Debaran rasa 14

2.5K 451 33
                                    

"Dia anak kos?"

Cakra mengangguk.

"Sudah lama tinggal di sini?" tanya Sam lagi

"Sejak kecil."

"Masa dari kecil dia ngekos." Sam menatap bingung pada adiknya.

"Bukan, dulu mereka tinggal di sini. Bapaknya sopir salah satu perusahaan kalau tidak salah, terus beli rumah di sini tapi dijual lagi dan pulang ke kampung untuk mengurus neneknya."

Sam mengerti. "Terus kalung yang katanya dijual kemarin?"

"Ya kalung dari Mas." lalu Cakra tertawa. "Ngasihnya kemahalan sih."

Jadi beneran dijual? Sam menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Tapi hak dia sih kan udah jadi miliknya."

Benar, Sam tidak boleh keberatan. Lagi pula uang dari kalung itu bisa dipakai untuk membeli motor dan sisanya dikirim ke kampung.

"Dia yatim?"

"Iya."

"Mas tertarik padanya?" tidak masalah bertanya sekarang karena hubungan kakaknya dengan Jinan sudah selesai meskipun sekarang Sam sedang menunggu sidang.

"Bukan itu." terlalu cepat jika dia mengatakan tertarik atau suka pada gadis itu. "Aku cuma senang melihat sikapnya pada mama."

"Bukan hanya pada mama, Nuha ramah pada semua orang. Mama mantan gebetan pun masih sering disapa."

Sam ingat percakapan tiga orang gadis yang melewatinya ketika dia duduk di kantin rumah sakit tempat Nuha bekerja.

"Kamu bilang dia dekat dengan seseorang, apakah seorang dokter?"

"Mas tahu dari mana?" tidak mungkin kalau kakaknya tidak tertarik pada Nuha, buktinya dari tadi yang ditanyakan temannya itu dan sekarang saya juga mengetahui seseorang yang dekat dengan Nuha.

"Cuma nebak."

"Stalking?"

Kebetulan mendengar percakapan orang bukan disengajakan apakah bisa disebut stalking?

"Mas juga pernah meminta nomor teleponnya."

"Sampai sekarang belum juga kamu kirim," timpal Sam.

"Mama yang larang jadi mau gimana?"

Sam tersenyum, saat itu ketika dia pulang dari kantin rumah sakit mama langsung menegur dan bertanya alasannya meminta nomor gadis itu.

"Sekarang masih mau?" tanya Cakra, pemuda itu memang tidak tahu bagaimana kejadian di rumah malam itu, namun sampai sekarang walaupun sudah diceraikan kakaknya Jinan belum menjenguk ibunya ke rumah sakit. Sepertinya sempit peluang untuk mereka kembali.

"Boleh."

"Mas nggak ada rencana balikan dengan mba Jinan?"

Sam menggeleng.

"Sepertinya dia menolak dokter itu." Sam menyampaikan sama persis seperti yang didengarnya dari ketiga perawat di kantin.

"Tahu dari mana?"

"Feeling sih."

Cakra tertawa. "Feeling apa survey?" lalu Cakra tergelak.

Sam terlalu malu menceritakan pada adiknya jika dia pernah datang ke rumah sakit tempat Nuha bekerja dan menunggu gadis itu di kantin.

"Gebetan bukan berarti pacar, selama dia belum menjadi milik orang sah-sah saja didekati."

Cakra tidak keberatan jika kakaknya punya niat baik seperti itu.

Diamku Di Atas DustamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang