Dia sedang membaca buku. Entah apa lagi yang di bacanya saat ini. Dia menoleh kearah ku. Pandangan ku masih rabun. Aku tidak bisa melihatnya begitu jelas. Setelah duduk dan berusaha memfokuskan mata, aku bisa melihat dengan jelas apa yang dia baca.

"Itu kisah Romeo and Juliet lagi? Kamu gak bosen?" Tanya ku. Lantaran ia sudah membaca buku itu sebanyak 63 kali selama 3 tahun ini.
Aku heran padanya yang tak mudah bosan dengan cerita itu.

"Enggak, kan aku lagi mikir, gimana caranya biar aku sama kamu kaya kisah cintanya Romeo dan Juliet" jawab nya tersenyum sembari membaca buku itu lagi.

"Kamu harus sembuh dulu"jawab ku tersenyum kemudian pergi ke kamar mandi untuk cuci muka.
Aku mendengar kecil, dia terkekeh.

Begitu keluar dari kamar mandi, aku masih melihat dia membaca buku. Padahal saat bangun tadi, dia sudah sampai di lembaran terakhir.

"Kamu belum selesai?" Tanya ku penasaran. Dia menoleh ke arah ku. Aku mengangkat alis ku tanda menunggu jawaban.

"Aku paling suka bagian ini. Dan aku mau kita kaya gini nanti" ucapnya. Dia menunjukan part yang dia sukai di buku itu. Aku menghampirinya dan membaca part itu.

Part itu menceritakan dimana Romeo yang mencium Juliet di altar pernikahan nya. Yang disertai sorakan orang orang.

Aku menutup mulutku berusaha menahan tangis.
Seandainya ia selamat dan sembuh dari penyakitnya. Aku adalah orang paling bahagia didunia.

Dia melirik ku dan bertanya,
"Kamu nangis? Kenapa? Gak mau kayak gitu sama aku?" Tanya nya dengan tatapan sendu. Aku mendongak kan kepalaku kearah nya. Aku ingin sekali memeluknya erat.

"Aku gak papa, seandainya kita bisa kayak gitu, ayo perjuangin dari sekarang" jawab ku dengan menyeka air mata dengan lengan ku.

Dia tersenyum dan mengelus rambut ku lembut.
Lagi lagi air mata ku turun dan melintas di pipi ku. Aku tak bisa menahan tangis lagi.

"Kalo gitu, ayo kita sama sama bertahan, sampai kita bisa mewujudkan impian kita" ucap nya tersenyum. Seakan dia meyakinkan ku bahwa dia baik baik saja. Lagi lagi tangis ku pecah. 

Dia mendekatkan bibirnya dan mengecup kening ku yang masih menangis. Meski ini bukan pertama kalinya aku menangis karna ini, tetapi, aku tetap tak bisa menahan tangis ku.

-I just want to get closer-


Aku terbangun di kasur ku. Padahal, semalam aku tidur sembari Menggenggam tangan laki-laki yang kucintai. Aku curiga papa yang memindahkan ku.
Aku buru-buru mandi dan turun kebawah.

Aku melihat mama. Mama Tiffany sedang memasak sesuatu. Hentakan sendal yang ku kenakan saat turun tangga membuat Mama menoleh kearah ku.

"Selamat pagi, sayang" sapa mama. Mama memang sangat lembut dan perhatian. Ia adalah mama yang ku sayangi.

"Selamat pagi juga, ma" jawab ku duduk di salah satu kursi meja makan. Aku melihat sekeliling dan tak melihat papa, papa Donghae.

Mama melirik ku. Dia menjawab
"Dia kerja, sayang"

"Lalu, bang Ajun?" Tanya ku lagi. Karna tumbenan sekali rumah tidak berisik karnanya.
"Dia dirumah sakit, nemenin Asahi" jawab Mama. Aku mengerutkan alisku. Kenapa harus bang Ajun yang menjaganya? Aku saja sudah cukup.

Dear Asahi, From Lee AraWhere stories live. Discover now