t e n

418 70 2
                                    

Terhitung sudah 3 hari Mashiho semakin terpuruk, tubuh mungilnya semakin kurus karena kurangnya asupan nutrisi, ditambah dirinya yang terkadang menangisi tubuh didepannya yang sama sekali tak bisa merespon nya.

Tangan Mashiho meraba mencari tangan besar milik sosok yang telah membuka hatinya tersebut. Tanpa sadar rasa sayang Mashiho semakin tumbuh dalam meski Yoshi sama sekali tak kunjung bangun dari tidur panjangnya.

Terkadang laki laki mungil itu akan bercerita bagaimana kehidupannya dulu lalu menangis sebentar saat mengingat keadaan Yoshi sembari menggenggam lembut tangan yang lebih tua, harapan dan doa juga terus Mashiho gaungkan di ruangan serba putih tersebut. Mashiho masih tak mau menyerah terlalu dini akan sosok yang begitu ia cintai tersebut.

Hari ini Asahi kembali datang lalu duduk disebelah Mashiho membawa makanan. Laki laki dengan wajah datar itu kini bahkan menampakan rasa sakit yang sama ketika melihat bagaimana perjuangan Mashiho untuk tak menyerah akan keadaan yang sedang terjadi, namun dilihatnya tubuh mashiho yang semakin kurus menjadi luka tersendiri bagi Asahi saat ini.

"Makanlah, dia pasti akan sedih jika melihatmu sekurus ini" nada bicara nya menyendu saat matanya menelisik melihat mata sembab dan lingkaran hitam samar di bawah mata nya.

Mashiho mengangguk lemah dan menerima makanan yang dibawa Asahi, Laki laki mungil itu memakannya sekarang dan membuat senyum Asahi timbul kala melihat Mashiho yang makan bak anak kecil.

"Aku suapi ya?" Asahi bahkan tak menunggu jawaban sama sekali, tangannya segera mengambil alih makanan tersebut lalu mulai menyuapi Mashiho yang hanya diam dan menurutinya.

Asahi tersenyum puas kala makanan yang dibawanya telah habis, kini tujuan Asahi adalah membuat Mashiho untuk tidur sejenak. Asahi paham tatapan kosong Mashiho tak akan bisa menyembunyikan bagaimana lelahnya mata tersebut karena terus menangis dan sulit untuk terpejam tidur.

"Kumohon tidurlah sebentar, aku yang akan menggantikan mu untuk menjaganya. Jadi tak usah khawatir" Asahi juga belum menyerah untuk meluluhkan laki-laki mungil itu untuk beristirahat, ia tak suka melihat bagaimana wajah cerah itu hilang.

Setelah beberapa puluhan rayuan dan paksaan, akhirnya Mashiho memilih mengalah dan menuruti kembali apa yang Asahi mau. Tapi Mashiho memilih untuk tidur di sofa di ruangan milik Yoshi, untung saja sofa tersebut lumayan lebar dan nyaman. Bagaimanapun ruangan milik Yoshi adalah ruangan dengan harga yang sama sekali tak murah untuk dibayar.

Mashiho akhirnya larut dalam tidurnya dengan pulas, bisa dilihat bagaimana pulasnya tidur Mashiho dari wajahnya yang begitu damai. Asahi berharap Mashiho akan terus menurut seperti ini, bagaimanapun ia tak boleh menyesal karena hanya diam melihat bagaimana terpuruknya dunia Mashiho sekarang ini.

Pandangan Asahi kini beralih ke arah sosok lain di dalam ruangan. Yoshi dengan tidur panjangnya itu kini di tatap lekat oleh sosok Asahi yang sudah duduk di samping ranjangnya.

"Kumohon bertahan lah. Aku tau kau pasti juga ikut sakit bukan melihat bagaimana terpuruknya Mashiho sekarang? Jadi kumohon bangunlah dan buat senyum nya muncul kembali seperti waktu itu" Asahi menggenggam satu tangan Yoshi dengan kedua tangannya sembari terus berdoa dalam diam.

Jika boleh jujur, Asahi tentu ikut sedih kala mengetahui bagaimana keadaan Yoshi sekarang ini, tapi yang membuatnya ikut hancur adalah bagaimana dirinya melihat sosok Mashiho yang begitu terpuruk karena nya.

Hatinya ikut merasakan perih kala tangisan Mashiho muncul dan terus meracau melontarkan semua kesalahan pada dirinya sendiri. Tangisan Mashiho kali ini seperti tangisan yang Asahi lihat dulu saat Mashiho kehilangan kakek dan nenek dari toko roti.

Tentu dulu dirinya belum paham bagaimana rasa sakit yang Mashiho alami dulu, tapi sekarang Asahi bukanlah anak kecil yang hanya diam melihat sosok Mashiho yang hancur saat dulu.

Keduanya tumbuh bersama menjadi tetangga yang dekat, keluarga Asahi juga menerima Mashiho dengan tangan terbuka dan menganggap nya sebagai anak sendiri. Hingga tanpa sadar perasaan itu tumbuh dalam benak Asahi tanpa seijin nya.

Rasanya sakit saat tau hubungan Mashiho dan Yoshi yang semakin dekat, rasanya Asahi juga iri saat Yoshi bisa mengatasi trauma Mashiho dengan tekadnya, rasanya semakin sakit dan perih saat dirinya tau bagaimana perasaan keduanya yang saling menaruh perasaan satu sama lain.

Percayalah saat Asahi pergi meninggalkan Yoshi dan Mashiho dengan alasan menjemput orang tuanya, itu adalah bualan belaka.

Nyatanya Asahi melarikan diri dan menangis menyesali bagaimana dirinya yang selama ini bak pecundang dan tak mau mengakui perasaannya pada Mashiho.
Kini hasilnya adalah dirinyalah yang merasakan pahitnya patah hati hanya karena ego nya yang terlalu besar.

Bahkan kedua orang tua Asahi bingung sendiri saat sang anak datang menjemputnya tiba tiba dengan keadaan berantakan. Hari itu adalah salah satu dari sekian penyesalan terbesar Asahi dalam hidupnya.

Tapi sekarang Asahi tak mau egois dan berharap senyum Mashiho kembali meski bukan karena dirinya. Perasaan nya mungkin belum hilang, tapi percayalah bahwa apa yang Asahi lakukan kini begitu tulus, ia sama sekali tak berniat membuat peluang akan keadaan yang menimpa Yoshi.

"Cepatlah bangun atau aku akan serius untuk membawanya pergi jauh darimu" tawa kecil muncul dari Asahi yang masih memandang lekat Yoshi didepannya. tawa Asahi kini terdengar begitu kosong.

"Kumohon bertahan lah"

#tbc

Maaf ya untuk chap ini ku repost karena sistem watpad kayaknya eror tiba tiba urutan nya acak, udah tak akalin make fitur buat ganti urutan juga ga ngefek.
Akhirnya demi kenyamanan kalian meski views sama vote nya udah banyak terpaksa tak td TT.

Sekali lagi maaf dan makasih yang udah ninggalin jejak di chap 10 kemaren.

candle light [ Yoshiho ]Where stories live. Discover now