You Left

116 13 5
                                    

Kamu melukai hati yang telah kamu jaga sendiri, dan kamu meninggalkan ku, sa?

Aku masih terdiam. Terdiam dan memandang ke arah lautan. Birunya lautan dan harum Lavender melesit begitu saja di Indra penciuman ku.

Ternyata me-time itu perlu. Sangat di butuhkan oleh gadis sepertiku. Yang gampang menangis, gampang terluka, bahkan dia kesakitan saja sudah aku tangisi.

Bagaimana dengan kepergian nya?

Aku sadar umurnya tak lama lagi. Tak ada keajaiban yang datang. Bahkan jika aku berharap banyak, nyatanya tak membuahkan hasil.

Aku masih merenung sembari duduk di kursi kecil di bawah pohon itu. Rasanya sangat nyaman.

Apakah dengan kamu pergi akan membuat kamu bahagia? Batin Ku

Saat sedang asiknya menikmati indahnya sore, aku merasa ada orang yang duduk di samping ku.

Aku menoleh ke arahnya.

"Guanlin?" Aku terkejut melihatnya. Melihat sosok Guanlin yang pernah singgah di hidupku namun hanya sebentar karna di pisahkan oleh kepercayaan.

"Kamu kenapa sendiri? Asahi siapa yang nemenin?" Ucapnya pelan. Bisa ku dengar suara beratnya melantun di pendengaran ku.

"Ada Juyeon" jawab ku singkat.

"Juyeon? Astaga, Ara! Juyeon udah meninggal! Kamu gak tau? Semalam saat dia mau pulang Korea, pesawatnya kecelakaan!" Ucapnya.

Aku terkejut, sangat terkejut. Aku terdiam sejenak. Mencoba berfikir dan mencerna kata kata Guanlin. Seketika sebuah pertanyaan terbesit di benakku. Lalu tadi siapa? Jika bukan Juyeon, lalu siapa?

"Lalu tadi siapa? Aku yakin itu Juyeon!" Jawab ku tegas. Aku tak mau tau, aku yakin itu Juyeon! Jika tidak siapa lagi? Lalu embel embel meninggal itu aku yakin hanya candaan Guanlin saja.

"Demi Tuhan, Ara, Juyeon sudah meninggal! Bahkan jasadnya sudah di kremasi!"jawab Guanlin tak kalah tegas.

Lalu dia berdiri. Mengalahkan tinggiku. Dan dia memberikan ku sebuah kertas.

"Ini surat dari Juyeon untuk kalian berdua. Dia kirim surat ini 14 jam sebelum dia pergi untuk selama lamanya.."

Aku menerima surat itu dan membukanya. Tepat sebelum akhirnya Guanlin pergi meninggalkan ku sendiri lagi disini.

Perlahan ku buka surat itu, bisa kulihat hiasan surat itu yang cantik. Dengan berhiaskan tali rajut kecil berwarna coklat susu di tengahnya. Dan juga sebuah tulisan tangan yang rapih di bagian luarnya.

Untuk Lee Ara dan Hamada Asahi

Untuk Sahabatku, Hamada Asahi

Asahi, kenapa kamu tidak cerita padaku tentang penyakit leukimia mu? Bukan kah aku ini sahabatmu? Aku kecewa dengan diriku sendiri. Kenapa aku gak bisa jagain sahabatku yang udah aku anggap adik sendiri? Kecewa sekali aku, Sa.

Bahkan jika kamu malah pergi duluan sebelum aku datang menjenguk mu, aku akan ambil Ara dari mu, Sa. Aku akan ambil!

Dear Asahi, From Lee AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang