The Next Crown Prince of Hera

Start from the beginning
                                    

*****

Setelah berkendara sekitar 20 menit lamanya, mobil Arm akhirnya tiba di rumah sakit terdekat dan Pete segera dilarikan ke unit penanganan darurat. Pengawasannya cukup ketat hingga dokter bahkan melarang Porsche dan Arm untuk ikut masuk ke dalam ruangan.

Butuh waktu cukup lama sampai akhirnya Pete tersadar dan membuka kedua kelopak mata monolidnya saat dokter tengah memeriksa detak jantung, suhu tubuh dan tekanan darahnya.

"Ssh-  eh? saya dimana?!"

Sosok pria berbalut jas putih khas seorang dokter pun menoleh ke arah Pete dan tersenyum. "Syukurlah anda sudah bangun. Anda di rumah sakit, khun. Tadi anda pingsan dan tak sadarkan diri," ujarnya.

Baru saja Pete merasa sedikit tenang, tiba-tiba saja dokter di hadapannya kini terlihat begitu kebingungan dengan kerutan yang memenuhi dahi miliknya. "Dokter. saya sakit parah ya?" Sebuah gelengan pun diberikan sebagai jawaban, "Tidak, khun. Tapi maaf sebelumnya. Apakah.. diantara kedua orang yang menemani khun itu ada yang merupakan kekasih khun?" Dokter itu bertanya dengan sangat hati-hati.

Pete menautkan sebelah alisnya, "dua orang? satu orangnya pasti teman saya. Kalau satunya laginya seperti apa dok?" tanyanya.

"Khun yang satunya lagi tinggi dan kulitnya putih. Ia juga mengenakan kacamata dan memiliki rambut hitam legam," jawab dokter itu.

Pete menebak bahwa orang yang dimaksud adalah Arm dan kemudian menggeleng lemah. "Bukan. Mereka berdua teman saya," jawabnya yakin. 

Pria berbalut jas putih itu lalu kembali duduk ke mejanya diikuti oleh Pete yang turun dari ranjang pasien. "Teman anda bilang, tadi anda sempat muntah lalu pingsan. Tekanan darah khun sangat rendah. Saya akan resepkan beberapa vitamin dan penghilang mual. Hanya saja, ada yang harus khun beli dan pastikan sendiri saat nanti tiba di rumah." Dokter itu memasang ekspresi serius. Membuat Pete merinding di sekujur tubuh.

-Vegas Pov-

Sudah 3 hari lamanya sejak perang di perbatasan berakhir. Kini, kami semua dapat kembali pulang ke istana dengan jumlah yang lengkap. Hanya beberapa prajurit saja yang mengalami luka ringan.

Sesaat setelah kami memasuki aula utama istana, aku berlutut paling depan diantara seluruh prajurit untuk memberi salam penghormatan. "Semoga keselamatan dan ketentraman Dewi Bulan selalu menyertai Sang Matahari dan Bintang dari Kekaisaran Hera." Kepaduan suara menggema di ruangan luas itu.

Kaisar memberikan anggukan dan isyarat agar kami semua berdiri. Setelah memberikan selamat dan pengarahan untuk mendapatkan perawatan intensif dari tabib istana, seluruh prajurit dibubarkan dari aula utama. Menyisakan eksistensi kaisar, permaisuri dan aku.

Kaisar bangkit dari singgasananya dan memelukku erat. "Kebanggaan ayah" Kalimat itu diucapkan dengan penuh keyakinan sebelum akhirnya ia menatap kedua mataku dengan lekat. "Vegas. Kalau kamu tak lelah, apa kamu bisa ikut ayah dan ibunda ke suatu tempat? ada hal penting yang ingin kami sampaikan padamu." Aku pun mengangguk dengan senyuman, "tentu ayah."

Kaisar pun memimpin untuk berjalan lebih dulu ke arah lorong kanan aula. Meski aku sudah hafal betul seluk beluk istana, rute ini rasanya sedikit asing. Bahkan kami kini berjalan masuk ke ruang bawah tanah yang sebelumnya tak pernah aku tahu.

Ruangan itu gelap dan sangat dingin. Meskipun, entah mengapa atmosfernya terasa begitu nyaman. Aku tak terlalu memikirkan hal itu, fokus milikku saat ini justru teralihkan pada sebuah cahaya yang perlahan mulai semakin terang di hadapanku.

 Aku tak terlalu memikirkan hal itu, fokus milikku saat ini justru teralihkan pada sebuah cahaya yang perlahan mulai semakin terang di hadapanku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kaisar menghentikan langkahnya tepat di depan sumber cahaya tadi. Entah, aku tak dapat menerka benda apa yang ada dibalik kain penutup itu. Menangkan ekspresi bingung dari wajahku, kaisar menyibak kain dan otomatis menampilkan sebuah benda yang tak aku ketahui sama sekali namanya.

 Menangkan ekspresi bingung dari wajahku, kaisar menyibak kain dan otomatis menampilkan sebuah benda yang tak aku ketahui sama sekali namanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cantik sekaliHanya itu yang dapat aku deskripsikan.

Kaisar menoleh ke arahku, "kamu tahu apa ini?" Aku menggeleng. Pandanganku seakan terkunci pada benda bulat bersinar itu. Entahlah, tiba-tiba saja aku merasakan adanya kebahagiaan dan kehangatan yang luar biasa hingga hatiku rasanya penuh.

Permaisuri berjalan mendekat dan menggenggam tangan kananku. "Light of lunar. Sebuah berkat pemberian Dewi Bulan pada Kekaisaran Hera sejak takhta pertama berdiri." Penjelasan darinya membuatku mengernyitkan dahi. "Aku tak pernah mempelajari itu dalam sejarah saat menempuh pendidikan putra mahkota," ujarku.

Permaisuri terkekeh kecil. "Memang. Petuah titipan Dewi Bulan yang satu ini sengaja tak ditulis di buku sejarah." Kaisar yang masih menangkap kebingungan dari wajahku pun kemudian turut bersuara. "Dulu, ayah datang kemari 1 tahun setelah menikah dengan ibundamu dan diberitahu bahwa warna merah yang dipancarkan light of lunar mewakili warna iris mata yang khas dari wujud wolf  seorang putra mahkota. Sedangkan, bintang-bintang bersinar pada benda ini menandakan bahwa di dalam tubuh Sang Bintang, telah tumbuh Sang Calon Pelita Kekaisaran Hera." Aku masih tak mengerti.

Kaisar kemudian berjalan mendekat dan menepuk pundakku. "Saat itulah, kami tahu bahwa ibundamu tengah mengandung dirimu." Aku terkejut. Nafasku tiba-tiba terhenti. 

"Jadi, maksud ayah.."

Kaisar mengangguk, "siapapun itu yang kamu tiduri beberapa waktu lalu, kini tengah mengandung calon putra mahkota Kekaisaran Hera."



TBC

He's My Queen (VegasPete)Where stories live. Discover now