BAB 1

13 0 0
                                    

"mba yem! Pesan yang biasa. Satu yaa" Teriak Darren , seraya menggeser kursi kantin dan duduk dengan nyaman disana. Suasana kantin pukul empat sore sudah mulai sepi. Hanya segelintir mahasiswa yang masih berkeliaran termasuk dia.

"nih....." ucap Mba yem sambil menggelontorkan segelas es teh tarik ditambah dengan susu kental manis sachet-an. Wajah Darren sumringah.

"tirimi kisihhh" ucap Darren ngelantur sambil menyodorkan uang.

"cimi cimiiii" balas mba yem sumringah. "eh eh mas darren" si empunya nama hanya mendehem sembari menyeruput dari sedotan.

Hmm..mulai deh ngegosip

"mas nya kan dari kedokteran kaaan? Katanya ada dosen baru ya? Masih muda ya mas? Ganteng gaaa?" seloroh mba yem dengan medhok jawanya. Darren hanya tersenyum dan mengangguk dibalik seruput es teh tariknya.

"mba yem kalau penasaran langsung ke ruang dosen aja, orangnya baru turun tuhhh" balas Ragil yang ternyata sudah hadir disamping Darren. Mba yem tersipu malu

"lah mas Ragil, masa mba yem kesanaaa... "

"biar tau seberapa gantengnya dosen baru itu" balas ragil lagi sambil menyerobot minumannya Darren. "njir...manis bener bro" komen ragil setelah meneguk minuman Darren.

"ya kan selera gue cuy"

"huek... mba!! Bikinin es kopi aja donk"

"wokehhh" dan mba yem segera berlalu kembali ke tempat kerjanya. Dan Darren kembali menyeruput minumannya sembari membuka laptopnya. Tugas yang belum rampung ia kerjakan semalam masih menanti indah didalam dokumennya. Namun ini lebih susah ketimbang lagu lagu picisan yang biasa ia ciptakan kala senggang. Rasanya ingin ia buang laptop itu dan menggantinya dengan gitar akustik kesayangannya. Tapi mana mungkin.tugas itu adalah segalanya. Tanpa tugas itu, nilai E menanti.

"itu tugas dari Bu dadang kan?" tanya Ragil sembari asyik berkutat dengan handphonenya.

"hooh" jawab Darren tanpa menoleh ke Ragil yang masih duduk disampingnya. Sesaat kemudian mba yem hadir menghampiri mereka seraya membawa segelas es kopi pesanan Ragil.

"terima kasih mba yeeeeem" ragil bersorak sambil memberikan uang kepada mba yem. Si empunya nama hanya mesem.

"eh mas ragil, tadi mba tyas kesini loh" ucap mba yem memulai pergosipannya kembali.

"loh? Masa?" tanya ragil memastikan Tyas yang dimaksud adalah kekasihnya.

"iya beneran.. masa mba yem bohong" sanggah mba yem. "tapi sebentar doank sih, Cuma beli jus "

Alis Ragil mengkerut heran. Pasalnya ia tahu hari ini Tyas tidak ada jadwal dan sedari tadi ia chatting –an dengan pacarnya pun tidak ada info kalau Tyas pergi ke kampus.

Ah..mungkin ada perlu sebentar kesini

"sama cowok anak tehnik,,aduh... mba lupa siapa"

"jenjrenggg" ucap Darren meledek. Ia tahu, sahabatnya itu terlalu cinta mati " kan udah gua bilang cuy.. dia mah playgirl" sambung Darren masih tetap berkutat dengan laptopnya.

"ah Cuma temen kali maaas" sergah mba yem berusaha menghibur

"hai.." tiba tiba seorang pria ikut menimbrung ke perkumpulan dadakan antara mba yem, ragil dan Darren itu. Semua mata tertuju kepada pria tersebut. "lagi pada ngobrolin apa nih?" sambung pria itu

"eh.. Pak Mulya" sambut Darren sumringah. Senyumnya yang manis dengan hiasan lesung pipinya menambah daya tarik wajah imut pria ini. Pak Mulya tersipu " sini nimbrung pak" dan tanpa disadar Mulya duduk di depan hadapan Darren. Otaknya seperti terhipnotis dengan kehadiran Darren , entah apa yang mau ia lakukan sampai diam tak bergeming sekian detik sambil menatap paras Darren yang manis.

Crystal MethWhere stories live. Discover now