BAB 2 - TURN BACK TIME

Start from the beginning
                                    

Glup.

Stephen menelan salivanya. Tamat riwayat Stephen. Ia takut kalau ditolak seperti warga desa sebelumnya. Sebelum menemukan Varischa, Stephen sudah mendapatkan tatapan tidak menyenangkan dari beberapa orang. Jika Pak tua ini tahu bahwa Stephen merupakan orang kota dan modern, mungkin ia akan diusir sekarang juga.

"Um... itu... aku adalah saudara jauh Tuan Amberson. Kakekku dan Kakeknya adalah saudara kandung. A-aku ke sini untuk liburan dan melepas rindu padanya," jawab Stephen gugup.

Si penggembala masih curiga. "Lalu, kenapa kau lupa nama Tuan Amberson jika dia adalah saudara jauhmu?"

Ketahuan bodohnya.

"Ya... karena... aku sudah lama berpisah dengannya. Ma-maka dari itu aku lupa nama Tuan Amberson. Kakekku juga lupa memberitahu nama Tuan Amberson saat aku berkunjung ke mari."

Si penggembala mengangguk-angguk. Tatapannya masih agak curiga. "Ya, baiklah, aku percaya. Padang rumput ada di sana. Di dekat air terjun terbesar di desa ini. Kau ikuti saja jalan setapak ini, kau akan sampai di ujung jalan dengan hamparan padang rumput yang luas. Tuan Amberson ada di padang rumput tersebut bersama Varischa yang berlatih kuda."

Stephen melirik ke arah air terjun yang ditunjuk oleh si pengembala. Benar saja, samar-samar air terjun tampak walaupun berjarak cukup jauh. Ada di dekat bukit yang berbaris rapi.

"Baiklah, terima kasih sudah memberitahu. Aku pergi dulu."

Untuk sesaat Stephen kagum. Di sana, di tengah padang rumput yang begitu luas, di dekat pinggiran air terjun yang menyegarkan, sebuah kuda putih tampak melaju kencang dengan seorang wanita yang menungganginya. Rambut keorenan nan berkilau di bawah terik matahari pagi, berkibar dan bergerak seirama dengan gerakan tubuhnya. Yang lebih mengagumkan lagi, tangan wanita itu tidak memegang tali kuda yang ia tunggangi, melainkan memegang busur dan anak panah yang di arahkan pada sebuah kayu di tengah padang rumput.

Berkuda sambil memanah. Dua hal yang sangat sulit dilakukan dan butuh latihan bertahun-tahun untuk melakukannya. Varischa tampak sangat keren melakukan hal tersebut. Gagah tapi juga sangat cantik. Stephen sampai lupa tujuannya ke mari untuk apa.

"Kau akan tetap diam di sana?"

Stephen menoleh ke serong kanan. Itu dia Tuan Amberson. Sedang duduk di atas sebuah batu besar yang berada di pinggir padang rumput dan di pinggir jalan setapak. Ia memperhatikan Varischa yang sedang berlatih, seperti seorang guru. Bibirnya menjepit sebatang rumput yang sangat tipis dan kecil.

Stephen berlari kecil menghampiri Tuan Amberson, lalu ikut duduk di atas batu besar tersebut, tepat di sebelah Tuan Amberson. Ini akan sedikit menyenangkan. "Aku mencarimu sejak tadi."

"Dan kau berhasil menemukanku," sahut Tuan Amberson.

Ada jeda sejenak. Stephen masing kagum dengan kemampuan Varischa.

"Omong-omong, bajuku cocok juga untukmu," ujar Tuan Amberson.

"Yup! Baju ini benar-benar sangat bagus. Fashionable! Aku sangat menyukainya! Jika urusanku di sini telah selesai, aku akan pulang ke LA dan meminta agensi model ku untuk membuat pakaian seperti ini, lalu dipamerkan ketika festival musim panas. Ini akan menjadi pecah dan terkenal!" Stephen bercerita antusias. Tapi matanya tetap fokus pada Varischa.

Baju lengan panjang berwarna hijau lumut berbahan beludru dengan potongan kerah letter U dan ada beberapa kancing di bagian depannya. Celana dari bahan kanvas yang membalut kaki jenjang Stephen. Bagian pinggang terdapat tali pinggang berbahan kulit hewan berwarna kecoklatan. Serta sepatu boots kulit berwarna coklat dengan sentuhan bulu-bulu halus di bagian atasnya.

(Seri 2) D'FORSE | FINDING THE MISSING Where stories live. Discover now