• luciole 11

262 53 0
                                    

•luciole•

Sudah lima hari berlalu sejak insiden Changbin yang menampar Minho. Itu berarti sudah lima hari berlalu juga Minho tidak ke mana-mana.

Chan tidak tahu pasti apa yang lelaki manis itu pikirkan. Yang jelas, Minho tidak mau ke mana-mana, bahkan untuk keluar kamarpun ia enggan.

Chan yang juga sudah lima hari pindah dan tinggal di rumah keluarga Lee hanya mendiamkannya saja. Toh memang tugasnya hanya untuk menjaga Minho kan. Malah lebih baik karena ia tidak perlu mengkhawatirkan si manis secara berlebihan jika mereka sedang di luar rumah.

Hari ini, masih seperti hari-hari sebelumnya. Minho hanya keluar untuk sarapan lalu masuk lagi ke kamarnya. Kehadiran Chan seperti tak kasat mata baginya. Bahkan ketika mereka berpapasan, ia tidak melirik Chan sama sekali.

Chan sendiri, setelah Minho masuk kembali ke kamarnya hanya diam dan hendak melakukan kegiatan yang sama seperti yang ia lakukan beberapa hari belakangan ini. Yaitu memeriksa seluruh rumah dan halaman sebelum duduk untuk membaca buku di depan kamar Minho. Lalu, ia akan pergi memeriksa keadaan lagi di sore dan malam hari.

Tapi, hari ini akan sedikit berbeda dari beberapa hari kemarin. Karena sesaat setelah ia selesai memeriksa keadaan rumah itu, Juyeon datang dengan membawa sebuah paper bag di tangannya.

"Sendirian lo? Minho mana?" Lelaki Lee itu bertanya lebih dulu. Sedang tangan kanannya bergerak mengulurkan paper bag itu untuk Chan. "Dari mama."

"Ada di kamar," jawab Chan sambil menerima paper bag dari Juyeon, "lagi cosplay jadi biarawan."

"Pangandaian lo ya, bang."

"Tapi emang."

"Dari kapan?"

"Habis dari kantor lo tuh. Setelah ditampar Changbin dia gak keluar rumah lagi."

"Hah? Ditampar Changbin?"

Chan yang tadinya akan pergi ke kamarnya untuk menyimpan pemberian sang mama jadi menatap Juyeon lagi.

"Lo gak tahu?"

"Enggak," Juyeon menjawab cepat sambil menggeleng, "dia gak cerita apa-apa sama gue. Dari hari itu juga dia gak ngehubungin gue."

Chan diam sesaat, menatap Juyeon beberapa saat sebelum mengendik.

"Gue gak tahu dia kenapa."

"Yodah, gue liatan dia dulu ya."

"Oke."

•luciole•

"Lo ngapain sih ke sini?"

Minho tidak dapat menahan dirinya untuk mengajukan pertanyaan itu dengan malas saat ia membuka pintu kamarnya dan menemukan Juyeon yang berdiri di sana. Tadinya, ia pikir Chan yang mengetuk pintu. Tapi ketika menyadari jika lelaki itu tidak pernah mengganggunya sejak ia tidak ke mana-mana, ia tahu jika bukan lelaki Bang itu yang menemuinya.

"Kangen," menjawab acuh, Juyeon lalu melangkah masuk lebih dulu tanpa mempedulikan Minho yang sudah mendengus kesal melihat tingkahnya, "lo kayak ditelan bumi tahu, tiba-tiba ngilang."

"Lebay lo, bangsat."

Juyeon tidak memberikan jawaban. Saat Minho menoleh untuk melihatnya, lelaki itu sudah duduk di sisi ranjangnya. Lelaki itu tersenyum kecil sambil menepuk ranjang--memberi isyarat agar ia duduk di sana.

"Kenapa sih?" tanya Minho saat ia sudah duduk.

"Kangen. Lo gak percaya?"

Kali ini Minho yang tidak menjawab. Ia hanya berdecak, membuat Juyeon terkekeh begitu saja.

"Peluk dong, No."

"Ogah."

"Dih, dulu juga pas gue mau ke Jerman lo nangis sambil peluk gue gak mau dilepas."

"Itu karna lo kayak bangsat. Gak ada apa-apa terus tiba-tiba bilang mau pergi."

"Kalo dulu gue udah ngomong dulu sama lo, lo gak akan nangis dong berarti."

Minho mengangguk acuh, "Seengaknya, gue ada persiapan kalo bakal ditinggal."

"Lo gak suka ya kalo ditinggal?"

Kali ini, Minho menoleh untuk menatap lelaki Lee yang lain itu, "Harus lo nanya hal kayak gitu sama gue?"

"Kalo gitu, lo gak suka juga dong kalo ditinggal bang Chan."

Minho yang semula akan menatap ke arah lain, kembali menatap lelaki Lee itu. Senyum sinis langsung terbit menghiasi wajah manisnya.

"Bilang apa lo?"

"Lo gak suka ditinggal bang Chan."

"Gak ada sejarahnya kayak gitu ya, bangsat," Minho menjawab cepat setelah mendengus kecil, "lagian, gue lebih senang lagi kalo dia pergi."

"Gak percaya sih gue."

"Serah lo, bangsat."

"Ya ya ya, gue bagian liatin lo aja deh."

Minho tidak peduli. Ia kembali mendengus.

"Tapi lo ngapain ke sini, anjir? Lo gak mungkin ke sini kalo gak ada urusan."

"Gue bawa titipan."

"Mana?"

"Bukan buat lo."

"Kalo bukan buat gue, buat siapa, bangsat?"

"Buat bang Chan," Juyeon menjawab santai sambil membaringkan tubuhnya di ranjang milik Minho, "dari mama."

"Mama siapa?"

"Mama guelah."

"Sejak kapan tante Ji deket sama dia?"

"Ciee penasaran."

Juyeon berucap menggoda, membuat Minho kembali kesal. Selanjutnya, si manis itu meraih bantalnya dan melempar lelaki Lee yang lain itu dengan kesal.

"Bacot, babi. Gue cuma nanya."

"Jadi, mau gue jawab gak?"

"Gak usah!"

Juyeon kembali terkekeh. Beberapa saat kemudian, ia beranjak dari posisinya dan menatap Minho dengan tatapan yang lebih serius.

"Si bangsat Changbin apain lo?"

•luciole•





thank you...

l u c i o l e •• banginho/minchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang