"Kau harus fokus pada pekerjaanmu, begitu pun dengan diriku," ucap Jimin.

"Jim," gumam Ariana.

Jeong Jimin mulai menjauh memundurkan langkahnya, kemudian berdiam diri memandangi Ariana.

"Aku hanya akan pergi selama enam bulan. Bukankah kau sudah pernah menungguku selama satu tahun? Bahkan kita pernah melewati masa lima tahun tanpa bertemu dan selama itu aku tetap mencintaimu, Jimin."

"Pergilah! Raih apa yang ingin kau raih, aku tidak ingin menjadi bebanmu lagi. Aku menyerah, aku tidak bisa lagi membiarkanmu mengejar bintang yang setiap harinya akan selalu bertambah dan terus seperti itu," ujar Jeong Jimin yang kini terlihat bersedih.

Ariana tertegun menundukkan wajah dengan perlahan. Jeong Jimin mendekat dan mendaratkan satu kecupan pada pucuk kepala gadis itu dengan begitu lembut sama seperti biasanya.

"I love you," ucap Ariana.

Jeong Jimin mengangguk, bibirnya mengatup rapat lalu menundukkan wajahnya. "I Love you more," gumamnya.

Keduanya kembali saling menatap, dihiasi oleh air mata yang siap tumpah di kelopaknya masing-masing.

"Jimin ...."

Jeong Jimin menyentuh wajah Ariana dengan perlahan. "Kajaaa."

Pria tampan itu menggenggam tangannya lalu melangkah ke arah mobil. Jimin mengemudi di tengah suasana yang hening tanpa percakapan atau pun canda tawa seperti biasanya. Jimin fokus menyetir sementara Ariana terus memandanginya hingga tak terasa mobil itu sudah membawa keduanya ke depan pekarangan rumah Ariana yang megah.

Jimin turun dari dalam mobilnya dan membukakan pintu untuk Ariana.

Ariana turun dengan perlahan tanpa melepaskan pandangan pada kekasihnya itu.

"Apakah kau serius?" Ariana kembali bertanya.

Jeong Jimin terdiam memandangnya.

"Besok aku akan menunggumu di bandara, aku yakin kau akan menemuiku di sana." Ariana mendekat dan menatapnya begitu dalam.

Jeong Jimin tersenyum simpul kemudian memundurkan langkahnya. "Aku tidak akan datang," ucapnya sambil menggelengkan kepala secara perlahan, lalu bergegas masuk ke dalam mobilnya tanpa mengucapkan apa pun lagi.

Ariana terpaku sampai mobil itu berlalu dari hadapannya. Ia menyadari satu hal bahwa pria itu tidak sedang bergurau. Maniknya berair. Ariana mulai menangis mengingat bahwa Jimin tidak memberinya kecupan selamat malam seperti yang sering dilakukan di setiap akhir pertemuan.

***

Waktunya telah tiba, hanya tinggal tersisa tiga puluh menit dari waktu yang ditentukan. Jeong Jimin sedang menghadiri meeting di kantornya. Hatinya gelisah karena beberapa saat lagi Ariana akan pergi meninggalkannya. Wanita yang dicintainya itu akan pergi ke Prancis untuk menjalani masa pendidikan setelah mendapatkan promosi jabatan sebagai direktur di kantornya. Meskipun kantor itu milik keluarganya, tetapi Ariana tetap bekerja secara profesional atas kemampuannya sendiri.

Berbeda dengan Jeong Jimin yang memang sedari dulu sudah disiapkan untuk menjadi CEO karena harus menggantikan posisi kakaknya yang telah mempunyai tugas dan tanggung jawab di kantor lain, tetapi di Negara yang berbeda.

Meeting itu telah selesai, sampai menyisakan waktu dua puluh menit untuk keberangkatan Ariana.

Jimin sedang memandangi satu kotak kecil yang di dalamnya berisi satu pasang cincin berlian yang begitu indah. Rencananya tadi malam ia ingin melamar Ariana. Namun sayang, ketika ia hendak mengucapkan maksud hatinya, Ariana malah mengungkapkan bahwa ia telah mendapatkan promosi dari kantor untuk jabatan direktur yang selama ini perempuan itu impikan. Itu adalah promosi kedua kalinya setelah sebelumnya Ariana juga mendapatkan promosi sebagai manajer karena kerja keras dan kemampuannya dalam bekerja. Ariana harus menjalani pendidikan selama satu tahun di Prancis. Dahulu Jeong Jimin bisa melaluinya meski belenggu rindu terus merantai tubuhnya. Ia tetap bertahan demi rasa cintanya pada wanita yang dicintainya sedari remaja.

LDRWhere stories live. Discover now