FRIEND (WITH BENEFIT)

102 22 0
                                    

Usia yang sama dengan nasib yang sangat berbeda, itulah Kim Namjoon dan Jung Hoseok. Pertama kali mereka bertemu adalah saat di bangku sekolah menengah pertama dengan perbedaan tinggi yang kentara. Dulu Namjoon lebih pendek dan bertubuh gemuk berbanding terbalik dengan Hoseok yang sangat kurus dan tinggi. Masih teringat jelas bagaimana anak kurus tinggi itu menyuguhkan senyum pada diri seorang Kim Namjoon yang terlihat cupu bagai kutu buku.

Sejak pertama melihat senyum itu ia telah berjanji untuk melindunginya, melindungi senyum manis milik teman yang selalu membelanya. Terdengar berlebihan bagi seorang anak kecil, tapi janji itu terus Namjoon jaga hingga mereka sama-sama dewasa.

Namjoon tak bodoh dan mengelak sebutan cinta pada setiap tingkah dan sikapnya pada Hoseok. Tapi ia hanya sadar diri jika melindunginya saja adalah sebuah kehormatan dan pengabdian terbesarnya pada Hoseok. Semua penderitaan dan cerita hidup Hoseok tak ada satupun yang tidak Namjoon tau, termasuk hal terburuknya sekali pun. Hanya satu hal saja yang sangat Namjoon sesalkan dalam hidupnya, yaitu membiarkan Hoseok terlalu dekat dengan dunia bisnisnya dan akhirnya terjerumus.

Lelaki yang akan memasuki kepala tiga itu memang berkecimpung di dunia yang tidak suci. Sebut saja bidang perdagangan minuman keras dan jasa pelayanan seks. Hanya dikarenakan oleh waktu yang tidak tepat, Hoseok pun terpaksa harus masuk ke bisnis kotor Namjoon.

Tentu saja Namjoon mengamuk dan menyuruh Hoseok untuk keluar. Namjoon itu orang kaya dan sangat berpengaruh. Ia bisa saja memandikan sahabatnya itu dengan guyuran uang jika si manis itu meminta. Sayangnya Hoseok bukanlah tipe manusia yang muda meminta tanpa pamrih. Ia lebih memilih bekerja kotor daripada menjadi pengemis meskipun itu pada sahabatnya sendiri.

Hubungan keduanya bukanlah sebuah hubungan yang bisa dipahami dengan sebuah ikatan atau komitmen. Hanya berdasarkan landasan pertemanan, segala hal telah mereka lalui bersama melebihi seorang pasangan. Dari mulai susah senang, tangis tawa, penderitaan dan kesengsaraan hingga kebahagiaan. Tak lupa mereka juga sering berbagi kehangatan di ranjang yang sama. Tapi untuk masalah ranjang selalu Hoseok yang memulai karena Namjoon tak mau melakukannya tanpa izin dan keinginan Hoseok. Meski pria berotot itu horny berat pun, ia takkan meminta pemuasan dari Hoseok.

Itulah mereka.

Hari ini adalah jadwal bagi Hoseok untuk melayani salah satu pria hidung belang yang pastinya telah Namjoon setujui. Sebelum Hoseok menerima klien, Namjoon akan terlebih dahulu menyeleksi dan meneken perjanjian dengan berbagai peraturan yang cukup strict untuk jasa pelayanan ini. Tapi itu adalah wajib dan harus jika ingin menikmati malam bersama si manis milik Namjoon itu.

Tangan Namjoon pasti tak bisa diam dan secara tak sengaja selalu saja menghancurkan salah satu barang di dalam kantornya saat jadwal pelayanan Hoseok tiba. Meski hanya satu kali dalam satu minggu, namun itu sangat menggangu pikiran pria berambut coklat itu.

Perjanjian itu sudah dengan sangat jelas mengatur agar tidak meninggalkan jejak sedikitpun pada tubuh manisnya Namjoon, tapi pria tua bangka yang ia izinkan bermain malam ini telah melanggarnya. Dengan setiap emosi yang tertumpuk di kepalanya, Namjoon pun menghukum lelaki itu dengan cukup keras karena ia tau pria baya itu adalah orang penting di kota ini. Sebut sajalah seorang pejabat pemerintahan.

Malam ini Hoseok sedang berada di rumah bersama dengan adik kesayangannya hingga Namjoon merasa sedikit senggang. Niatnya ia akan sedikit bersantai di kantornya dan menata kembali interior ruangannya yang mulai membosankan. Tapi rencana itu harus tertunda karena kedatangan seseorang yang tak pernah ia duga di ruangan pribadi klubnya. Seorang yang sangat terkenal karena menjabat sebagai seorang menteri dengan umur termuda di negeri ini, tak lupa pesona mematikan dan wajah rupawannya. Jelas sang menteri punya maksud tertentu dengan menginjakkan kaki di lantai klub malam miliknya.

“Kim Namjoon-ssi?” suaranya saja terdengar begitu berkharisma bagi Namjoon.

“Benar dengan saya. Sungguh sebuah kehormatan bagi klub kumuh saya ini untuk didatangi seorang yang sangat berpengaruh seperti anda, Menteri Kim Seokjin.”

Tak segan tangan Namjoon menggapai tangan milik sang menteri itu dengan cukup kuat seraya memperingatkan tentang teritorial miliknya. Sang menteri tersenyum tipis tak goyah dengan ancaman kecil Namjoon.

“Ada urusan apa Pak Menteri datang ke tempat kumuh milikku ini?” Tanya Namjoon to the point.

“Jung Hoseok.”

Hanya sebuah nama yang terucap dari mulut sang menteri, namun jelas ketegangan seketika menyelimuti ruangan itu dengan sangat kuat. Kedua pria dominan itu saling mencoba mendominasi dengan auranya masing-masing hingga membuat siapa saja yang berada satu ruangan dengan mereka akan merasa goyah dan ketakutan.

“Berikan Jung Hoseok padaku dan aku akan memberikan apapun padamu. Apapun yang kau mau.” Tegas Seokjin.

“Maaf, Pak Menteri. Uang saya banyak, bisnis saya aman dan tidak menyalahi aturan. Polisi, jaksa, politikus atau presiden pun tak bisa menyentuh saya dengan mudah. Jadi tak ada yang saya inginkan di dunia ini. Tawaran anda hangus dan saya menolak.” Ujar Namjoon dengan sombong tapi memang itu benar adanya.

Bisnis Namjoon bukan hanya memberikan keuntungan, tapi juga memberikan perlindungan dan semua informasi penting yang bisa saja menghancurkan orang-orang tertentu dengan mudah. Sekuat itulah koneksi bisnis yang Namjoon miliki.

“Benarkah? Bagaimana jika saya hanya sekedar menyewa Jung Hoseok setiap minggunya? Bukankah ada peraturan seperti itu?” Seokjin sedikit mengendurkan tensi di antara mereka. Karena Seokjin tau bagaimanapun keinginannya pasti akan terwujud.

“Maaf sekali tapi anda tidak bisa melakukannya. Saya tidak mau klub malam saya terkena skandal hanya karena menteri termuda di negeri ini yang terpergok ‘jajan sembarangan’ di sini. Dan juga Hoseok adalah satu-satunya 'pekerja' pria yang saya punya, jadi tidak mudah untuk menyewanya. Semua harus sesuai dengan prosedur dan ketetapan yang sudah ada.”

Namjoon menyilangkan kakinya angkuh menantang, mengejek Seokjin yang jelas takkan mudah untuk melewatinya.

“Baiklah jika kau tidak mau mengizinkan. Akan kulakukan dengan caraku sendiri. Selamat malam, Kim Namjoon.”

Menteri muda itu melenggang meninggalkan Namjoon sendirian di ruangannya. Dagu Namjoon bergerak resah menyadari gerak-gerik tak mengenakkan dari pejabat pemerintah itu. Sepertinya Namjoon harus lebih protektif lagi pada manisnya itu.

To be continued…

F E I G NOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz