[23] Amara & Kelvin

Mulai dari awal
                                    

Jederrr!

Suara petir menggelegar membuat cahaya kilatnya masuk kedalam kamar Amara. Lampu yang entah mengapa tiba-tiba jadi mati membuat Amara tak dapat melihat apa yang tadi jatuh keatasnya.

Dengan takut dan tangan yang bergetar Amara mencoba untuk menyentuh sesuatu yang kini sudah berada dalam pelukannya. Pertama yang Amara sentuh adalah rambut yang bisa dibilang cukup lebat. Keringat dingin mulai memenuhi dahi Amara, jangan bilang yang kini berada dalam pelukannya adalah salah satu jelmaan mahkluk mengerikan. Tuyul misalnya.

Tubuh yang kini berada dalam pelukannya nampak bergetar dan juga dipenuhi keringat pada bagian lengan saat tanpa sengaja Amara menyentuhnya.

"Tante takut" Suara yang terdengar seperti bisikan itu menyadarkan Amara jika yang berada dalam pelukannya sekarang adalah Anta bukan mahkluk jadi-jadian seperti pikirannya.

"Ini Anta?" Tanya Amara.

"Tante, Anta tidur bareng tante malam ini ya? Anta takut pet---"

Jederrr!

"Aaakkh!" Pekik Anta yang mengeratkan pelukannya pada tubuh Amara bahkan kini tubuh Anta makin bergetar karena ketakutan.

Sekarang Amara tau kalau Anta itu takut terhadap suara petir jadi setiap ada petir dia pasti selalu tidur bareng papanya.

"Shuuut, sekarang Anta tidur ya. Nggak usah takut, ada tante disini jagain Anta" Bisik Amara dengan suara penuh kelembutan lalu mengelus rambut lebat Anta yang terasa sedikit basah dibagian dahi karena keringat.

"Tante janji nggak akan tinggalin Anta?" Tanya Anta dengan suara bergetar.

Amara tersenyum walaupun tak terlihat karena gelap "iya tante janji nggak akan tinggalin Anta sendiri. Jadi sekarang Anta tidur ya, besokkan harus sekolah jadi harus bangun awal"

"Iya tante"

Amara tetap mengelus rambut Anta lalu tangan sebelahnya lagi menepuk-nepuk punggung Anta agar cepat tertidur. Benar saja tak butuh waktu lama nafas Anta mulai teratur dan itu pertanda jika Anta sudah tertidur. Hujan masih setiap mengguyur daerah itu bahkan petir belum kunjung berhenti. Pasti besok ada pohon yang sudah tumbang atau tersambar oleh petir.

"Apa mungkin gue bisa tinggalin dunia ini? Gue mulai sayang sama Anta dan mulai cinta sama Arkan. Apa kalau gue balik mereka bakal tetap ada, tapi dengan sifat dan karakter yang berbeda? Gue nggak tau" Amara mencoba untuk berpikir keras untuk keputusan kedepannya yang akan dia lakukan. Pulang ketempat asal atau menetap disini untuk jangka waktu yang Amara sendiri tak tahu.

"Tapi gue kangen keluarga gue disana, gue masih mau ngerasai masa remaja yang begitu aja terenggut karena kecelakaan yang sialnya gara-gara boneka bebek Refan. Gue masih mau sekolah, kuliah, terus habisin waktu gue buat traveling. Pokoknya banyak yang mau gue lakuin kalau gue nanti bisa balik kedunia asal gue"

Rupanya kalau dipikir-pikir hati Amara begitu ingin untuk pulang tapi dia juga tidak rela untuk meninggalkan Arkan dan Anta. Kalau boleh bernegosiasi dia akan meminta untuk membawa sekalian Arkan dan Anta ke dunianya. Agar dia bisa hidup bahagia disana dengan mereka berdua.

"Amara, tugas lo sekarang adalah ngebahagiain ketiga orang itu sebelum tubuh lo hilang atau kembalu keasal. Cuma itu yang harus lo lakuin sekarang"

Lelah karena berperang dengan pikiran dan hatinya akhirnya Amara tertidur dengan pulasnya dengan Anta yang berada dalam pelukannya.

•••••

Ditempat lain nampak seorang laki-laki yang kini berada dibalkon kamar hotel tengah menatap lurus kedepan. Banyak kendaraan yang berlalu lalang walaupun waktu sudah hampir tengah malam.

"Lo benar Ra, kita harus ngebahagiain orang-orang disini sebelum kita pergi. Untuk sekarang gue nggak akan berusaha dulu buat cari pintu keluar untuk kita. Gue tunggu sampai lo bener-bener siap buat pergi ninggalin mereka"

"Atau gue perlu ninggalin pintu terakhir untuk nggak dibuka dulu dan saat lo udah siap gue tinggal buka pintu itu dan kita bisa pulang?"

Lelaki yang berada dibalkon itu adalah Kelvin-- Kelvin Atmaja orang yang sama-sama memiliki nasib seperti Amara berada ditempat yang sama tapi terasa asing bagi mereka.

Kelvin yang pada hari itu baru pulang dari basecamp melajukan motornya menuju rumah. Dimana tempat yang sangat dihindari olehnya, karena setiap hari rumah itu selalu terisi dengan pertengkaran antara Ayah dan Bundanya. Tak ada kebahagiaan sedikitpun didalam rumah itu. Rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang ternyaman bagi Kelvin berubah menjadi neraka dunia baginya. Sedari umur tiga belas tahun dia sudah mendapat kekerasan fisik dari Ayahnya dan Bundanya melampiaskan semuan kemarahannya terhadap Ayah pada dirinya.

Setiap hari pasti ada saja luka yang ditorehkan pada tubuh dan hatinya oleh kedua orang itu. Tak pernah sekalipun Kelvin mendapati rumahnya senyap selalu ada saja adu mulut kedua orang tuanya membuat dia menjadi remaja nakal tampan bimbingan orang tua.

Saat umur lima belas tahun Kelvin mulai bergabung dengan geng motor yang dia temui saat jalan pulang. Bertahun-tahun dia berlatih sampai dirinya diangkat menjadi ketua dari geng itu, membuatnya terkenal dikalangan para murid-murid SMA.

Geng motor yang selalu membantu masyarakat bukan membuat ulah dimasyarakat itulah geng motor yang dipimpin oleh Kelvin. Walau sesekali mereka juga ikut tawuran jika memang sudah sangat genting dan kepepet.

Hingga dia bertemu dengan seorang gadis yang memiliki sifat sedikit berbeda dengan gadis yang ada di sekolahnya. Gadis yang tanpa takut datang terlambat, banyak berteman dengan laki-laki dan tanpa takut bermasalah dengan Pak Rahmat salah satu guru bk yang sangat dihindari oleh para murid nakal disekolah. Tapi dengan santai gadis itu berhadapan dengan guru bk itu.

Sungguh Kelvin sempat menyimpan rasa pada gadis itu. Gadis yang kini sama-sama terjebak dengan dirinya didunia ini dan dengan sekuat tenaga dia mencoba untuk mencari jalan pulang untuk kedua orang itu.

"Gue salah naruh hati sama lo Ra, sekarang aja lo mulai suka sama Arkan. Kalaupun lo bisa pulang gue nggak bisa jamin kalau lo bisa lupain mereka berdua"

"Gue ikhlasin hati lo buat Arkan karena gue tahu sekarang hati lo mulai terisi dengan nama Arkan bukan gue. Gue nggak akan berharap lebih sama hati lo, tugas gue cuma buat ngebahagiain lo sebelum kita pulang. Cuma itu"

Kelvin berbalik masuk kedalam kamarnya tak lupa menutup pintu balkon lalu menuju kasur tanpa menunggu dia langsung merebahkan tubuhnya diatas sana. Sangat lelah berpura-pura seperti ini, berpura-pura tak kenal dengan Amara menjadi sebuah dilema bagi Kelvin. Sangat ingin dia jujur kalau 'gue Kelvin! Orang yang selalu lo temuin didalam mimpi. Ini gue Ra orang selama ini suka sama lo!'

Mungkin kata-kata itu hanya bisa Kelvin simpan didalam hatinya tanpa bisa keluarkan.

•••••

Jangan lupa vote dan juga komen semuanya. Ayolah buat kalian yang udah baca, masa udah baca nggak follow akun author nya. Ayo difollow yuk.

SPAM NEXT DISINI READERS 👉

Istri Mas Duda  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang