dua

862 138 12
                                    

"Lix, mau bareng Kakak nggak?"

Felix yang sedang sarapan dengan Chris dan Changbin itu menolehkan kepalanya ke arah Minho yang baru saja turun. "Kak Minho kuliah pagi?"

"Iya." Minho menarik kursi di depan Felix dan ikut gabung sarapan bersama mereka

"Tapi semalem Hyunjin udah bilang katanya hari ini mau jemput Felix." Ucap Felix di sela-sela makannya.

"Oh, yaudah nggak papa kalo gitu." Minho menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. "Nanti Kakak jemput kamu pas pulang aja."

"Okey."

Setelah percakapan singkat itu, mereka kembali melanjutkan sarapannya dan bergegas melakukan aktivitas masing-masing.

Chris berangkat ke kantor untuk menemui berkas-berkas di ruangannya. Minho berangkat ke kampusnya, sedangkan Changbin dan Felix menuju sekolah mereka.


——•——


"Eh, si cacat dateng."

Suara tawa ejekan langsung memenuhi kelas itu begitu Felix menginjakkan kakinya di sana. Felix menggenggam erat tasnya lalu segera berjalan cepat menuju kursinya.

Ia berusaha acuh dan tidak peduli terhadap cacian teman-teman sekelasnya meskipun tetap saja hal itu tidak ada gunanya. Jauh di lubuk hatinya Felix tetap merasa sakit hati dengan ucapan mereka, tapi dia bisa apa? Semua yang mereka katakan memang benar adanya.

Felix cacat. Dia tidak sempurna.

Felix adalah seorang tuna rungu.

Sejak kecil, Felix hidup dibantu dengan alat bantu dengar yang tidak pernah lepas dari telinganya. Tanpa alat itu, Felix akan kesulitan berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.

Tapi, hanya karena kekurangan yang ia miliki, apa Felix harus mendapat perlakukan tidak mengenakkan seperti itu?

Semua orang tentunya ingin terlahir sempurna tanpa kekurangan suatu apapun, bukan? Begitu juga Felix. Tapi sayangnya, takdir tidak bisa dipilih, dan Felix hanya bisa berusaha menerima apapun yang telah tuhan berikan padanya.

Masih dengan suara ejekan teman-temannya. Felix memilih membuka buku catatannya dan mengabaikan mereka semua.

Felix masih bisa mendengar suara di sekitarnya dengan jelas, namun ia berusaha untuk tidak mempedulikannya.

BRAK!

"MASIH BERANI YA KALIAN BULLY FELIX?! MAU GUE PUKUL SATU-SATU, HAH?!"

Han Jisung, lelaki berpipi gembil mirip tupai itu menendang kuat pintu kelasnya hingga membuat mereka yang ada di dalamnya terkejut, tak terkecuali Felix. Jisung lalu memberikan tatapan tak sukanya pada orang-orang di kelas itu.

"Yah.. pawangnya dateng."

"Nggak asik, ah."

"Bubar-bubar."

Mereka yang tadinya sibuk mengerubungi Felix dan menggunjingnya pun langsung memilih kembali ke bangkunya masing-masing saat tahu jika Jisung datang. Jisung itu terkenal sangat galak, apalagi jika pada orang yang mengganggu Felix.

Jisung adalah sahabat Felix. Mereka bertemu dan mulai bersahabat sejak keduanya duduk dibangku SMP. Selama ini Jisung lah yang selalu membela Felix saat teman-temannya yang lain terus mencibirnya karena kekurangan yang dimilikinya.

Jisung sebenarnya anak yang baik. Tapi kelakuannya agak sedikit aneh, dia juga hobi berteriak-teriak tidak jelas.

"Thanks, Ji." Felix tersenyum tipis ke arah Jisung yang kini duduk di sebelahnya.

Twilight SkyWhere stories live. Discover now