BAB 3 - GUA PUTIH

Start from the beginning
                                    

"Baiklah, ayo kita pergi," ajak Tuan Amberson dan dibalas anggukan oleh Varischa.

Tuan Amberson sebenarnya tidak yakin dapat menemukan gerbang Lentera. Lantaran Varischa tidak pernah tahu ada di mana gerbang Lentera tersebut. Entah memang ada di sekitar desa D'Forse, Swiss, atau bisa jadi berada di negeri antah berantah. Tersembunyi dan tidak diketahui oleh siapapun. Namun, karena keyakinan dan tekad Varischa yang begitu kuat, Tuan Amberson juga bersemangat mencari gerbang tersebut. Setidaknya mereka sudah berusaha.

Tuan Amberson dan Varischa hendak melangkah keluar, tetapi sebuah suara menginterupsi mereka berdua. Siapa lagi kalau bukan si Stephen anak kota.

"Kalian benar-benar akan pergi? Lalu aku bagaimana?" tanyanya.

"Ya, kau juga ikut dengan kami," jawab Varischa.

"Sudah kukatakan padamu tadi, kau harus ikut, karena kau yang akan membantu kami," tambah Tuan Amberson.

"Se-sebentar dulu! Aku belum mengemas perbekalan untukku. Aku akan segera kembali!"

"Hei! Untuk apa kau mengemas pakaianmu?" Tuan Amberson menahan Stephen yang hendak pergi ke kamar lain untuk mengambil pakaian. "Apa kau akan mengenakan pakaian modern disaat kita akan berpetualang?"

"Lalu... aku harus bagaimana?"

"Tidak usah bawa pakaianmu. Gunakan saja pakaianku, aku sudah melebihkannya untukmu," kata Tuan Amberson berbesar hati.

Tangan Stephen terangkat ke atas untuk menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal, dan pada akhirnya Stephen mengekor saja dari belakang seperti bocah yang kehilangan sang Ibu saat di pasar.

Selama perjalanan menyusuri jalanan setapak, Stephen sama sekali tidak tahu apapun. Kaki-kaki jenjang itu terus mengikuti dari belakang setiap langkah yang dijejaki oleh Varischa dan Tuan Amberson. Obrolan antara kakek buyut dan cicitnya, terasa aneh, seperti pembahasan para alien di luar angkasa. Tidak cocok untuk kapasitas otak Stephen yang terlalu kecil. Bisa-bisa otaknya hangus karena berpikir terlalu keras.

Tas perbekalan yang terbuat dari satu lembar kain itu rupanya menyita perhatian warga sekitar. Ada seorang warga yang membawa keranjang berisikan sayuran, mencegat perjalanan mereka yang masih terus menyusuri jalan setapak desa.

"Kalian akan pergi berburu lagi?" tanya si wanita tua.

"Ya, Bibi! Kami akan berburu lagi. Seperti sebelumnya," jawab Varischa sumringah.

Kening si model internasional mengernyit dalam. Yang ia tahu, mereka akan pergi mencari gerbang Lentera, bukan pergi berburu. "Bukankah kita akan mencari gerbang-"

"Kau ingin kami membawakan apa untukmu? Kebetulan kami ingin mencari anak rusa. Daging panggang rusa sangatlah lezat, maka dari itu kami ingin berburu untuk makan daging panggang." Tuan Amberson memotong ucapan Stephen yang hendak membongkar tujuan utama mereka.

Stephen semakin bingung. Matanya menyipit, mencoba untuk memahami situasi yang tidak berjalan sesuai rencana awal.

"Aku ingin makan jamur hutan. Di pasar tidak ada yang menjual jamur hutan, katanya jamur itu sudah susah ditemukan. Apa kalian bisa mencarikannya untukku?" tawar si wanita tua yang tidak diketahui namanya.

"Tentu, Bi!" jawab Varischa. "Kami akan mencari sebanyak mungkin untukmu."

"Wah... terima kasih. Sebagai gantinya, setelah kalian pulang dari berburu, aku akan memasak makanan lezat untuk kalian."

"Terima kasih kembali, Bi. Kalau begitu kami pergi dulu. Mungkin kami akan kembali beberapa hari lagi," kata Varischa.

"Baiklah, hati-hati di jalan, ya."

(Seri 2) D'FORSE | FINDING THE MISSING Where stories live. Discover now