memories

22.6K 1.8K 17
                                    


#PrillyPOV

Aku menatap mata ali sendu, bahkan kecupan manis yang ia berikan selang beberapa detik tadi masih terasa di bibir mungil ku.

Aku terdiam, menunduk, seketika aku merasakan Hujan turun dengan derasnya. Aku bisa menangis sepuasnya sekarang, tanpa membuat ali menatap ku kasihan.

Sekarang aku mengerti, cinta tak harus memiliki, walaupun sudah ku kejar seribu kali. Mungkin memang aku harus mundur? Atau aku harus memperjuangkan ali yang sudah memiliki Tunangan?

Mengapa semua nya terlalu rumit, disaat cinta pertama ku harus terasa sakit seperti ini.

"Prill, tolong.. Dengerin gue.."

"Kak, jauhin aku. Kakak udah punya Kak Fanya. Aku gak pantas untuk kakak. Aku tau, aku gak mungkin pernah ada dihati kakak."

Aku terisak, memeluk tubuhku sendiri, menatapnya sendu. Dan bibirku lagi-lagi bergetar untuk mengucapkan selamat tinggal.

"Selamat tinggal," ucapku.

Seketika sebuah memori terlintas di otakku. Memori dengan alam yang sama, hujan. Darah. Ambulance. Ramai. Keluarga.

"ARGH!"

Aku memegang kepala ku yang terasa begitu sakit, memori itu terlintas sangat cepat, seakan mengigatkan ku dengan sesuatu. Aku melangkah untuk berlari dari hadapan Ali. Aku tidak ingin dia mengetahui bahwa aku Sering mengidap sakit kepala yang aneh.

"Prilly!" Aku masih bisa mendengarkan suara Lelaki yang kucintai dari jauh. Aku merasa suara itu lama kelamaan berubah menjadi suara seorang anak..kecil...

BUKKK

***

Aku merasakan suara riuh didekat ku. Aku mengerjapkan mataku perlahan, membukanya dan menatap sekelilingku. Disana berdiri Kak Pricill, Eline, Anna, Michelle.

"Prilly.. Kamu buat kakak kawatir." Kuliat kak Pricill menghampiri ku dan memeluk kepalaku.

"Maa..f, kak..." Ucapku. Ia mengangguk, lalu tersenyum.

"Prill, lo gapapa kan?" Kudengar isak dari ketiga sahabatku. Aku mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban agar meyakinkan teman-temanku.

"Lo dibawa kesini karena lo gak siuman-siuman selama 1 hari di villa. Jadi gue sama yang lain langsung bawa lo ke rumah sakit deket bromo." Ucap Anna.

Aku tersentak, kak Pricill jauh-jauh ke bromo? Aku sungguh merepotkan.

"Gapapa sayang, kebetulan.. Kak Fero ada kerjaan disini." Ucap kak Pricill membuat ku lega.

"Kamu istirahat ya, kakak mau keluar sama yang lain. Mau makan sebentar, nanti ada yang jagain kamu." Ucap kak pricill. Aku mengangguk.

Setelah mereka semua keluar, aku berusaha mengigat apa yang terjadi sebelumnya.

Aku hanya mengingat, Ali mengejarku dibawah hujan. Aku merasakan kepala ku sakit jika mengingat sesuatu. Sebenarnya, aku punya penyakit apa?

Kenapa selama ini aku selalu sakit kepala, lalu pingsan, lalu ada di dalam ruang obat ini? Aku lelah Tuhan.

Cekrek...

Aku menengok, mendapati ali berdiri di sana dengan kaos putih dan celana panjang. Rambutnya berantakan. Wajahnya kusut.

Aku menatapnya nanar. Untuk apa ali kembali? Sebenarnya, ini bukan salah ali. Ini salahku. Aku terlalu berharap ketinggian untuk menjadi orang yang spesial di hatinya.

Ya, itu salahku!

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya ali dengan senyum kecil, aku hanya diam memberi senyum paksa ku. Bukan senyum paksa, melainkan senyum tulus yang selalu ku beri untuknya.

Rainbow LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang