Sang putra mahkota masih mempertahankan tatapan menyelidiknya, "lalu darimana kau tahu? kau mengintaiku?" Vegas kini takut jika Kinn akan terus mencemoohnya dan tanpa sadar membocorkan rahasia ini ke seluruh penghuni kekaisaran. 

Seakan mengerti, Kinn menaruh kembali gelas wine ditangannya dan mulai memasang ekspresi serius. "Vegas, aku ini sudah menemanimu sejak bayi. Kau fikir aku tak akan mengenali feromon milikmu yang membanjiri tubuh anak manusia itu?" tanyanya.

Vegas membulatkan matanya, "kau! bagaimana kau mengenalnya?!" Kinn memutar malas kedua bola matanya, "tentu saja kenal. Dia kan sahabatnya Porsche." Jawaban Kinn nampaknya malah menimbulkan pertanyaan baru bagi Vegas, "Porsche berteman dengan manusia?" tanyanya.

Kini Kinn menatap tak percaya ke arah Vegas, " kau ini benar-benar kurang ajar. Astaga, aku sudah menceritakan ribuan kali kalau Porsche menolak masuk akademi kekaisaran karena ia bosan. Maka dari itu, ayah dan ibunya menyetujui Porsche untuk mengambil pendidikan melintas portal perbatasan bersama dengan manusia. Asalkan, aku harus sudah marking dengannya dan dia akan selalu ada di bawah pengawasanku," tutur Kinn.

Vegas mengangguk ringan, "lalu mereka pun bersahabat, dan kau pun mengenalnya." Deduksi sang putra mahkota kali ini mendapatkan anggukan dari Kinn. "Jujur padaku, yang mulia. Kau sudah mengintainya lama, kan?" Mendengar pertanyaan itu Vegas menyandarkan belakang kepalanya ke kursi dan menatap langit-langit ruangan, "baru 6 bulan ini aku berhasil menemukannya lagi," jawabnya.

"Lagi?"

Vegas beralih menatap Kinn. "Aku belum bisa cerita soal itu sekarang," timpalnya.

Sang pria alpha yang penuh akan pertanyaan dalam benaknya pun menghela nafas kasar, "tapi kau tak bisa menidurinya lalu meninggalkannya begitu saja! Kau bertindak seperti cassanova dan bajingan di saat bersamaan kalau begitu!" protesnya.

Vegas mendelik sebal, "aku tak meninggalkannya! Aku selalu mengintainya setiap malam. Saat ia tertidur!" Kinn melongo saat mendengar ucapan sepupunya. "I beg your pardon. But dude,  you're a crown prince, not a stalker," ujarnya frustasi.

•••••

Sudah 2 minggu berlalu sejak mimpi buruk itu terjadi. Meskipun awalnya ia merasa resah, saat ini Pete sudah jauh lebih tenang berkat satu orang -Arm.

Pete akhirnya dapat bernafas lega setelah mengetahui bahwa Arm tak dapat datang ke bar di hari ia melakukan one night stand. Ia bilang, malam itu Porsche meracau dan tak terlalu jelas dalam berbicara. Hal ini membuat Arm menyangka bahwa Porsche hanya sedang drunk call iseng. In other words, pujaan hatinya itu tak melihat apapun dan rahasianya aman.

Tapi, ini bukan berarti bahwa hidup Pete benar-benar tenang. Mengingat Pete tiba-tiba saja mulai mendapatkan berbagai pesan random dari nomor asing yang tak dikenalnya.

"Biu, jangan makan terburu-buru seperti itu. Nanti perutmu sakit. Mau aku belikan dessert?"

Saat itu Pete memutuskan untuk mengabaikannya. Mungkin salah sambung, fikirnya. Meskipun pada akhirnya, ia terkejut saat benar-benar ada dessert box  varian cheese and berry yang sudah disimpan rapi di atas nakas kamar tidurnya. Seakan, seseorang memang benar-benar telah menguntitnya.

"Biu, i wish you could see yourself the way i see you. Jangan terlalu sering senyum seperti itu, kau tidak sadar pria di seberang mejamu tak kunjung melepaskan pandangan darimu?"

"Jangan murung. Ada masalah apa? habis berdebat dengan dosenmu lagi? Um.. Ice cream and chocolate sounds good. Dimakan ya!"

"Biu, gunakan mantel di luar kausmu. Hari ini dingin sekali setelah hujan."

"Don't forget to close your curtains, apa kau ingin diintip dari luar jendela oleh tetanggamu? don't ever dream!"

"I miss you."

Pete benar-benar jengah. Ia bahkan sudah mengganti nomor beberapa kali namun tetap saja orang ini mampu mengetahui dan mengirimkan lagi pesan-pesan mengerikan padanya. Pete bahkan sempat berfikir untuk melaporkan kejadian ini ke polisi. Tapi alibinya untuk ditangkap itu apa? orang ini hanya menasehatinya hal baik dan memberinya makanan enak.

Mencoba bertahan selama 2 pekan lamanya, kini Pete akhirnya bebas. Penguntit itu tiba-tiba saja menghilang dan tak mengganggunya lagi. Jujur Pete merasa bingung. Pria manis itu terus memandang tajam ke arah layar handphone dalam genggamannya,"ck. Kamu ternyata sudah bosan menghubungiku." Pete tiba-tiba saja merasa kecewa. Entah apa alasannya.

"SIAPA YANG MENGGANGGU KESAYANGANKU?!" Suara lantang dengan intonasi menyebalkan itu tiba-tiba menyahut kekesalan Pete. "Porsche. sesekali kamu harus berbicara dengan tenang," timpalnya pada sang sahabat yang sudah duduk di sebelahnya. 

Kedua adam ini sekarang tengah berada di kantin kampus yang nampak sepi. Alasannya mungkin karena ujian sedang berlangsung dan sebagian mahasiswa lebih memilih untuk bertapa di perpustakaan. 

Omega manis bernama Porsche itu memeluk erat tubuh sahabatnya dari arah samping dan mendusel kepalanya seperti kucing. "Hey. Kamu sakit?" Ia mendongak dan menempelkan punggung tangannya pada dahi Pete, "astaga! badanmu panas! wajahmu seperti mayat!" pekiknya.

"Kamu menghina wajahku jelek seperti mayat?"

Porsche mencubit pipi kanan Pete, "bukan begitu! kamu pucat sekali! tubuhmu juga panas. Kenapa datang ke kampus kalau sakit?!" ujarnya penuh emosi.

Pete memutar malas bola kedua bola matanya. Ia sudah hafal bahwa sahabatnya kini sedang dalam mode ibu-ibu. Meskipun pria manis ini tak menampik, bahwa sedari tadi kepalanya terasa berputar dan perutnya bergejolak tak enak.

"Ayo cepat kita ke rumah sakit!" Porsche menarik kedua tangan Pete yang tak bergerak sama sekali. "Porsche, ini masih pagi dan aku tak mau melewatkan ujian pertamaku. Kita ke rumah sakit sesudah pulang kuliah ya? kita sarapan dulu saja." Porsche pun mengangguk dengan berat hati dan segera memesan makanan.

Tom som pla krabok. 

Sup ikan kuah kuning yang merupakan favorit kedua sahabat itu akhirnya datang setelah menunggu 15 menit.

Sup ikan kuah kuning yang merupakan favorit kedua sahabat itu akhirnya datang setelah menunggu 15 menit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Porsche bersorak girang dengan senyum sumringahnya. Tak menyadari bahwa Pete sudah sibuk menutup hidung dan mulutnya menggunakan tangan. Pria manis itu terdiam membeku dengan mata yang mulai berair.

Tak kunjung juga melihat sahabatnya bergabung untuk makan, Porsche akhirnya menoleh dan terkejut. "Pete?! kamu kenapa?!" pekiknya panik.

Pete tak menjawab. Tubuhnya tak bisa diam seperti sedang menahan sesuatu sebelum akhirnya melesat lari menuju kamar mandi.

Humph.




TBC

He's My Queen (VegasPete)Where stories live. Discover now