[18] kunjungan mertua

Start from the beginning
                                    

"Iya, kita tidur dikamar yang sama kok" Jawab Arkan membuat Amara menghela nafas.

"Kalau gitu mama mau mastiin, takutnya kalian malah bohong sama mama" Nafas Amara tercekat saat mendengar ucapan mama mertuanya.

Bagaimana ini? Kalau begini pasti ketahuan kalau mereka berdua tengah berbohong dan malah membuat mama kecewa karena kebohongan mereka.

"Kalau mama nggak percaya ayo, Arkan antar kekamar kita" Arkan bangkit dari duduknya membuat hati Amara langsung ketar-ketir.

Apa maksudnya ini? Ingin membuat mama kecewa atau Apa Arkan ini. Dengan tatapan tajam Amara menatap Arkan meminta penjelasan yang hanya dibalas dengan kedipan mata oleh Arkan yang membuat hati Amara bergemuruh.

Amara pasrah dan hanya mengikuti langkah kedua orang di depannya itu. Tak habis-habisnya dia merutuki kelakuan Arkan, tak mungkin bukan barang-barangnya dengan ajaib berpindah kedalam kamar Arkan. Sungguh sangat mustahil untuk terjadi.

Saat pintu terbuka Amara hanya bisa memejamkan matanya berdoa dalam hati untuk terjadi sebuah keajaiban dimana semua barangnya berpindah kedalam kamar Arkan dan benar saja saat dirinya membuka mata di meja rias didalam sana sudah terdapat semua jenis skincare, alat make up miliknya yang teratur dengan tapi diatas sana.

Dan disudut ruangan terdapat sebuah lemari yang khusus untuk mengantungi baju dan disana terdapat bajunya.

Mama masih menatap Arkan dengan tatapan curiga yang hanya dibalas dengan tampang datar dari Arkan. Hal itu membuat mama mendengus kesal dengan sikap anaknya. Apa dengan sang istri juga seperti ini sikapnya, pikirnya.

"Mama masih nggak percaya sama kamu, mama tahu kalau kamu masih sulit buat ngelupain almarhum istri kamu tapi melihat ini mama sedikit percaya. Tapi ingat, jika kamu bohongin mama bakalan mama kutuk kamu kayak malin kundang"

Mendengar ucapan mamanya Arkan sedikit terkekeh. Mana tega mamanya mengutuk anak satu-satunya ini menjadi malin kundang. Kalaupun iya siapa lagi yang nantinya akan memberi cucu yang banyak untuknya.

Mama beralih menatap Amara "sayang, kalau nanti Arkan macam-macam sama kamu, langsung sikat aja. Mama ikhlas kok" Ucap Mama menampilkan senyumnya.

"I-iya ma" Jawab Amara gugup.

"Kamu nggak usah takut sama Arkan. Orangnya nggak serem kok, cuma luarnya aja yang keliatan sangar tapi dalamnya kayak yuppy, kenyal-kenyal gimana gitu" Canda Mama yang mengundang pelototan mata dari Arkan.

Ditengah keheningan yang tiba-tiba melanda terdengar sebuah deringan ponsel yang berasal dari tas milik Mama Arkan. Langsung saja wanita itu mengangkat panggilan itu.

"Sayang, Mama nggak bisa lama lagi disini. Tapi kapan-kapan Mama bakal datang lagi buat jengukin kalian. Siapa tahu kan kalian bohongin Mama soal hubungan kalian yang baik-baik saja" Kata Mama setelah mematikan panggilan telepon itu.

"Kalau begitu Mama pergi" Wanita dengan tas branded miliknya langsung pergi meninggalkan Arkan dan Amara disana berdua.

Melihat kepergian mamanya Arkan beralih menatap Amara yang sepertinya meminta penjelasan padanya. Arkan menarik tangan Amara untuk masuk kedalam kamarnya yang sempat mengundang adegan tarik menarik karena Amara yang tak ingin masuk kesana.

"Kamu mau saya jelaskan perihal yang mengganjal dalam pikiran kamu bukan?" Amara mengangguk "yasudah, ikut saya masuk kedalam. Saya tak akan macam-macam sama kamu" Lanjut Arkan.

Akhir Amara hanya pasrah saja mengikuti langkah Arkan masuk kedalam kamar lelaki itu. Baru saja masuk kedalam sana dapat dia cium bau mint yang sangat segar masuk kedalam indra penciuman Amara.

"Silakan duduk" Ucap Arkan mempersilakan Amara untuk duduk disofa kecil yang ada dipojok ruangan sebelah lemari pakaian gantung.

Amara mendudukkan dirinya disana "siapa yang pindahin semua barang aku kesini? Nggak mungkin kan kalau Mas Dud sendiri yang pindahin."

"Tadi saya menyuruh Nana untuk memindahkan semua barang kamu kedalam kamar saya, karena Mama saya ingin datang ke rumah"

"Oh pantesan" Amara mengangguk-anggukkan kepala. Benar bukan, ini bukan kemauan Arkan sendiri melainkan sebuah keterpaksaan karena kedatangan mamanya kesini.

"Mulai sekarang kamu pindah kekamar saya. Karena kita tidak tahu kapan mama saya akan datang lagi untuk melihat keadaan hubungan kita. Takutnya nanti malah mengundang kesalahan pahaman dari mama saya"

"Terpaksa nggak nih ngelakuinnya?"

"Maksudnya kamu?" Arkan bingung maksud dari ucapan Amara, Terpaksa?

"Ya, Mas Dud terpaksa kan nyuruh aku tidur disini. Kalau bukan karena mama mungkin sekarang kita masih beda kamar"

"Bukan gitu, ini juga karena keinginan saya sendiri. Menurut saya bagaimana mungkin sepasang suami-istri tidur dengan kamar yang berbeda"

"Yaudah deh kalau gitu. Aku juga senang dengarnya. Akhirnya bisa satu kamar sama Mas Dud" Ujar Amara senang.

"Kalau begitu saya mau kembali kekantor" Arkan berbalik berniat keluar dari kamarnya.

"Mas Dud, bukannya ini udah sore. Mau kekantor lagi emangnya?"

Arkan menggaruk tengkuknya salah tingkah. Padahal dia sudah tak ada kerjaan lagi dikantor "eh saya ingin menemui Anta dibawah. Siapa tahu siapa kesepian tanpa saya" Ucap Arkan tanpa melihat kearah Amara.

"Bukan Anta yang kesepian Mas Dud, tapi aku. Mas Dud nggak ada niatan buat nemenin aku gitu? Kita bisa saling tukar cerita atau mau buat adik buat Anta juga boleh"

Di tempatnya berdiri Arkan sudah membesarkan mata saat mendengar ucapnya Amara dan entah mengapa wajahnya terasa panas yang entah apa penyebabnya.

"Sa-saya mau turun kebawah dulu" Arkan sedikit berlari keluar dari kamar itu membuat Amara langsung meledakkan tawanya yang sudah dia tahan sedari tadi.

"Hahaha! Pasti lucu banget kalau gue bisa liat wajah merah dia. Mana kupingnya merah banget lagi. Padahal gue kan cuma becanda doang" Amara menyekat air mata yang keluar dari ujung matanya karena tertawa.

"Seru juga rupanya" Ucapnya lagi

•••••

Jangan lupa buat vote dan juga komen orang baik. Kalau pun mau boleh juga buat kalian follow akun wattpad aku.

SPAM NEXT DISINI👉

Istri Mas Duda  [End]Where stories live. Discover now