Tapi tenang saja, akan aku jaga Ara dengan baik jika kamu pergi. Bahkan aku masih berharap kamu selamat, sa. Tapi Tuhan berkehendak lain. Mungkin jika keajaiban datang, pasti kamu tetap akan menjadi sahabat yang selalu ada di sampingku.

Hanya 1 kata untuk mu. Aku menyayangimu, Sa
Terimakasih sudah menjadi sahabat paling baik ku di dunia ini, selamat tinggal, sa. Jikalau surat ini datang terlambat sebelum kamu melihatnya..
Love you, my Lil Brother

Aku buka lagi surat yang ada di belakang nya, seperti nya kali ini untuk ku

Untuk Lee Ara

Kamu adalah pendukung Asahi, kamu baik, Ra. Sangat baik! Bahkan aku sangat iri padamu, Ra. Kamu bisa menjaga Asahi saat aku tidak ada untuknya, Ra

Jika bisa aku ingin bertukar tubuh dengan mu dan melihatnya sekali lagi! Namun, aku memutuskan untuk pulang ke Korea besok. Aku janji besok pagi aku sudah ada di depan kalian. Membawa banyak bingkisan untuk kalian sebagai rasa balas bersalahku.

Hanya 1 kalimat yang bisa aku katakan untukmu, Ra. Terimakasih. Terimakasih sudah menjaga Asahi menggantikan diriku. Menjaga Asahi selama 3 tahun tanpa aku hadir dalam kejadian tersebut.

Terimakasih, Lee Ara. Aku berterimakasih banyak! Sampaikan salam ku untuk Asahi ya? Katakan aku menyayanginya..

Lov u Lil sister

Lagi lagi aku menangis dengan angin yang terus menerpa diriku. Apalagi ini? Kenapa salah seorang yang sudah ku anggap keluarga lagi-lagi meninggalkanku?

Aku terisak di kedua telapak tangan ku. Berusaha mencerna lagi apa yang terjadi. Membiarkan pikiran ku kembali tenang.

Lalu tiba-tiba, aku teringat Asahi. Ya, bagaimana Asahi? Apakah dia sudah tau tentang ini?

Aku lari sekencang-kencangnya menuju ruangan 022. Seketika jantungku berdetak cepat. Entah apa yang akan ku lihat kali ini. Tujuan ku hanya 1, menemuinya.

Aku melangkah perlahan di ambang pintu kayu berwarna coklat tua yang bertuliskan 022.
Semakin aku mendekat, semakin juga aku merasakan hawa yang berbeda dari biasanya.

Aku mulai memasuki ruangan itu. Bisa ku hirup aroma Lavender dari pengharum ruangan kesukaan Asahi. Juga hilir angin yang masuk dari jendela yang masih terbuka.

Aku bisa lihat Asahi sedang tertidur. Sepertinya tertidur pulas. Aku bernafas lega. Syukurlah dia baik-baik saja. Mungkin itu hanya pikiran ku yang terlalu overthinking. Aku duduk di sampingnya.

Lalu aku ambil surat dari Juyeon untuk disampaikan pada Asahi. Agar Asahi bisa menerima kenyataan bahwa ternyata tadi sore adalah arwah Juyeon yang mengucapkan selamat tinggal.

Perlahan aku pegang tangannya. Tangan nya dingin. Aku berpikir dia kedinginan karna angin yang sedari tadi masuk melalui jendela.

Kini senja hampir selesai. Juga langit langit yang mulai menampakan kegelapan dan juga bintang-bintang.

"Aduh, pacar macam apa aku yang biarin pacar nya kedinginan?" Ucapku bergurau. Ingin mencairkan suasana hening dari ruangan ini. Tak ada siapapun di ruangan ini. Cukup hanya aku dan Asahi.

Setelah menyelimutinya dengan lembut. Dia tak kunjung berkutit dengan gerakan tangan ku. Aku pikir dia tidur sangat nyenyak. Tapi kulitnya agak pucat. Juga bibirnya yang kering. Entah kapan firasat ini datang, tapi dalam benak ku, dia sudah pergi.

Seketika pelupuk mataku memanas. Sesak di dada ku kembali datang. Astaga!

Aku memeriksa nadinya, ternyata tak berdenyut. Aku berusaha membangunkan nya namun tak kunjung bangun.

Tunggu, Ada apa ini Tuhan? Jangan ambil dulu dia dari ku! Mengapa dia pergi disaat aku tidak di sampingnya? Aku menyesal! Sangat menyesal!!

Kenapa aku tidak di sampingnya saja tadi? Kenapa aku harus pergi keladang?

ARGH!

"Sa, kamu jangan bercanda, aku gak suka! Sa, bangun!" Beberapa kali ku coba menggoyangkan wajah dan tubuhnya, namun laki-laki itu tak kunjung bangun.

Ribuan kata menyesal menyerbu pikiran ku. Jika keajaiban bisa memutar waktu, tolong kembalikan aku disaat terakhirnya.

Akan aku temani dia di saat terakhirnya. Tapi apa? Aku malah pergi!

Hamada Asahi, apa kamu yakin ingin meninggalkan ku?

Aku menangis! Menangis sejadi-jadinya! Tiba-tiba terdengar kembali suara dari memori-memori yang sudah kami kenang selama ini. Memori-memori yang selalu membuat hari kami indah.

Semua itu terdengar. Seakan menggema di telingaku. Suara tertawanya yang candu. Membuat ku memeluk erat tubuhnya yang kaku dan tak bernyawa.

"Andai! Andai waktu bisa aku putar, Sa! Aku gak akan pernah ninggalin kamu sedetik pun!"

Bahkan air mataku sudah membasahi kerah bajunya. Aku perlahan kembali menatap wajahnya yang tampan meskipun sudah pucat. Tetap tampan terukir wajahnya. Dengan mata yang terpejam, aku mengecup lama bibirnya yang kering.

Ini salam perpisahan ku, Sa. Bahkan jika kamu pergi, aku masih mencintaimu. Istirahat dengan tenang, sayang. Semoga kita di pertemukan kembali oleh Tuhan.

End

End

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Udh si itu aja cerita ku yang tamat. Yah, pertama kalinya aku punya cerita yang tamat🥺

Oh iya, setelah cerita ini, aku mau buat cerita baru. Meskipun lapak ini tidak rame sama sekali😔

But, I hope ya'll like my short Story.

Hope ya'll happy guys

This story ends here
1 - August - 2022

Dear Asahi, From Lee AraWhere stories live. Discover now