengan wajah, dan senyumnya Sehun. "Apakah kalian berdua ada waktu luang? Aku ingin mengajak-mu dan Jaemin untuk makan siang dengan kami." Tanya Sehun, membuyarkan pikiran Haechan.

"Sayangnya kami tidak bisa. Kami harus pergi meeting bersama, dan kemungkinan akan makan bersama di sana. Jadi, sayang sekali Dad." Ujar Jaemin dengan seringaiannya.

"Kalau begitu kami berdua pamit pergi. Kami berdua sepertinya terlambat menghadiri meeting-nya. Sampai jumpa Dad, Bang Jae, and Asshole." Pamit Jaemin, yang langsung membawa Haechan keluar.

Haechan yang tiba-tiba di bawa keluar, hanya bisa mengikuti Jaemin yang membawanya. "Maafkan aku atas sikap-ku, Tuan Na." Sesal Haechan, sebelum dirinya menghilang di balik pintu.

"Wow." Seru Jaehyun, yang sudah tersadar dari acara nge-bugnya. Dia sungguh terkesan dengan seorang wanita bernama Lee Haechan. Sampai-sampai mulutnya tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Sepertinya setelah pernikahan Jeno, Jaemin akan menyusul." Seru Sehun, dengan raut wajah senangnya.

"Semoga saja." Sahut Jeno, dengan smirk yang ia tunjukkan.

Mereka bertiga pun serentak untuk keluar dari ruangan Jaemin. Sedangkan Jaemin dan Haechan sudah ada di dalam mobil, yang entah membawa mereka kemana.

Di dalam mobil, Haechan terus merutuki dirinya sendiri. Betapa cerobohnya dia, di kala emosi yang sedang menyelimuti dirinya, sampai-sampai dirinya bertindak jauh seperti tadi.

"Terima kasih." Ujar Jaemin, yang mulai membuka suaranya, guna mengakhiri kesunyian, dan kecanggungan di antara mereka. Karena sedari tadi mobil mereka jalan, mereka tidak membuka percakapan satu sama lain.

Haechan yang mendengar kalimat terima kasih, yang di lontarkan Jaemin pun tercengang. Menatap Jaemin yang ada di sebelahnya, dengan tatapan intens. "Seriously? Terima kasih?" Tanya Haechan sekali lagi. Kali aja pendengarannya salah tangkap. Karena pada dasarnya ia tidak mengharapkan kata itu yang keluar. Melainkan kalimat makian, atas kelancangannya dalam mencium Jaemin.

Jaemin menganggukkan kepalanya. "Iya terima kasih, karena kamu telah menyelamatkan aku dari krisis permasalahan tadi, seperti apa yang aku minta di pesan tadi." Ujar Jaemin.

Yup! Tadi dia sempat mengirimkan pesan kepada Haechan, melalui aplikasi pesan yang ada di ponselnya. Yang mana isi pesan itu meminta tolong kepada Haechan untuk segera datang ke atas. Bilang di hadapan semua orang, kalau saat ini dirinya harus menghadiri meeting penting tentang proyek. Jaemin juga meminta Haechan untuk mengikuti segala permainan, yang akan di mainkannya tadi.

Jaemin pikir, Haechan bakalan menolak. Tapi ternyata ia salah! Bukannya mengikuti permainannya, Haechan malah mengambil alih permainan yang akan dia mainkan. Bahkan permainan Haechan lebih bagus, daripada permainan yang akan ia permainkan.

"Tapi tadi, aku telah mencium dirimu." Ujar Haechan, yang hampir mencicit karena malu.

"Well. Tadi aku juga menikmatinya. Jadi kita impas bukan?" Ujar Jaemin yang kelewat santai. Seakan menganggap ini semua biasa saja. Padahal bagi Haechan, kejadian ini sangat penting. Pasalnya itu ciuman pertamanya, yang ia janjikan untuk suaminya.

"Dan kalau misalkan itu ciuman pertama-mu. Maaf, karena aku telah merengutnya." Sambung Jaemin, yang entah kenapa membuat hati Haechan menghangat.

"Kan aku yang melakukannya." Cicit Haechan, yang masih bisa di dengar Jaemin.

Jaemin tersenyum. Niatnya ingin tertawa karena ucapan Haechan. Tapi ia urungkan karena situasinya saat ini, sangat tidak memungkinkan untuk dirinya tertawa. "Tetap saja. Kalau bukan karena aku yang menyuruh-mu, ciuman itu gak akan pernah terjadi. Jadi, ini semua salah aku." Balas Jaemin.

Haechan mendesis. Dia tidak menyangka kalau Jaemin mendengar ucapannya. Padahal dia sudah berbicara sangat kecil. Sedangkan Jaemin yang melirik Haechan sekilas, langsung mengangkat tangannya untuk mengusak surai rambut Haechan. "Sudah-lah, jangan di pikirkan lagi. Kalau memang kekasih-mu mencitai diri-mu, dia tidak akan mempermasalahkan ini bukan? Jadi carilah pria yang tidak mempermasalahkan masa lalu-mu, dan keadaan-mi nantinya." Ujar Jaemin.

Haechan memikirkan perkataan yang keluar dari mulut Jaemin. "Jadi, kita mau ke mana nih?" Tanya Jaemin, mencairkan suasana, dan mengubah topik obrolan mereka.

"Mana saya tau. Kan Bapak sendiri yang bawa saya keluar. Mana segala pakai bohong mau menghadiri rapat lagi." Celoteh Haechan, yang sedikit kesal karena itu.

Haechan kesal bukan karena ia berbohong. Ia tidak munafik, dan jujur kalau dirinya sering berbohong. Sampai-sampai temannya pada mempunyai trust issue, terhadap semua yang keluar dari mulut Haechan.

"Ya maaf. Lagi saya juga kesel di tanya kapan nikah mulu. Kapan punya pacar dan yang lainnya. Saya kan mau fokus kerja aja." Alasan klasik yang di lontarkan Jaemin, dan juga semua orang, kalau di kasih pertanyaan seperti itu.

"Pak. Jangan-jangan bapak Gay ya?" Pertanyaan penuh curiga yang Haechan lontarkan, dan langsung mendapatnya decakan kasar dari Jaemin.

"Yakali Chan! Gini-gini saya masih suka cewe ya! Tapi ya emang sekarang lagi gak minta aja buat cari pasangan." Lagi dan lagi, alasan klasik yang Jaemin lontarkan, untuk menyangkal ucapan Haechan.

Bukan menyangkal kalau sebenarnya dia gay ya! Dia benar-benar bukan gay! Tapi ada alasan tersendiri kenapa dia belum mencari pasangan lagi. Dan Jaemin masih enggan untuk memberikan alasan itu kepada Haechan. Atau lebih tepatnya dia belum percaya Haechan.

"Emangnya kamu sendiri udah punya pacar?" Tanya Jaemin, yang langsung di balas gelengan kepala oleh Haechan.

"Yeee..... sama aja itu mah!"

MORE THAN HELP - JAEMHYUCK/NAHYUCKWhere stories live. Discover now