BAB 6

15 0 0
                                    

"woy.." Rian datang menyeruak membuka pintu ruang kegiatan mahasiswa untuk seni musik. Beberapa orang yang ada didalamnya menoleh

"kalian kenal Anton kan?" tanpa basa basi ia langsung mengutarakan maksud dan tujuannya " kalian tau dia kemana?"

Mereka yang ada didalam saling memandang satu sama lain dan seperti memberikan sinyal tidak mengerti seraya menaikkan bahunya.

"Anton yang sering manggung sama si Darren anak kedokteran kan?" tanya salah satu dari mereka balik kepada Rian. Dan Rian pun mengangguk mengiyakan

"dia ga ada kabarnya lagi bro semenjak terakhir manggung sama si Darren di café.. kayaknya udah hampir tiga mingguan deh"

Njrit.. tiga minggu?? Kemana tuh orang? Nasib laptop gua gimana nih..

"ada urusan apa sebenarnya bro?"

"iya. Ada apa? Kok lu baru nyariin dia sekarang?"

"dia ada utang ya sama lu?"

Mereka saling bergantian memberikan pertanyaan pertanyaan kepada Rian. Sedangkan pria ini hanya sibuk mengacak ngacak rambutnya dengan kasar. Ia bingung harus mencari kemana lagi si Anton

"kagak ..kagak ada utang ..Cuma ada perlu aja" ia menjawab sekenanya. "ada yang punya kontaknya ga?"

"wah..kalau itu kita ga ada nih" jawab seseorang mewakili. Lalu mereka pun kembali asyik latihan bermain musiknya. Meninggalkan Rian yang masih kebingungan di depan pintu.

Anjir lah...kemana sih tuh orang...

"ok thank you ya guys" pamit Rian sambil menutup pintunya kembali. Lalu pergi menjauh dari ruangan tersebut, menuju kantin. Ia yakin teman temannya sudah menunggu ditempat langganannya.

sambil menuruni tangga, ia mencoba menelpon Anton untuk yang kesekian kalinya.namun hasilnya tetap sama, nomor yang ia tuju tidak bisa dihubungi.

"hey rian" sapa seseorang dari belakang. Rian menoleh kearahnya. Ternyata pak dosen muda

"eh, pak mulya"ia tersenyum sekenanya.

"mau ke kantin?" tanya Mulya seraya berjalan beriringan dengan Rian. Dan Rian hanya mengangguk. Tangannya masih sibuk dengan handphonenya. Mulya memperhatikan semua gerak geriknya secara perlahan. Layar handphone Rian pun tak luput dari intaiannya. Dan matanya pun berhasil menangkap nomor dengan nama kontak yang tertera dilayar handphone Rian yang sedari tadi ia coba untuk telpon. Ia memejamkan matanya, mencoba menghafal apa yang ia lihat barusan.

"kenapa? Ga diangkat angkat telponnya?"

"ah iya nih pak" Rian sedikit terkejut. "tersambung tapi ga diangkat" sambung Rian Namun masih berkutat dengan handphonenya

"ada nomor yang lainnya?" ia mencoba melirik layar handphone Rian, memastikan kembali nomor yang ia sedang hafalkan tidak salah.

"Cuma punya ini doang pak"

Dan mereka pun tiba di kawasan kantin kampus. Suasana nya tidak begitu ramai , bahkan bisa dibilang cukup sepi, sehingga nampak terlihat sosok Darren , Ragil dan Tyas dari kejauhan yang sedang menunggu mereka di kantin Mba Yem.

Darren menyambut mereka dengan melambaikan tangan secara antusias, seperti anak anjing yang kedatangan majikannya. Lucu sekali

"argh...gimana niiihhhh?" ucap Rian panik kebingungan sesaat ia dan Mulya sampai dimeja Darren dan yang lainnya. Tas ranselnya ia banting sekenanya keatas meja. Darren yang mengerti apa yang sedang dibicarakan temannya ini hanya bisa menaikkan bahu tanda tidak mengerti lagi apa yang mesti mereka lakukan untuk bisa menjangkau Anton. Sedangkan Mulya duduk dengan tenang disamping Darren setelah memesan makanan kepada mba yem.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 16, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Crystal MethWhere stories live. Discover now