Lavender

81 13 0
                                    

Enjoy!

Aku berharap tidak ada kata mati di dunia ini.

-Lost Hope-

Dia masih terbaring kaku di bangsalnya. Wajahnya yang ditutupi alat bantu nafas.
Memberikan kesan kepergian untukku. Harapan kami agar menjadi pasangan pada umumnya pupus. Dia belum bangun sama sekali. Meskipun aku sudah menggenggam tangan nya selama 4 jam.

Aku masih menanti.

"Shh.." rintihnya. Tunggu, dia bangun!

Dengan cepat aku berdiri dan memeriksa keadaan nya. Raut wajahnya nampak agak bergerak. Tangan nya yang dingin perlahan jadi hangat.
Oh Tuhan! Engkau menolongku?

"Air.." pelannya. Perlahan ku lihat matanya mulai terbuka. Dengan cepat aku mengambil air. Dia meminum dengan perlahan.

Tiba-tiba angin yang rusuh masuk melalui jendela. Bisa kulihat ladang Bunga dan laut yang berkoyak. Dengan cepat aku menutup jendela dan menyalakan lampu. Matanya mengikuti gerakan ku.

Aku duduk lagi di kursi sampingnya. Dia menatapku layu. Sendu matanya membuat mata memanas. Namun kutahan air mata ini agar tak keluar dan membuatnya risih.

"Ra.. kamu habis nangis?" Ucapnya tiba-tiba. Aku terkejut, dia tau aku habis menangis.

"Kamu tau?"tanya ku memandangnya sendu.

"Mata kamu bengkak"

Aku terdiam. Ya, mata ku bengkak, bahkan sangat jelek. Ternyata kiasan aku menangis agar tambah cantik itu palsu. Aku malu terhadap diriku sendiri.

Dengan segera aku pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan membersihkan wajah dan mataku yang bengkak.

5 menit aku habiskan di kamar mandi. Ternyata mata ku masih bengkak, aku bingung harus apa.

"Ra, beli obat aja dibawah" ucap Asahi.

Aku menoleh ke arahnya, lalu aku mengangguk.
Aku memilih membeli obat agar mataku tidak bengkak dan mempermalukan diriku sendiri di hadapan Asahi.

"Sa, aku kebawah dulu ya, kamu jangan macem-macem" ucapku lalu keluar dan menutup pintu ruangan. Bahkan sebelum Asahi menjawab.

Aku berjalan santai di koridor di antara pintu-pintu ruangan. Begitu sampai di bawah, aku tak sengaja melihat seseorang yang kukenal sedang linglung di antara keramaian rumah sakit.

Dia Juyeon. Dia adalah sahabat Asahi. Seorang sahabat yang pernah meninggalkan Asahi karna perintah orangtuanya keluar negeri.

Kini dia baru saja kembali. Aku turut senang, tapi aku tidak tau perasaan Asahi saat melihat Juyeon.

Meskipun terpaut umur yang sangat jauh, mereka tetap menjalani persahabatan mereka. Aku sangat salut.

"Juyeon? Kamu udah pulang?" Ucapku di depan nya. Dia nampak terkejut, namun ia langsung memeluk ku. Aku tau keadaan nya.

"Gimana Asahi? Dimana ruangan Asahi?" Ucapnya cepat sembari memegang kedua bahuku. Aku menepis perlahan tangan nya yang ada di bahuku.

Dear Asahi, From Lee AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang