f i v e

634 120 6
                                    

Terhitung sudah hampir seminggu Yoshi bernaung di toko roti yang dijadikan rumah oleh mashiho. Yoshi juga sudah mengganti seragamnya dengan meminjam baju milik Asahi karena semua baju milik mashiho terlalu kecil untuk laki-laki Kanemoto tersebut.

Keduanya kini berdiri mematung di sebuah nisan bertuliskan nama mendiang ibu Yoshi.

Yang lebih tua berjongkok mendekati makam sang ibu seraya tersenyum kecut, tangannya mengelus lembut nisan yang catnya bahkan sudah luntur karena sudah lama belum diganti.

Semalam mashiho dan Yoshi sepakat untuk mengunjungi makam mendiang ibu Yoshi untuk sekedar melepas rindu.

Mashiho bisa merasakan bagaimana sakitnya suara Yoshi yang bermonolog dengan suara gemetar.

Kaki Yoshi beranjak berdiri sembari menangis dalam diam setelah menceritakan semua yang ingin ia ungkapkan.

Laki laki mungil itu mengusap pelan punggung Yoshi hingga tanpa sadar yang lebih tua membawanya dalam dekapan hangat yang lebih dalam.

Mashiho diam membisu serta membalas dekapan hangat Yoshi yang masih menangis. Bibirnya tersenyum tipis merasakan laki laki yang mendekapnya semakin jujur dalam emosinya.

Menangis bukanlah hal yang membuatmu terlihat lemah.

Menangis bukanlah tanda dirimu tak berdaya.

Tangisan seseorang memiliki begitu banyak makna berbeda. Dan tangisan Yoshi menunjukkan bagaimana kuatnya seorang Kanemoto Yoshinori dalam menghadapi kerasnya hidup yang dia alami.

Kini Yoshi berdiri di depan sebuah bangunan mewah yang menjadi saksi bisu bagaimana kehidupan seorang Kanemoto Yoshinori.

Asahi yang mengantarkan Yoshi. Ia dimintai oleh Mashiho dengan banyak ocehan panjang tentang keharusannya mengantar Yoshi. Aneh memang, tapi Dimata Asahi dan Yoshi semua itu terlihat sangat menggemaskan.

Tak lupa ribuan ocehan yang entah mengapa dirinya dengarkan dari seorang laki laki mungil yang baru ia kenal selama kurang lebih seminggu.

Hari hari yang begitu bermakna bagi Yoshi hingga senyumnya yang jarang timbul bahkan kini terpampang jelas.

Tapi tiba tiba ragu mulai berkecamuk dalam diri Yoshi saat tubuhnya sudah benar benar didepan pintu kediaman keluarga kanemoto tersebut.

Tangannya mengetuk pelan pintu besar berwarna kecoklatan tersebut setelah menghela nafas beratnya.

Krieet

"Kakak kau pulang."

Wajah sang adik terpampang dengan senyum merekah menatap lekat kepulangan kakaknya.

Ah. Hati Yoshi begitu perih melihat sosok kurus sang adik. Terbesit rasa cemburu yang begitu besar dalam benaknya tentang semua perhatian ayahnya pada Haruto namun segera ditepis jauh jauh oleh Yoshi.

"Apa kabar?" Yoshi tersenyum tipis mencoba terus mengingat kata kata Mashiho bahwa adiknya tak bisa ia salahkan sama sekali.

Toh memang tak ada salahnya membuka hati untuk menerima keberadaan sang adiknya seperti yang Mashiho katakan.

candle light [ Yoshiho ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora