"Kak, Tae mau pulang"
"Iya, setelah keadaannya membaik kita pulang"
***
"Kak, Tae tidak kuat lagi"
"Heyy, jagoan kakak. Tae pasti bisa, Tae anak hebat. Tidak apa, kakak temani disini yaa?"
***
Kenapa harus pulang? Apakah dengan pulang bisa membuatm...
Tapi, tuhan masih berbaik hati. Dia menginginkan Taehyung untuk kembali.
"Kabar baiknya adalah.. tuan muda sudah sadar"
"Lalu?"
"Mohon maaf, Tuan. Tapi kondisi tuan muda begitu lemah, harapan itu semakin menipis. Bahkan keadaan nya sekarang merupakan sebuah keajaiban"
Jimin tersenyum kecut, lagi-lagi hal seperti ini yang selalu dia dengar. Apa tidak ada kabar yang lebih menyenangkan lain nya? Jimin begitu sebal dibuatnya.
"Sekarang ini kita masih bisa mengusahakan segala kemapuan kita, tapi tidak untuk nanti. Maaf"
"Apa hanya itu?"
Yoongi hanya menunduk patuh, dirinya dibuat dilema untuk melanjutkan kalimat yang begitu menyesakan dadanya itu.
"Apa kau hanya bisa mengatakan hal itu?!"
"Tuan.."
"Saya tidak ingin mendengar kalimat itu lagi"
"Mohon pikirkan kembali, adik anda sudah begitu rapuh. Kita tidak tahu kapan dan siapa yang lebih dulu pergi, tapi ada baiknya kita ciptakan kenangan indah sebelum salah satu dari kita pergi lebih dulu"
°°°
Iya, keadaan Taehyung merupakan sebuah keajaiban.
Kondisinya perlahan membaik, setidaknya adik dari seorang Jimin itu mampu untuk menelan beberapa suap makanan. Itu patut disyukuri pula.
Hari-hari yang mereka lewati tidak semenyeramkan beberapa waktu lalu, ada sedikit warna dalam setiap detiknya. Senyuman Taehyung mengobati segala luka.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Kak, ayo kita pulang"
Jimin menatap lekat adiknya itu, mengankat sebelah alis tebalnya untuk mengisyaratkan tanya.
"Kita kembali ke Korea, Tae tidak mau disini"
"Kenapa?"
"Tae mau disana, Tae tidak suka disini. Ayo kita pulang, Kak"
Pulang? Bahkan Jimin melupakan kata itu jika dengan itu adiknya bisa tetap tinggal bersamanya lebih lama. Tidak apa.
"Tae mau istirahat disana saja"
"Dek, kakak pikir lebih baik kita tinggal beberapa waktu lagi disini tidak apa kan?"
"Tidak! Tae tidak bisa, kak. Tae takut waktunya tidak akan lagi cukup"
Jimin menautkan kedua alisnya, berusaha mengusir segala resah yang baru saja menghantuinya.
"Tae mau pulang sebelum Tae kembali"
"Jangan berbicara yang macam-macam, kakak tidak suka"
"Tapi, Kak.. Tae.. "
"Iya, kita pulang. Jadi istirahatlah sekarang"
"Mohon pikirkan kembali, adik anda sudah begitu rapuh. Kita tidak tahu kapan dan siapa yang lebih dulu pergi, tapi ada baiknya kita ciptakan kenangan indah sebelum salah satu dari kita pergi lebih dulu"
Kalimat itu selalu saja ada dalam pendengaran Jimin, seolah terus mengingatkan nya akan takdir yang tak bisa dia hindari.
"Apa keputusan yang dia ambil sudah benar?" Jimin harap begitu, hatinya terus menolak namun otaknya tak bisa kembali berpikir jernih.
Jika pun harus ada yang lebih dulu pergi, akan lebih baik jika Tuhan memnaggilnya lebih dulu. Jimin akan menerima takdir itu dengan lapang dada.
Tapi.. jika takdir itu sebaliknya
Jimin mohonkan pada Tuhan, biarkan dia mendekap adiknya ketika nafas itu berhembus pergi untuk meninggalkan dirinya sendiri. Biarkan Jimin yang merengkuh tubuh itu sendiri.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
.
.
.
Bentar lagi end yaaa hehe,,
Yang udah nungguin terus, terima kasih buanyakkk 🥰