Bukan dengan teks Nuha membalas pesan temannya itu tapi dia mengirimkan sebuah foto.

"Ini Ma." Cakra memperlihatkan foto mobil kakaknya.

"Berarti paling belakang?" Ria terkekeh. "Seperti pengawal saja." tapi Ria sama sekali tidak keberatan. "Ngomong-ngomong siapa yang mengirimkan foto itu?"

"Nuha."

Ria tertawa lagi.

"Kita berhenti di depan, kamu pindah ke mobil kakakmu saja."

Bukannya menolak tapi dihari istimewa ini dia ingin terus bersama ibunya.

"Biar aku saja," kata Wira. Dia juga khawatir putra sulungnya menyetir sendiri.

"Cakra saja Mas."

Mama tidak ingin kakaknya menyetir sendiri setidaknya ada yang menemani, oke. Cakra akan mencari cara. Dia mulai mengirimkan pesan untuk teman-temannya.

Kekhawatiran Ria beralasan, perjalanan mereka tidak dekat minimal ada yang menemani Sam. Kenapa Sam tidak membawa sopirnya?

Di mobil Nino ada tujuh orang penumpang dan semuanya rata-rata pasangan hanya Nuha yang tidak punya pacar, mereka sedang berembuk siapa yang akan pindah ke mobil Sam.

"Kamu aja, aku nggak bisa kalau ada Pijar." Melly mulai mengeluh. Pijar juga keberatan.

"Iya udah bener lo deh Nuha." Nino berceletuk.

Nuha keberatan. "Udah biarin aja, Cakra juga nggak nge-chat lagi."

Menolak terus takutnya teman-teman curiga padahal tidak ada apa-apa di antara dia dengan Sam, kalau menyetujui sama saja menambah masalah.

Yang dikhawatirkan baik-baik saja di mobilnya, ini sudah setengah perjalanan, Sam menyetir sambil mendengar musik. Ia juga membawa kado istimewa untuk sang ibu, semoga ketika sampai di sana mamanya tidak mempermasalahkan ketidakhadiran Jinan.

Ini kali pertama Sam ke luar kota tanpa sepengetahuan Jinan, ia tidak akan menyembunyikan andai saja ini bukan ulang tahun Ria. Sam tahu tidak akan selamanya dia berbohong tapi dia juga tidak bisa membuat istrinya memahami. Setiap menyinggahi ibu dengan berbagai cara pun tetap Jinan marah.

Setelah tiga jam perjalanan rombongan tiba di vila Wira, begitu keluar dari mobil Ria menghitung mobil. "Sam belum kelihatan."

Ria sedikit panik. "Coba hubungi kakakmu."

Sebelas mobil sudah terparkir rekan-rekan Cakra juga sudah berkumpul di depan Vila mereka juga menunggu Sam.

"Tidak diangkat."

Wira sama paniknya, satu jam yang lalu mereka melihat mobil Sam tapi kenapa pria itu belum juga tiba?

"Cakra saja Mas." Ria tidak mau Wira yang mencari Sam. "Cakra, coba cari dulu dengan Asep."

Cakra mengangguk, sementara Ria mengajak teman putranya masuk untuk beristirahat.

Dan sebuah mobil masuk langsung menyita perhatian Ria dan teman-teman Cakra.

"Aku membuat Mama khawatir ya?" begitu turun Sam langsung menghampiri mama dan memeluknya.

Teman-teman Cakra terharu melihatnya, ada yang berdecak kagum ada juga yang memuji terang-terangan. Bahkan Nuha pun terpana.

"Kamu ketiduran?"

"Tidak."

Sam tidak mengatakan alasannya lalu menatap papa. "Maaf sudah membuat Papa panik."

Wira lega setelah melihat putra sulungnya dalam keadaan baik. Berbeda seperti dulu, sekarang pria itu mudah khawatir kadang dia yang tidak bisa mengendalikan kekhawatirannya.

"Kamu juga begitu sama ibuk, Yank?" tanya Melly.

Pijar menggeleng.

"Kenapa, lihat kakaknya Cakra." Melly tersentuh dengan perlakuan Sam pada Ria. "Aku pernah dengar kalau mau tahu pria itu baik atau tidak lihat dari cara dia memperlakukan ibunya."

"Tidak semua-lah sayang."

"Tapi rata-rata begitu." Melly tidak bermaksud membantah. "Banyak kok yang kulihat seperti itu."

Pijar memilih mengalah, wanita selalu benar.

******

Cakra berbaur satu kamar dengan teman-teman prianya sedangkan wanita ada di lantai tiga. Hanya ada dua kamar private dan itu digunakan oleh orang tuanya juga sang kakak.

Petugas Vila sudah menyiapkan keperluan mereka karena sudah lebih dulu dihubungi oleh Wira. Moment perayaan ulang tahun Ria juga digunakan sebagai acara liburan, semua yang hadir ikut bahagia.

Malam itu semua wanita sedang sibuk di dapur yang cukup luas dengan pemandangan bintang, jadi mereka bisa memasak sambil berfoto ria.

Sam membawa botol berniat mengisi air mineral. Ia meminta tolong pada Nuha karena hanya wanita itu yang dikenalnya. Tapi karena getar ponsel pria itu menjauh dari sana, Jinan yang menghubungi jadi Sam harus mencari tempat sepi. Semua ruang dipakai alhasil dia kembali ke kamar.

Sam masih berbicara saat mendengar pintunya diketuk, setelah membukanya dia melihat Nuha datang dengan botol airnya. Sam memberi isyarat dengan sedikit menggerakkan kepala menyuruh wanita itu masuk, tapi Nuha menggeleng.

"Masuk." Sam berbicara tanpa suara dan Nuha mengerti tapi gadis itu membalas dengan cara yang sama.

"Enggak," jawabnya tanpa suara juga berikut gelengan kepala.

Sam gemas dibuatnya, ia ingin menarik gadis itu ke kamarnya tapi Jinan belum memutuskan panggilan.

Nuha menunduk meletakkan botol itu di lantai lalu pergi begitu saja meninggalkan Sam dengan tatapan tidak percaya.

Diamku Di Atas DustamuWhere stories live. Discover now