22

33 6 13
                                    

Dengan sedikit bersusah payah Joochan mendudukkan Jibeom di sofa ruang tamu rumah Jibeom.Postur badan mereka memang hampir sama tapi kan ini kondisi Joochan juga lagi capek dan dia nopang badan Jibeom dari koridor kampus jalan ke pos satpam untuk minta tolong dipanggilkan taksi karena ga ada pilihan lain, Joochan ga mungkin ngebiarin Jibeom pulang sendiri bawa motor, dan mungkin sebenernya Joochan bisa ngeboncengin Jibeom masalah ga punya SIM urusan nanti tapi dia takut Jibeom jatuh di jalan terus kenapa-kenapa dan Joochan bakal dipenjara karena kelalaian yang menyebabkan kecelakaan. Joochan ga mau masuk penjara, dia masih muda, masa depannya masih panjang.

Biaya taksi memang mahal tapi daripada nekat dan ambil resiko yang besar, Joochan mending milih cara aman, syukur dia masih ada uang dari kerja sambilannya, uang sisa pembelian gelang buat...sudahlah, Joochan males mengingatnya lagi.

Joochan menyeka keringatnya yang menetes dari dahi lalu berjalan menuju saklar lampu yang dia hapal pasti tempatnya dimana. Begitu lampu menyala, betapa kagetnya dia melihat kondisi rumah Jibeom yang seperti kapal pecah.

Kondisi ruang tamu rumah Jibeom yang biasanya minimalis dan bersih kini terlihat berantakan dan kotor, seperti tidak terawat, ada beberapa tumpukan baju di sofa, entah bersih atau kotor. Kondisi meja di depan sofa tersebut juga sama saja, penuh dengan beberapa kardus dan botol minuman.

Joochan mengernyit, mungkin ini sumber dari bau-bauan aneh yang tercium begitu dia membuka pintu.Kemudian dia melirik ke arah dapur yang juga berantakan dengan beberapa peralatan makan menumpuk di tempat cuci piring, beberapa bungkus mie cup tertumpuk di bawahnya.

Dia menoleh ke arah Jibeom yang sekarang meringkuk di atas sofa penuh tumpukan baju tersebut, apa yang bikin kamu begini, Beom ? tanya Joochan dalam hati, dia hanya bisa menghela nafas dan menghampiri Jibeom.

Joochan menepuk lengan Jibeom dengan lembut,
" Beom, tidur di kamar aja, di sini dingin (dan kotor) nanti kamu makin sakit, "

Jibeom hanya menjawab dengan gumaman tanpa membuka mata.

" Beom," panggil Joochan sambil kembali menepuk lengan Jibeom," Pindah ke kamar, "

Lagi-lagi Jibeom hanya menggumam tidak jelas, Joochan yang kehilangan kesabaran langsung menarik kedua lengan Jibeom hingga dia terduduk, sedikit kasar memang tapi demi kebaikan Jibeom juga tapi lagi-lagi Jibeom terkulai, kali ini dia menjatuhkan kepalanya di bahu Joochan yang langsung deg-degan bukan karena dia baper tapi takut kalau ternyata kondisi Jibeom parah dan harus dibawa ke rumah sakit.

Joochan buru-buru mengeluarkan hape dari saku belakangnya hendak menelepon taksi atau mungkin ambulans namun tiba-tiba Jibeom memegang tangannya. Joochan bisa merasakan tangan Jibeom yang dingin dan basah oleh keringat tapi kepala dan nafasnya terasa panas di pundak Joochan, " kayaknya kamu mesti ke rumah sakit," kata Joochan yang dijawab dengan gelengan dari Jibeom

" Aku ga perlu ke rumah sakit, setelah tidur nanti juga baikan, " jawab Jibeom dengan suara yang lemah.

Joochan menatap Jibeom dengan iba, dari ekspresi mukanya saja keliatan dia kesakitan gitu mana mungkin sembuh dengan tidur doang tanpa ada penanganan medis atau mungkin paracetamol dan ibuprofen paling ga dua biji dan kompres juga. Saat Joochan lengah tanpa sadar dia membiarkan Jibeom mengenggam tangannya, menautkan kedua jari mereka. Joochan menoleh ke arah Jibeom yang masih menggunakan bahunya sebagai sandaran, Jibeom membuka kedua matanya yang tadi tertutup. Wajahnya pucat dengan poni yang sudah basah kuyub dengan keringat, kedua pipinya memerah karena demam, nafasnya berat dan panas, dahinya berkerut dan sesekali dia merintih,sepertinya dia benar-benar menderita, " Joochan ah, " lirih Jibeom

Joochan cuma bisa menelan ludah ketika Jibeom menggeratkan genggaman tangan mereka.

" Maaf, " kata Jibeom dengan suara yang pelan dan serak, " sebenernya aku ingin ... " Jibeom memejamkan matanya sebentar lalu membukanya kembali, karena Joochan pikir ini hanya racauan orang demam jadi dia ga ambil pusing,
"aku ingin minta maaf ke kamu dengan benar, aku terlalu pengecut hingga terus-terusan  menghindari kamu, aku takut makin nyakitin kamu lagi, aku minta maaf, " Jibeom kembali terkulai sambil memejamkan mata dan tangan yang memegang tangan Joochan terlepas.

I Love U Crazy !!Where stories live. Discover now