Another Truth

7.6K 833 85
                                    

-Author Pov-

Gaung tangis memilukan begitu kuat mengisi penuh penjuru ruangan sempit yang disebut 'rumah'. Tak ada satu pun malaikat yang sudi menghampiri untuk sekedar melepaskan ikatan pada tangan dan kaki anak laki-laki yang terlihat lusuh. Masih terlalu muda baginya untuk memiliki ratapan yang dianggap sebagai melodi merdu menuju kematian ibunya sendiri.

Pekak telinga, lebam hati. Elemen lengkap bagi wanita muda itu untuk bersenandung kecil sembari menggeret sebuah bangki berkaki empat. Ditempatkannya hingga tepat berada di bawah simpul tambang yang melingkar dalam keadaan menggantung

"Ibu! ibu lepaskan aku, i-ini sakit sekali. Lepaskan aku bu! aku hng- aku minta maaf kalau sudah nakal dan membuat ibu marah!"

Batu dalam hatinya telah memberikan wanita muda itu kekuatan untuk merangkak naik ke atas bangku. Gagah berani berhadapan dengan simpul tambang yang kini telah melingkar sempurna di sekeliling leher jenjangnya. Saat kedua kakinya bersiap untuk melompat, kilas balik momen indah dalam hidupnya terputar bagai film lama dalam kepala. Mencetak senyum indah yang sudah lama tak ia tampilkan di hadapan sang putra.

"Sayang.. anak ibu yang paling pintar. Lihatlah dengan jelas bagaimana ibu hancur di tangan pria brengsek itu. Rekam semuanya dalam ingatan dan hatimu. Kau mengerti? anakku, kesayanganku."

Lompatan kecil diciptakannya. Tubuhnya mengejang bersamaan dengan decit kayu yang menjadi tempat bernaung simpul tambang di lehernya. Tak sedikit pun kontak mata itu ia putus dari anak laki-laki yang sudah histeris di hadapannya. Ia tak munafik. Bongkahan penyesalan jelas bersemayam dalam dirinya yang telah dengan gegabah menjemput kehidupan suci hanya untuk memberinya dunia tanpa keadilan. Dilupakan, dikhianati, ditinggalkan. Tak ada ruang baginya dan sang putra untuk bernafas dan mendapat kasih sayang.

Biarlah. Biarlah anak malang itu dibentuk semesta menjadi senjata paling ampuh untuk menghancurkan pria brengsek yang kini dengan tak tahu malunya tengah hidup tanpa beban.

"IBU!!! TIDAK!!! siapapun, siapapun tolong!"

"TIDAK!"

Terbangun dari mimpi buruk memang hal yang paling dibenci semua orang. Terlebih, bila itu bukan hanya sekedar bunga tidur. Memori kelam yang tak henti menghantui telah meninggalkan luka yang begitu dalam. Aroma busuk dari sosok wanita muda yang tubuhnya tergantung selama berhari-hari pun masih membelit erat ingatan dari anak laki-laki yang kini telah tumbuh menjadi seorang pria muda tampan.

"Ibu.. hentikan. Hentikan ini semua.."

Bantingan kasar dari pintu pun terdengar. Menampilkan seorang pria muda lainnya yang panik setelah mendengar jeritan sang kekasih.

"Sayang? ada apa?!"

Pria muda itu panik. Mendapati kekasihnya kini tengah menundukkan kepala diantara kedua lutut dengan tubuh bergetar, ia sudah hafal akan keadaan yang terjadi. Membuatnya tak lagi bertanya dan hanya mendekat untuk sekedar memberikan kekuatan. "Shhh- sayang.. tenanglah. Kamu masih bermimpi buruk, ya? tenang ya.. itu semua sudah berlalu." Kalimat penenang itu rupanya merupakan sebuah kesalahan fatal untuk diucapkan. "Apa kau bilang? sudah berlalu?" Pandangan yang semula begitu rapuh itu perlahan terangkat disertai cengkraman kuat pada kedua rahang lawan bicaranya. "Tak ada satu pun yang berlalu selama aku masih hidup di neraka ini. Selama itu pula, tak satu pun dari mereka yang layak untuk hidup dengan tenang. Bukan pria itu, bukan anak kebanggaannya, juga bukan calon cucu tersayangnya."

He's My Queen (VegasPete)Where stories live. Discover now