Chapter 1

151 19 6
                                    

Daun-daun yang menguning mulai jatuh berguguran, angin yang lembut menerbangkan banyak daun yang jatuh dan menimbulkan banyak suara gemerisik dedaunan. Musim gugur telah tiba, langit tampak sangat cerah dan cuaca terasa sangat berbeda dari tahun ke tahun, itu sangat terasa tanpa diduga karena Akai Matsuri sebentar lagi akan dimulai.

Seorang gadis bersurai indigo yang diikat rendah berjalan dengan pelan ditengah guguran daun yang mulai berjatuhan, kedua matanya yang berwarna seperti mutiara memandang lurus dengan tatapan sedikit sendu, warna itu serupa dengan pakaian tipis yang dikenakannya. Jubah yang sedikit kebesaran hanya menyisakan setengah dari pergelangan tangannya. Setiap dia melangkah dua untaian surai indigo yang berada disisi wajahnya bergerak terbawa angin, dan setiap langka kakinya membawa jejak ringan dan anggun. Disaat bersamaan tubuh itu terlihat sedikit kurus dan rapuh.

Langkah gadis itu--Hyuga Hinata berhenti didepan kedai kecil yang terletak di perbatasan desa Konoha. Masuk tanpa memperhatikan banyak orang yang menatapnya, semua mata terpaku melihat keindahan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Hyuga Hinata bisa dibilang orang yang cukup apatis.

Tidak peduli, itu adalah tindakan pertama yang selalu Hinata gunakan ketika dihadapkan sepasang banyak mata yang menatap. Hinata adalah orang yang tidak terlalu memikirkan banyak tindakan yang dilakukan setiap orang terhadapnya ataupun terhadap orang yang membicarakannya secara diam-diam dan terus terang.

Hinata perlahan berjalan dengan ringan, mengambil tempat yang kosong tepat di pojok ruangan dengan jendela yang terbuka dan mengarah, memperlihatkan danau segar yang elok dan diujung danau itu dan terdapat banyak kapal-kapal yang bersemayam dengan hiasan indah. Itu cukup wajar karena festival musim gugur akan segera dimulai, banyak pendatang yang entah darimana akan mengunjungi setiap desa untuk menikmati festival yang diadakan di desa tersebut.

Dengan tubuh yang sedikit menyender dan menatap ke arah danau, dari sisi manapun semua orang tertegun melihat itu. Karena apapun yang dilakukan oleh gadis itu akan nampak sangat sempurna, semua yang terlihat akan sangat indah jika ada gadis itu. Banyak pria dikedai itu yang membicarakannya terang-terangan untuk mencari perhatian dari Hinata namun diacuhkannya, namun ada pula orang yang membicarakan tentang Hinata dan mengatakan bahwa Hinata seperti gadis cantik dari masa lalu yang sangat diagung-agungkan dan telah hilang tanpa meninggalkan jejak.

Cukup diketahui semakin mengalami perubahan zaman, untuk seorang kalangan penyihir yang melihat sesuatu yang tidak biasa itu akan berakhir menjadi situasi yang rumit dan penuh akan gosip. Seorang pelayan wanita datang ke meja Hinata, dengan senyum manis mulai menyapa.

"Selamat siang, nona."

Hinata mengalihkan pandangannya, menatap gadis itu dan memberikan senyuman lembut. Semua orang yang berada dikedai melihat itu hanya mampu terdiam, bahkan pelayan itu bergumam didalam hati 'cantiknya..'

Hinata menyadari walau gadis ini memiliki energi sihir yang tidak terlalu besar namun ia mampu mengetahui dirinya yang mungkin bukanlah seperti orang awam kebanyakan, seperti manusia biasa ataupun pemilik energi sihir yang kecil.

"Cuaca hari ini sangat baik, mengingatkan saya dengan penyihir suci yang melemparkan banyak berkah ke setiap desa setiap tahun. Nona juga pasti merasakan demikian, bukan?"

Tubuh Hinata sedikit menegang ketika mendengar kata penyihir suci, namun dengan cepat ia mencoba merilekskan tubuhnya. Pandangannya lurus kedepan, pelayan itu terus memperhatikan Hinata, terlihat sangat tertarik dengan gadis ini. Hinata hanya terdiam tidak mengatakan apapun, pelayan itu menganggap diamnya Hinata sebagai persetujuan akan perkataannya.

Hinata berdehem pelan sebelum bertanya,

"Mengirim berkah setiap tahun, sampai saat ini?"

Pelayan itu mengangguk dan kembali berbicara,

Destiny (Hashirama x Hinata)Where stories live. Discover now