Part 53: Pesta Ulang Tahun Kakek

Start from the beginning
                                    

Kakek mengajakku berbincang dengan mereka sebentar, sementara dibelakang kami, Kean mengekori sambil masih setia memegang kado ulang tahun yang aku berikan pada kakek. Kean menyapa mereka, lalu kembali mengikutiku yang kembali ditarik kakek ke samping ballroom, untuk menyapa tamu berikutnya. Satu jam kemudian, kakek baru melepaskanku dan menyerahkanku pada Kean yang sepertinya hanya menjadi pajangan hidup selama dipesta.

"Apa acara bersenang-senang kakek sudah selesai?" tanya Kean, dengan eskpresi lelah menghikuti arah kemana kakek menarikku. Disisi lain, Kean bergabung dengan kedua orang tuanya dan memilih menyapa beberapa teman kakek dan juga rekan bisnisnya setelah dengan susah payah meminta kakek untuk mengembalikanku padanya yang masih sibuk menyaba beberapa teman dan sahabatnya.

"Mmm, dia bilang kembalilah pada Kean, sebelum pesta ulang tahunku ini hancur karenanya." Jawabku acuh mengulang kembali perkataan kakek saat melihat Kean menatap tak suka kakek yang masih setia menentengku kemanapun dia pergi. Aku melirik Kean sambil menghirup satu gelas minuman yang ternyata berisi teh. Dengan spontan aku mengerutkan wajah karena rasanya yang begitu kuat.

"Itu Assam Black Tea, teh itu cocok diminum dengan ini," ucap Kean menjelaskan dan menyodorkan finger sandwich. Aku menerimanya dan memakannya tampa suara. Dan memang benar, rasa kuat assam black tea langsung bercampur dengan rasa sandwich yang gurih membuatnya lebih dapat diterima.

"Kakek hanya mengalkanmu pada rekan dan sahabatnya yang sangat dekat, jadi kamu nggak perlu khawatir dengan tanggapan mereka tentangmu. Dan untuk sisanya, jangan hiraukan mata dan semua omongan dari mulut mereka," jelas Kean setelah melihat beberapa orang memandang kearah kami penasaran sekaligus bingung. Bingung kenapa 'anak haram Polliton' bisa ada di pesta ini. Dan mulai meramal jika hubungan kami hanya akan berakhir sebentar.

Aku menganggukan kepalaku mengerti dengan perkataan Kean. Saat aku menyisiri area pesta yang banyak terdiri dari kolega dan sahabat kakek. Mataku tak sengaja bertemu dengan seorang pria. Dia, dari area sebelah timur ballroom, memandangku dengan mata tajam. Persis seperti terakhir kali aku melihatnya.

Abrisam Polliton, orang tua papa. Kakeku dari pihak papa, pria yang membenciku dan membuat namaku sebagai 'anak haram keluarga polliton' menjadi buah bibir dan cemoohan. Dia menyorotku dari sudut area itu dengan tatapan dingin yang sarat akan penghinaan dan ketidaksukaan.

Begitu sadar dengan arah pandanganku, Kean menggeser tubuhnya untuk menghalangiku terjerat tatapan mematikan tetua keluarga Polliton itu.

"Micha, jangan melihat dia terus. Kakek mengundangnya dan juga mengajakmu ke pesta ini bukan untuk membuatmu kembali mengenang masa lalu. Tapi mengenalkamu padanya yang menjadi calon cucu Shagufta. Jadi tak usah takut dan terlarut dengan wajah menyeramkannya." Tandas Kean, dan kemudian menarikku ke sisi berlawanan dari tempat kami berdiri sebelumnya.

Tak berhenti disitu saja, Kean mengecup sedikit bibirku dan tersenyum lembut. Membuatku melotot dengan tindakan tiba tiba Kean.

"Apa yang kamu lakukan?" bisiku saat Kean menggenggam tanganku setelah melancarkan aksinya yang menurutku sangat tidak sopan di acara besar seperti ini.

"Menunjukan bahwa spekulasi mereka semua salah," jawab Kean dengan suara jelas, tampa mempertimbangkan wajah-wajah syok para tamu yang mulai menatap Kean sebagai anak bengal.

"Tetap saja, ini bukan cara yang tepat untuk kamu bertingkah seperti ini, malam ini," ucapku sambil sedikit memukul lengan Kean kesal dengan sikapnya yang terkadang tidak melihat situasi.

Kean terkekeh geli, lalu menangkap kepalan tanganku yang masih memukul lengannya.
"senang melihatmu kembali ekspresif sepert ini," kekehnya karena aku malah membalas dengan wajah tersipu mendengarnya berucap seperti itu.

Tiba-tiba Kenrick muncul sambil cengenges melihat Kean yang mulai bertingkah.

"Lo kalau mau bucin liat liat tempat dong mas," selorohnya masih dengan kekehan geli karena memandang wajahku yang sudah pasti merah menahan malu karena ulah Kean.

"Liat tu, wajah kak Micha, semerah kepiting rebus gara gara ulah lo," jelasnya yang kuhadiahi plototan tajam tak terima dengan pengandaian Ken yang sangat tidak elegan itu.

Kean tak menggubis Kenrick sama sekali, tapi ketika adik kesayangannya itu kembali membuka mulut wajah Kean langsung bersinar.

"Lo kalau mau mesra mesraan disini, mending pulang deh. Dari pada buat wajah kakek atau orang tua lo malu karena tingkah laku lo yang betul betul aneh itu," ucap Kenrick dan langsung menerbitkan senyum senang Kean.

Disisi lain, Ken terkekeh semakin kencang saat Kean menyeretku untuk berpamitan pada kakek dan orang tuannya untuk mengeksekusi saran Kenrick barusan. Tampa menanyakan persetujuanku, Kean buru buru menggaetku ke arah parkiran dan kami berakhir pulang ke kondominium Kean.

Dan acara ulang tahun kakek berakhir seperti itu, mengkhianati ke khawatiranku selama ini.

***

MellifluousWhere stories live. Discover now