[26] pembagian raport

Start from the beginning
                                    

Refan duduk di pos satpam sekolah menunggu seseorang yang sudah berjanji akan mengambil raport nya sebagai wali.

"Orang tua lo nggak dateng lagi?" Tanya Bara menghampiri Refan yang sudah tadi pagi duduk di pos satpam tanpa ada niatan bangkit. Padahal sebentar lagi pembagian raport akan dilaksanakan.

Pembagian raport kali ini akan dilaksanakan di aula. Sekalian dengan acara wisuda anak kelas dua belas.

Refan menatap kosong kedepan dimana banyak orang tua murid lain datang dan langsung disambut oleh anaknya. Sedangkan Refan, dia harus menunggu siapa lagi kalau bukan Amara yang berniat menjadi walinya saat pengambilan raport tadi.

"Fan, jangan kayak gini. Ayo kita ke aula udah banyak orang disana" Ucap Bara.

"Lo duluan aja Bar, gue lagi nungguin seseorang disini." Kata Refan masih tetap menatap kosong kedepan.

"Gue duluan ya Fan," Bara langsung pergi meninggalkan Refan disana sendirian.

Refan masih setiap menunggu Amara disana. Tapi tetap saja orang yang ditungguin olehnya tak kunjung datang.

"DIBERITAHU KEPADA ORANG TUA/WALI MURID YANG MASIH ADA DILUAR ATAU ADA MURID YANG MASIH DILUAR SILAKAN MENUJU AULA, KARENA ACARA AKAN SEGERA KITA MULAI!!" Suara yang berasal dari pengeras suara itu membuat Refan harus bangkit dan melangkah menuju aula. Walaupun tanpa kehadiran Amara yang datang sebagai walinya.

"Apa semua orang wajib membenci kehadiran gue? Sampai Amara harus ingkar janji cuma buat gue berharap"

"REFAN!!" Suara yang begitu Refan hafal tapi dia berusaha menyangkal dan melanjutkan langkahnya menuju aula.

"UNCLE REFAN!!" Dan kali ini suara itu yang membuat Refan harus menoleh kebelakang dan melihat keberadaan satu keluarga lengkap disana yang melemparkan senyum tulus kepadanya.

Amara meninggalkan Arkan yang tengah menggendong Anta sambil berlari. Dia harus meminta maaf pada Refan karena kehadirannya yang cukup terlambat hingga membuat lelaki itu menunggu.

"Maafin gue karena terlambat datang tadi harus ngambil raport Anta dulu, gue nggak terlambat kan?" Tanya Amara takut-takut melihat sekeliling sudah sepi yang ada hanyalah jejeran mobil yang terparkir rapi disana.

Dengan mata berkaca-kaca Refan menatap Amara di depannya lalu beralih pada Arkan yang kini berada di samping Amara.

"Makasih karena udah mau datang buat jadi wali gue, lo nggak terlambat kok, ayo masuk" Ajak Refan menuntut ketiganya menuju aula dimana acara akan dimulai.

"Kalian bisa duduk disini, gue kesana dulu ya bareng teman-teman gue" Tunjuk Refan pada jejeran para murid yang sepertinya memang memiliki barisan bangku tersendiri.

Setelah mendapat persetujuan dari Amara Refan langsung menuju barisan bangku disamping teman-temannya.

Acara pertama diisi dengan kata-kata sambutan dari kepala sekolah diikuti dengan beberapa pertunjukan. Hingga inilah acara yang paling ditunggu oleh semua orang disana.

Untuk kelas dua belas sudah selesai pembagian raport nya, kini giliran kelas sebelas dimana kelas Refan.

"Kelas sebelas Mia¹, peringkat ketiga diraih oleh Asjarul Rizal, untuk peringkat kedua diraih oleh Nadia Mahardika, dan untuk peringkat pertama tahun ini sepertinya bergeser, baik mari kita panggil Refandra Fernandes"

"Untuk orang tua atau walinya silakan naik keatas panggung"

Amara bangun diikuti oleh beberapa orang lainnya yang anaknya juga mendapatkan peringkat dikelas. Amara berdiri tepat disamping Refan lalu melempar senyuman kearah Arkan.

"Benerkan yang gue bilang, kalau gue bisa dapat juara disekolah" Ucap Refan sombong.

"Sombong bener, baru dapet juara juga. Lo tuh bukan bodoh tapi malasnya yang nggak ketulungan" Bisik Amara.

Amara menerima sebuah selempang lalu memakaikan kepada Refan, juga Amara menyerahkan buku raport beserta satu piala kepada Refan.

"Tahun depan usahain buat dapat juara umum, biar mama sama papa bangga punya anak kayak kamu" Ucap Amara saat turun dari panggung.

"Tunggu nanti pengumuman siapa juara umumnya" Ucap Refan yang nampak tengah menyembunyikan sesuatu.

"Yang jelas bukan elu, nggak mungkin itu terjadi" Ucap Amara sarkas.

"Liat aja nanti kalau lo nggak percaya" Ucap Refan dengan raut wajah malasnya.

Acara kembali berlanjut hingga sampai pada acara pengumuman siapa juara umum tahun ini.

"Oke acara selanjutnya adalah pengumuman siapa juara umum sekolah kita tahun ini, kalian pada penasaran bukan?" Tanya pembawa acara itu yang juga merupakan murid dari sekolah Refan.

"Berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini ada sedikit kejutan buat kita dimana juara umum tahun lalu akan tergeser dengan nama seseorang lainnya yang ngga akan kalian sangka-sangka."

"Mari kita panggil Refandra Fernandes yang akan menjadi juara umum sekolah kita tahun ini. Kepada Refan silakan naik ke atas panggung"

Refan dengan percaya dirinya langsung naik keatas panggung lalu melempar senyum menyebalkan kearah Amara yang langsung memancing  kekesalan dari Amara.

"Pertahanin peringkat kamu tahun ini, jangan bikin saya kecewa sebagai wali kelas kamu. Menurut saya kamu adalah siswa yang sangat pintar dibanding teman kamu yang lain, tapi karena kemalasan dan kenakalan yang membuat kamu jadi nggak bisa ngeraih juara seperti tahun ini. Jadi pertahanin prestasi kamu itu dan untuk teman-teman yang lain contohkan Refan yang mau berubah menjadi lebih baik,"

Refan kembali menuju bangkunya kemudian menoleh kebelakang dimana ada Amara yang sudah memasang wajah masam entah karena apa, dia terkekeh karena hal itu.

Semua acara sudah selesai dan mereka kini tengah berada diparkiran dimana Refan memasang wajah sombong sambil memegang dua buah piala.

"Gimana? Percaya kan lo kalau gue bisa dapat juara. Kalau kata pepatah sekali mendayung satu dua pulau terlampaui. Nggak cuma dapet juara kelas gue juga dapet juara umum, banggakan lo jadi wali gue? Jelas dong"

Amara mendesah kasar "sombong bener lo jadi orang, baru itu aja gaya lo udah setinggi langit apalagi nanti jadi presiden mungkin lo bakalan terbang ke angkasa dan nggak bisa balik lagi kebumi" Ucap Amara kesal.

"Haha, udah gue cuma becanda kok. Jangan diambil hati, mau makan dulu nggak? Sekalian gue yang bayar" Tawar Refan.

Mendengar itu Amara tertawa elegan kemudian memainkan kuku tangannya yang berwarna merah lalu meniupnya "sorry banget ya, suami gue mampu bayarin makanan gue tanpa perlu traktiran sama lo" Ucap Amara sombong.

"Yaudah bagus kalau kayak gitu, berarti uang gue nggak akan berkurang dengan bayarin kalian bertiga" Ucap Refan enteng.

"Lo kalau nggak ikhlas bilang, kagak mau bayarin gue. Udah ah gue masih mau berduaan sama suami gue, jadi bayy" Kata Amara melambaikan tangannya kearah Refan.

"Ingat udah punya anak juga, berasa masih penganti baru kalik" Sindir Refan yang langsung mendapat delikan mata dari Amara.

"Eh! Gue emang pengantin baru kalau lo mau tau"

Arkan menghela nafas lelah melihat pertengkaran dua orang itu yang satupun tak ingin mengalah. Akhirnya menarik tangan Amara menuju mobil.

"Kamu langsung pulang jangan kelayapan nggak jelas, buat bangga orang tua kamu dengan prestasi yang baru kamu raih" Ucap Arkan langsung masuk kedalam mobil.

"Dasar jomblo karatan" Sindir Amara saat mobil sudah berjalan.

"Dasar mak-mak nggak tau umur, udah tua masih ngerasa muda, huh dasar!"

•••••

Vote dan komennya jangan lupa ya orang baik, sampai ketemu di part selanjutnya. Sekian sampai jumpa lagi

Istri Mas Duda  [End]Where stories live. Discover now